BAGIAN EMPAT

136 16 2
                                    

Kifnan dan Arjuna sudah bersiap berangkat ke kampus dengan style masing-masing. Keduanya sedang menunggu Gema didalam mobil, namun sudah hampir sepuluh menit belum juga keluar dari rumah.

Arjuna melihat jam di tangan kirinya lalu berdecak dan memukul setir mobil,  kelas pertama dimulai jam 8 pagi dan tersisa 20 menit lagi untuk mengejar kelas.

"Panggil," suruh Arjuna kepada Kifnan yang sedang berdiam diri dibangku belakang.

"Lo aja," balas Kifnan malas.

"Lo!"

"Lo,"

"Lo Kifnan!"

"Gak, makasih,"

"Anj*ng!" Umpat Arjuna kesal.

Seperti itulah mereka berkomunikasi satu sama lain. Kadang, mereka banyak bicara jika hanya sedang bertiga dan tidak ada orang di sekitarnya. Entah malu atau apa, yang jelas mereka terkenal dengan sebutan Trio Mambo di kampus karena sifatnya yang dingin seperti es mambo.

"Itu," tunjuk Kifnan melihat Gema keluar dari rumah dan memasuki mobil bagian depan bersama Arjuna.

"Lelet lo!" Maki Arjuna saat Gema baru saja mendudukkan dirinya.

"Biasa lah,"

"Nyokap?" Seru Arjuna seolah sudah tau tentang kehidupan Gema.

Gema mengangguk.

"How is she?"

"Still same," jawab Gema.

Ya, ibu Gema memang sedang sakit. Bukan penyakit biasa, ia di vonis tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhnya saat penyakit struk-nya kumat 5 tahun lalu. Gema bersyukur masih bisa merasakan kehadiran sang Mama meskipun tanpa berkomunikasi. Selama itu pula Gema yang selalu ada untuk ibunya, karena sang ayah pergi meninggalkan mereka saat kondisi istrinya tidak lagi sempurna. Ayah Gema bukan orang setia, dia tidak baik jika terus bersama dengan keluarga Gema. Bagus dia pergi, dunia telah memisahkannya dan Gema berharap tidak akan pernah bertemu lagi.

"Are you oke?" Tanya Kifnan yang melihat Gema sedikit tidak bersemangat.

Meskipun terlihat cuek satu sama lain, tapi sebenarnya mereka saling peduli.

"No,"

"Apa lagi?"

Gema menghela nafas panjang dengan lemah.

"Mamah mau ayah balik,"

Seketika suasana hening beberapa saat. Mereka bertiga sibuk dengan pikirannya masing-masing, mencerna apa yang Gema katakan. Tidak mungkin ayah Gema kembali setelah pergi 5 tahun silam dan mengkhianati keluarganya. Tidak mungkin.

Gema tidak akan pernah memaafkan kesalahan yang ayahnya perbuat, dia adalah alasan mengapa Gema menjadi pendiam seperti sekarang. Ayahnya adalah pengaruh buruk bagi kehidupan Gema.

"That's impossible, man." Seru Kifnan.
(Itu mustahil, teman.)

"I know,"

"So?"

"For now, i can't think," jawab Gema dengan wajah tak berekspresi.

Arjuna melajukan kemudi mulai melakukan perjalanan menuju kampus. Obrolan mereka terputus begitu saja, mereka selalu berpikir keras tentang apa yang ingin di ucapkan, diam mereka bukan berarti tidak peduli, mereka sedang mencari jalan keluar yang tidak akan merugikan pihak manapun. Itulah mereka.

___

Feni berjalan riang menyusuri trotoar menuju halte bus. Untuk hari ini kakak laki-lakinya tidak bisa mengantar Feni ke kampus. Namun itu semua tidak menyulutkan semangat dalam diri Feni, ia tidak mempermasalahkan soal kendaraan, karena ada yang lebih penting dari itu, yaitu Gema.

GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang