~akhirnya up setelah sekian purnama~
😊
-
Setelah menuruni bus, Feni berjalan santai menuju rumahnya yang tidak jauh dari halte. Pikirannya tiba-tiba teringat kembali pada Alex. Bagaimana kondisi laki-laki itu sekarang, apakah ia akan terus jatuh cinta terhadap dosen kedokteran yang kebetulan berstatus janda? atau ada cara supaya ramuan itu bisa menghilang dan menormalkan situasi menjadi sedia kala?
'Aish, harusnya aku tanya si kakek gimana cara ngilangin efek ramuan yang udah diminum, dasar Feni bodoh!' Umpatnya dalam hati.
Ia berhenti disebuah rumah putih berlantai dua, tangannya masuk menyusup kedalam pagar untuk membuka kunci. Ekor mata Feni melihat sang adik sedang bermain sepeda dihalaman rumah, usianya sekitar 6 tahunan.
"Kak Feni, sini!" Panggil gadis kecil bernama Silla.
Entah kenapa Feni memutar bola matanya dengan jengah, hatinya seakan menolak, tetapi ia tetap menghampiri Silla meskipun memperlihatkan aura tidak bersahabat.
"Apa?" Tanya Feni bersedekap dada, ia melirik sepeda berwarna pink yang kini ditaiki adik perempuan nya itu. "Oh, mau pamer abis dibeliin sepeda baru ceritanya? Sepeda kayak gitu mah aku juga sering dibeliin dulu sama mamah, sepuluh malah, lah kamu cuma baru dibeliin dua kali," Feni tau kalau yang sedang ia hadapi sekarang adalah adiknya, tetapi entah kenapa ia seperti menaruh dendam kesumat, seperti tidak ingin kalah dari Sella yang kini menginjak usia TK.
"Tapi kata mamah ini sepeda keluaran terbaru, ada loncengnya, harganya juga mahal," ledek Silla memanas-manasi.
"Lah dari dulu juga sepeda ada loncengnya,"
"Kata mamah ini beda, suara loncengnya banyak, bisa ganti-ganti,"
"Mana coba sini, mau liat loncengnya," Feni memegang setang sepeda namun tiba-tiba Silla menjatuhkan dirinya sendiri.
"Aduh sakit, huaaaa," jeritan Silla berhasil memancing Dewita yang baru saja keluar dari rumah dan berlari menghampirinya.
'mulai,' Feni membatin.
Dewita membangunkan Silla dengan raut cemasnya. "Kenapa bisa jatuh gini sih sayang,"
"Ka-kakak Feni dorong aku mah,"
Feni melotot tidak terima atas tuduhan adiknya itu, apalagi sekarang ia sedang menahan sepeda supaya tidak ikut terjatuh. "Silla bohong, aku gak dorong dia mah, aku juga kaget tiba-tiba Silla jatuh sendiri."
"Anak kecil gak mungkin bohong, udah jelas kamu lagi megang sepeda Silla, siapa lagi kalau bukan kamu yang dorong?" Dewita geram, sudah pasti dia akan membela anak bungsunya, karena ia yakin kalau ànak kecil itu masih polos, belum mengerti apa-apa.
"Kenapa sih mamah selalu belain Silla, padahal aku yang anak kandung mamah!" ADA sedikit keberanian yang membuat Feni akhirnya melontarkan pertanyaan itu.
"Silla juga anak kandung mamah, Feni! Bukan cuma kamu!"
"Tapi Silla hasil mamah selingkuh sama om-om gila itu!" Ucap Feni meninggikan suaranya.
"JAGA BICARA KAMU FENI! MAMAH GAK NGAJARIN KAMU JADI ANAK KURANG AJAR. YANG KAMU PANGGIL OM OM GILA ITU AYAH KAMU JUGA ,FENI!"
"IYA, AYAH TIRI LEBIH TEPATNYA! DIA UDAH BIKIN MAMAH BERUBAH, DIA UDAH NGEREBUT MAMAH DARI AKU SAMA BANG GENI! AKU BENCI DIA, AKU BENCI SILLA!"
Plak!
Tamparan mendarat sempurna di pipi Feni sebelah kiri, tangannya reflek mengusap kulit wajahnya yang berdenyut nyeri. Namun dia tidak merasa menyesal setelah meluapkan emosi yang selalu ia tahan setiap hari.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gema
Ficção AdolescenteArian Gema Gumilar, Mahasiswa semester 5 yang terkenal dengan sikapnya yang dingin, harus berurusan dengan Maba yang memiliki sejuta kepribadian. Gema yang berantakan, bisakah kembali tertata, atau justru semakin berserakan? "Kak Gema udah cinta sam...