BAGIAN ENAM

187 12 0
                                    

Fenita Mayang Putri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fenita Mayang Putri

BAGIAN ENAM

"Kak Gema, tunggu!"

Feni berjalan lebih kencang dan menyusul Gema yang sudah jauh didepan. Entah kenapa, Feni begitu tergila-gila dengan Gema. Padahal kelebihan Gema cuma satu, yaitu tampan. Memang sih, tipe paling utama yang wanita cari yaitu dari fisik, meskipun tidak semua. Feni salah satu wanita yang mengutamakan ketampanan dalam kamus percintaannya.

Gema pura-pura tidak mendengar dan terus berjalan menuju parkiran.

"Aduh!"

Tiba-tiba Feni tersandung dan terjatuh lumayan keras. Ia memegangi lututnya yang terasa perih sembari mengaduh kesakitan.

"Kak Gema, aku jatuh." Teriaknya namun tidak juga diperdulikan.

"Ish! Kok kak Gema gak nolongin aku sih!" Umpatnya kesal.

Feni menatap Gema yang menaiki motor ninja lalu pergi meninggalkan kampus. Bahkan, Gema melewati Feni yang masih dengan posisi terjatuhnya, tapi dilewati begitu saja, sungguh manusia yang kejam.

"Kak Gema! Awas ya, nanti-nanti kakak yang ngejar aku sampe jatuh kayak gini! Gak bakal aku tolongin!" Teriak Feni pada Gema yang sudah keluar dari gerbang kampus.

"Kamu kenapa, Fen?"

Entah sejak kapan Kana tiba dan sudah berdiri disamping Feni.

"Jatuh,"

"Sini aku bantuin,"

Kana membantu Feni berdiri dengan senang hati, sikap baiknya selalu membuat Feni terpukau. Sejak SMA, Kana sering membantu Feni sampai tidak terhitung jumlahnya.

"Kenapa bisa jatuh?" Tanya Kana.

"Kesandung,"

"Kenapa bisa kesandung?"

"Ngejar kak Gema, tapi dia malah pergi dan gak nolongin aku," jawab Feni sedih.

Kana menaikan alisnya sebelah, mengapa temannya yang satu ini bisa tergila-gila kepada lelaki yang sama sekali tidak sadar akan keberadaannya.

"Kamu suka sama bang Gema?"

"Bukan suka lagi, tapi cinta, cintanya pake banget." Jawab Feni pasti.

"Apa yang kamu suka dari dia?" Tanya Kana seolah mengintrogasi.

"Kamu gak lihat, kak Gema itu ganteng banget tau,"

"Cuma itu?"

"Untuk sekarang cuman itu. Soalnya aku belum tahu kehidupan kak Gema lebih dalam. Tapi kalo nanti udah tahu, pasti aku makin cinta deh sama kak Gema," ujar Feni yakin. Iya begitu membanggakan sosok Gema meskipun dirinya tidak pernah dianggap sedikitpun.

"Seyakin itu?"

"Iya,"

Kana hanya bisa bernafas pelan melihat Feni yang terlalu bucin. Padahal saat SMA, Feni tidak banyak memiliki riwayat percintaan. Hanya satu atau dua dalam tiga tahun. Itupun susah move on, tapi sepertinya sekarang Feni sudah berhasil melupakan mantan setelah bertemu sosok Gema.

"Denger denger, bang Gema lagi deket sama temen sekelasnya ya, cewek campuran indo-belanda," celetuk Kana yang membuat Feni terkejut setengah mati.

"Tahu darimana kamu? Gak mungkin kak Gema deket sama perempuan selain aku," elak Feni.

"Dari angin lewat sih, katanya juga mereka udah tunangan,"

"APA?! Bohong nih kamu, mana mungkin kak Gema udah tunangan. Orang dia suka sama aku kok, cuman ya kayaknya malu-malu mau bilang," ujar Feni mencoba tidak percaya ucapan Kana.

"Kamu itu orangnya percaya diri banget ya. Gak berubah dari dulu,"

Kana menatap Feni kagum sekaligus prihatin karena terlalu memberi harap kepada seseorang yang belum pasti untuknya. Kana memang bukan teman dekat Feni, tapi ia tahu pasti bagaimana sikap dan sifat Feni. Kana hanya sering bertegur sapa dan mengajak Feni untuk mengobrol beberapa saat.

"Emang iya?" Tanya Feni polos.

"Iya," jawab Kana mengacak rambut Feni sembari tersenyum penuh hangat.

"Ish, rambut aku jadi berantakan tau," cibik Feni.

"Tapi tetep cantik kok,"

"Gombal!"

"Tapi boong,"

"KANA!"

Kana tertawa puas berhasil membuat Feni kesal, tapi bukan itu yang lebih membuatnya senang, kedekatan antara mereka yang Kana inginkan.

"Jalan yuk?" Ajak Kana.

"Kemana?"

"Terserah,"

"Kayak perempuan, bilang terserah."

"Kamu maunya kemana?" Tanya Kana hangat.

"Lagi mau makan sate kambing sih,"

"Yaudah nanti kita cari tempatnya sambil jalan, yuk!"

Feni membiarkan tangannya digenggam oleh Kana dan tidak merasa risih.

"Eh, aku lupa!" Pekik Feni mengingat sesuatu.

"Lupa apa?" Tanya Kana.

"Aku ada kelas habis istirahat kedua. Aduh, maaf ya Kana, aku gak bisa jalan sama kamu," ujar Feni memohon maaf, ia merasa tidak enak karena tidak bisa jalan dengannya.

"Kebiasaan deh, pelupa."

"Maaf banget ya Kana,"

Kana tersenyum dan tidak merasa kecewa. "Iya gakpapa. Yaudah sana gih, masuk. Waktu istirahat sebentar lagi mau habis,"

"Gakpapa?"

"Iya gakpapa Feni."

"Tapi gak enak,"

"Tambahin garam aja kalo gak enak,"

"Ish! Bukan itu," kesal Feni.

"Aku gakpapa Fenita. Kan masih bisa jalan nanti-nanti,"

Feni mengangguk mengerti dan perasaannya kembali normal. Feni memang orang yang tidak enak hati jika menolak tawaran seseorang. Sesibuk apapun, Jika Feni masih bisa sempat, pasti Feni iyakan. Itulah Feni.

"Yaudah, aku masuk kelas dulu ya,"

"Iya, aku juga mau pulang,"

"Dadah Kana,"

"Dah,"

Kana menatap Feni yang berjalan menjauh. Suatu desiran dalam dadanya tiba-tiba terasa lagi setelah bertemu dengan Feni, entah apa itu.

"Kapan kamu sadar, Fen?"

___

TO BE CONTINUED

Arfian Gema Gumilar

Fenita Mayang Putri

Kifnan Wirama Adnan

Arjuna Rizky

Kana Maladewa

IG: xxtxi23

GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang