Chapter 3

518 71 15
                                    

Hari ini Jennie mulai bekerja seperti biasanya. Tugasnya di pagi hari sudah ia laksanakan semuanya, mulai dari membuatkan kopi, memberlikan camilan sampai mengukur suhu badan dari bossnya.

Sekarang Jennie sedang sibuk menyusun daftar nama dan kontak yang berguna bagi perusahaan, seperti investor, pemerintah, pihak eksternal, dan petinggi perusahaan lain. Setelah selesai, lanjut menyusun jadwal Namjoon sesuai arahan dari Bobby.

Tak lupa menyiapkan beberapa kebutuhan lain Namjoon, yang ia rasa bukan merupakan pekerjaannya sebagai seorang sekretaris.

"Astaga! Kalau dipikirk-pikir, gue udah kayak ibunya nggak sih? Ngurus ini itu ini itu yang kayanya bukan tugas buat sekretaris...?" gerutu Jennie.

"Ibu? Istrinya aja juga nggak papa, " sahut Nayeon yang sedang membuat kopi.

"Satu kantor ceweknya auto pada patah hati semua. Hahahaha, " sahut Irene. 

"Udah jabanin aja Jen. Entar juga nyaman kok. Kaya yang dulu itu tuh? " Nayeon berjalan meletakkan kopi untuknya, untuk Jennie juga untuk Irene.

"Yang dulu apa sih Nay? Gue nggak ngerti? "

Nayeon terkekeh. Ia tak menjawab pertanyaan Jennie, memilih duduk kembali di kursinya sembari menikmati kopi.

"Yang penting lo udah enggak canggung lagi kan Jen?" tanya Irene dengan manik yang masih fokus pada layar komputernya.

"I-iya lumayan. Cuma ini jantung suka nggak santai kalo kita gak sengaja tatap - tatapan mata!"

Nayeon nyaris tersedak kopinya gara - gara pengakuan Jennie.

"Tatapan Pak Namjoon emang sadis. Bisa bikin ciwi - ciwi pada auto mati mendadak. Tapi pokoknya hati-hati aja deh! " Nayeon memperingatkan.

"Iya hahahaha. Lo inget nggak Nay? waktu Joy, Seulgi sama beberapa anak advertisement cewek pertama kali kerja di sini?"

"Kenapa emang?" tanya Jennie.

"Ya gitu mereka lebay. Katanya sampe ada yang hamil online gara - gara vcall an sama Pak Namjoon lewat proyektor yang gede." 

Sesisi ruangan itu dipenuhi gelak tawa. Tak lama kemudian, tawa Jennie harus terhenti ketika menerima panggilan masuk ke dalam interkomnya.

'Jen bisa ke ruangan saya sebentar?'

"Mampus Jen! Persiapkan kekuatan imanmu!!!" Goda Nayeon.

"I-iya pak saya ke sana sekarang!" Mengabaikan tawa cekikikan dari Irene dan Nayeon Jennie pun bergegas masuk ke dalam ruangan Namjoon sambil membawa tabnya.

Sepertinya Jennie, Irene dan Nayeon saling tatap.

"Roman-romannya bakal ada the next Jesicca nih? "

"Semoga nggak deh. Kasihan Jennie! "

***

Sesampainya di ruangan Namjoon. Alis Jennie berkerut mendapati Namjoon yang sedang memijat kedua pelipisnya.

"Ada apa pak?"

Namjoon mendesah kesakitan. Sepertinya sakit kepalanya kumat lagi.

"Bapak kenapa?" Jennie meletakan tab nya dan berjalan mendekati pria itu.

"Kayanya sakit kepala saya kumat. Bisa nggak kamu tanda tangani ini semua sementara saya istirahat sebentar. "

"Bapak butuh obat gitu nggak sebelum istirahat?"

"Nggak usah. Saya tidur satu jam aja udah cukup, nanti juga sembuh sendiri kok. Udah ya saya tidur dulu. Tolong kamu kerjakan! Jangan sampai ada yang salah!"

My SECRETary (Namjen) -  (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang