"Saya masih ting ting, dijamin masih ting ting, belum berpengalaman eaaaa,"
Feni bersenandung sepanjang perjalanan menuju fakultas kedokteran sambil memeragakan gerakan Tiktok yang sedang hangat baru-baru ini. Ditangannya terdapat larutan cap kaki tiga rasa strawberry. Feni yakin kalau Gema sedang sariawan sehingga sulit untuk berbicara
Tidak ada rasa malu dalam diri Feni, bahkan banyak mahasiswa yang melihatnya geli dengan kelakuan absurd Feni. Padahal ia baru saja ia melewati kerumunan lelaki yang sedang duduk-duduk nongkrong di depan fakultas. Sebagian dari mereka tertawa dan sebagian lagi bergidik ngeri.
Feni menyusuri fakultas kedokteran di lantai dasar namun ia tidak tahu dimana kelas Gema. Akhirnya, Feni berhenti pada kerumunan lelaki yang tak jauh darinya.
"Permisi kakak-kakak yang ganteng tapi gak pake banget," sapa Feni kelewat ramah.
"Eh ada bocil, kenapa bisa nyasar ke kampus," seru salah satu lelaki dengan jaket hoodie yang melekat ditubuhnya.
"Enak aja Feni dibilang bocil! Feni udah 18 tahun lebih 10 hari tau..." Cibik Feni tidak terima.
"Gak ada yang nanya tuh," celetuk yang lainnya.
"Ish, ngeselin!"
"Jangan didengerin neng, mereka emang rada-rada. Btw ada apa ya?" Sahut lelaki yang terlihat ramah dan jauh lebih baik dari teman disampingnya.
Feni beralih menatap lelaki yang barusan bicara, kemeja putih dimasukkan kedalam celana dengan dasi yang terpasang sempurna membuat Feni berdecak kagum. Di dada kanannya terdapat nama 'M.Alwi Rayyan' sungguh nama yang bagus.
"Kakak tau gak dimana kelas kak Gema?"
"Oh bang Gema, kelas dia di lantai tiga. Kenapa nyariin dia?" Jawab Alwi dengan nada bersahabat.
"Mau ngapel dong,"
"Hahaha ngapel katanya. Emangnya bang Gema mau sama cewek modelan gini," remehlelaki berkacamata bulat besar yang banyak orang pakai sekarang untuk style.
"Diem kamu! Aku cuma bicara sama kakak ini aja. Yang lainnya unfaedah." Ujar Feni menunjuk Alwi.
"Nama gue Alwi, btw kita seumuran. Lo ngambil jurusan apa?"
"Jurusan Bahasa. Makasih ya sudah ngasih tahu dimana kelas kak Gema. Kalo gitu aku permisi dulu ya nanti kak Gema nungguin aku, dadah Alwi,"
Feni menutup pembicaraan dan langsung pergi menuju lift untuk naik ke lantai tiga dan menemui Gema.
Saat ingin menekan tombol lift, ternyata ada seseorang dari atas yang sedang turun ke lantai satu. Feni pun setia menunggu di depan pintu lift sambil berlipat dada.
Saat lift terbuka, mulut Feni juga ikut terbuka lebar. Ia mendapati Gema bersama kedua sahabatnya keluar dari lift tepat didepan wajahnya.
Tiga manusia tampan baru saja melewati tubuh Feni, beberapa detik Feni tersihir oleh kesempurnaan yang mereka miliki.
Detik setelahnya, Feni tersadar dan berbalik arah.
"Kak Gema!" Teriak Feni berlari menyusul ketertinggalan.
"Tunggu!"
Alwi bersama teman nongkrong lainnya melihat drama yang diciptakan oleh Feni. Bagaimana bisa Feni seberani itu menghadapi tiga mahasiswa yang disegani adik tingkatnya.
Gema, Kifnan dan Arjuna tidak menghiraukan dan terus berjalan entah kemana tujuan mereka.
Dengan cepat Feni menghadang mereka dan merentangkan kedua tangannya. Ketiganya pun berhenti dan menatap Feni tanpa ekspresi, membuat Feni mendadak gugup dibuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gema
Roman pour AdolescentsArian Gema Gumilar, Mahasiswa semester 5 yang terkenal dengan sikapnya yang dingin, harus berurusan dengan Maba yang memiliki sejuta kepribadian. Gema yang berantakan, bisakah kembali tertata, atau justru semakin berserakan? "Kak Gema udah cinta sam...