BAGIAN DUA

174 11 2
                                    


Dengan malas, Feni menyiram kloset dan membersihkannya. Inilah hukuman yang sedang Feni jalani, membersihkan seluruh toilet wanita di gedung C. Satu persatu toilet ia jajahi, membuat kegaduhan dengan suara pel yang ia hentak-hentakan dengan kasar.

"GrrrrrrHAH!" Feni terus mengerang kesal sambil terus mengumpat di sela-sela pekerjaannya.

"Kalo bukan demi mas Gema yang gantengnya gak ketulungan, aku sih mana mau ngelakuin hal kayak gini. Mendingan bolos aja main ke warnet daripada harus terjebak dengan dunia yang fana, hrggg!"

Feni berjalan menuju toilet baru dan memperlihatkan kondisi yang lebih parah dari sebelumnya. Feni menghela nafas panjang kemudian menyender pada dinding toilet bagian luar, pel dan ember ia jatuhkan secara dramatis seolah-olah ia baru saja memerankan tokoh anak tiri yang dipekerjakan oleh ibu tirinya.

Drama dimulai,

Feni mulai akting bersedih, menangis dan mengeluarkan ingus lalu membuangnya sembarang. Tubuhnya merosot perlahan hingga akhirnya ia terduduk di lantai. Tidak ada air mata yang keluar, tapi suara tangisnya melebihi tukang bakso yang setiap sore lewat depan rumahnya.

"Ibu tiri~ hanya cinta~ kepada~ ayahku saja hiks," Feni bersenandung menghayati lagu yang ia nyanyikan.

Seperti inilah sifat Feni, sangat ekspresif. Sinetron azab juga salah satu alasannya, Feni begitu menyukai program itu, kisah keluarga yang bisa di petik hikmahnya. Makanya, sebisa mungkin Feni menjadi anak yang baik bagi kedua orangtuanya.

Byur byur kucuprak kucuprak..

"Ayam eh ayam ayam," repleks Feni kaget.

Feni tersentak mendengar suara seseorang yang sepertinya sedang mandi di bilik toilet yang belum sempat ia bersihkan.

"Kayak ada orang mandi deh, tapi masa iya? Perasaan tadi sepi-sepi aja," gumam Feni menghentikan drama tunggalnya.

Feni bangkit dari kubur, eitt....! Typo nya seram sekali, dikira Feni sudah meninggal apa?

Ulangi ulangi,

Feni bangkit dari duduknya lalu mencoba mendekati bilik toilet yang terdengar air itu.

Byur byur

Suara air semakin jelas, namun tidak ada tanda-tanda manusia didalam. Feni mulai gemetar dan takut, jika itu hantu, mengapa dia muncul di siang bolong? Apa karena mandi di malam hari kedinginan? Hmm, bisa jadi.

"Apa mungkin itu nenek gayung? Ihh serem banget." tebak Feni lalu menggelengkan kepala untuk menghapus pikiran negatifnya.

Feni mencoba menempelkan telinganya kepada pintu untuk memastikan ada suara manusia didalam. Namun nihil, Feni hanya mendengar suara cipratan air yang tak lama kemudian berubah menjadi hening.

"Siapa didalam?" Tanya Feni memberanikan diri.

Tidak ada sahutan, tidak ada suara air lagi. Feni semakin dilanda takut. Apa mungkin hantunya mendadak pergi saat mendengar suara Feni?

Tok tok tok

Feni mengetuk pintu toilet dengan hati-hati dan ingin menghilangkan rasa penasaran yang menghantui.

"Kalo manusia jawab aku, tapi kalo nenek gayung gak usah, nanti aku jantungan,"

Satu detik, dua detik, tiga detik, tidak ada juga jawaban dari dalam toilet. Feni semakin resah dan lututnya gemetar.

"Fiks! Nenek gayung ini mah!" Seru Feni panik di depan pintu.

Ceklek

Mata Feni seketika melebar saat mendengar suara gagang pintu yang terbuka, pintu toilet bergerak perlahan, aura mistis terasa saat decitan pintu terdengar nyaring pada suasana yang sepi.

GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang