BAGIAN SATU

411 16 4
                                    

"Aduh, maaf, maaf..." Seru wanita berambut panjang dengan outpit kemeja merah kotak-kotak tanpa dikancing dan kaos hitam didalamnya.

Dengan tergesa-gesa ia membelah lautan manusia didepan kampus ternama di kota Bogor, Institut Pertanian Bogor atau sering disingkat IPB.

Wanita yang tak lain bernama Fenita Mayang Putri  adalah mahasiswa baru dan di hari pertamanya kuliah ia telat akibat keasikan kasih makan burung murai-nya, sungguh tidak etis.

Saat melewati kerumunan mahasiswa dari fakultas yang berbeda, Feni merasa kesulitan karena suasana riuh yang sedang mengadakan kejutan ulang tahun. Tanpa sengaja Feni menabrak punggung seseorang yang sedang berdiri tegap di tengah kerumunan. Dengan spontan Feni langsung meminta maaf karena aksi tidak menyenangkan.

"Maaf kak aku gak senga... Masyaallah kakak ganteng banget, mirip itu siapa, aduh siapa tuh yang orang Korea itu tuh, duh siapa ya, pokoknya mirip dia deh, ya Allah semoga kakak jodoh Feni, amin,"

Feni mendadak bucin setelah melihat wajah lelaki yang ia tabrak, dengan tidak malunya ia berseru heboh dan membuat beberapa mahasiswa meliriknya. Namun, reaksi si lelaki berbanding terbalik dengan Feni, ia justru berdiam tanpa ekspresi dan tampak acuh dengan Feni.

Ternyata oh ternyata, lelaki yang baru saja Feni tabrak adalah Arfian Gema Gumilar, atau sering di sapa Gema. Ia merupakan mahasiswa fakultas Kedokteran yang sudah dua tahun menjadi bagian dari Institut Pertanian Bogor.

"Kakak namanya siapa? Nama aku Fenita Mayang Putri, dari fakultas Bahasa,"

Feni mengulurkan tangan untuk berkenalan dengan Gema namun tidak jua di respon. Gema hanya menatap Feni dengan wajah datar tanpa gerak sedikitpun, seperti manekin yang dipajang di toko baju. Feni begitu terkesima melihat ketampanan yang dimiliki Gema sampai-sampai lupa tentang keterlambatannya masuk kelas.

"Kakak sariawan? Kok diem aja sih? Kalo orang ngajak bicara itu ya harus bicara, jangan diem." Cibir Feni menahan diri untuk bersabar.

Bukannya menjawab, Gema hanya mengedipkan mata sedikit lama sebagai reaksi. Tangannya senantiasa dimasukkan kedalam celana dengan tubuh berbalut baju praktek kedokteran berwarna putih cerah, membuat aura ketampanan dalam dirinya semakin terpancar, siapapun yang melihatnya akan jatuh cinta dalam pandangan pertama, Feni salah satunya.

Lalu Feni menengok orang di sebelah Gema yang berdiri membelakanginya, tanpa ragu ia menoel pundak dan berhasil membalikkan tubuhnya.

"Permisi kak, mau tanya YA ALLAH KAKAK INI JUGA GANTENG BANGET! beruntung sekali kamu Feni kuliah disini," ujar Feni geleng-geleng takjub.

Namun reaksi dari si lelaki sama persis dengan Gema, yaitu diam dengan kegantengan yang haqiqi. Untung ganteng, jadi Feni tidak marah saat diacuhkan. Asal kalian tahu saja kalau Feni memiliki sifat barbar dan tidak sabaran, jika ada yang membuatnya kesal, Feni akan langsung menyerangnya dengan kekuatan suara bak orator ternama.

Kifnan Wirama Adnan, nama lelaki disamping Gema. Teman karib Gema yang memiliki sifat sebelas dua belas, alias tidak jauh beda. Entah bagaimana mana cara mereka bertemu sampai akhirnya bisa bersahabat. Apa mungkin mereka memiliki ikatan batin sehingga tidak perlu berbicara, cukup dengan tatapan mata dan suara batin, mereka sudah saling memahami?

"Kakak tahu gak nama kakak ini siapa?" Feni bertanya kepada Kifnan sambil menunjuk Gema.

"Arfian Gema Gumilar," jawab kifnan seadanya yang langsung mendapat lirikan tajam dari Gema.

"Wah kakak gak sedingin kak Arfian ya, masih bisa bicara," salut Feni kepada Kifnan.

"Gema,"

"Apanya?" Tanya Feni bingung.

GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang