2.Jalan Takdir

52 8 2
                                    

بَدِيعُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ وَإِذَا قَضَىٰٓ أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ

"Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia.

''Sudahlah,Ikhlaskan saja apa yang telah terjadi.Semua tak luput dari apa yang telah di gariskan Sang Ilahi.Ada masanya kamu sedih,marah,bahkan kecewa hingga tumpahlah cairan bening itu menganak sungai merajalela.Kamu perlu ingat dan catat!Bahwa semua ada porsinya.Dunia ini masih punya hati nurani jika tidak di cemari oleh racun iri dengki.
Jika sudah waktunya,bahagia akan menjemputmu di saat yang tepat,tidak terlalu cepat dan tidak pula lambat."

Batang,15 Oktober 2020

Aku pamit undur diri wahai kota kelahiran.Berat rasanya namun tak ada pilihan.Meninggalkan kampung halaman,harus kuat menahan rindu dengan keluarga,saudara,dan kawan.Berjuang menata hidup untuk masa depan.Dimana dunia menuntutku bahwa menjadi dewasa adalah keharusan.Lepas dari tanggung jawab kedua orang tuaku adalah sebuah kemandirian,dimana kebanyakan remaja seusiaku menghabiskan masa mudanya untuk kelayapan dan rebahan.Ah sudahlah sepertinya aku terlalu banyak menyair padahal hanya seorang penulis amatir.

"Hati-hati ya nduk cah ayuku.Semoga betah,sehat-sehat kuwarasan."ucap seorang bidadari surga yang telah melahirkan ku sesekali mengelus pucuk kepalaku ketika aku mengecup tangannya.
"Ayo nduk berangkat sekarang,nanti ketinggalan bis."ucap babe padaku.
Pasalnya beliau yang akan mengantarkanku sampai terminal.
"Nggih beh.."jawabku.

********
"Bogor..Bogor yoo yoo..Bogor...siap berangkat...perjalanan aman dan cepat.."suara salah satu kenek bis berbadan gendut.
"Jakarta..Jakarta..Monggo mbak'e mas'e pakde budhe..kursi masih banyak yang kosong...kayak hati keneknya."suara salah satu kenek yang dengan logat khas jawanya sesekali membalik posisi topinya ke belakang.
Aku yang mendengar lelucon itu sontak terpekik geli.
Aku mulai melangkahkan kaki memasuki bus yang masih longgar dari penumpang.Setidaknya aku sedikit tenang,karena bisa di bayangkan kalau harus masuk berdesakan memilih tempat duduk yang di inginkan.Ditambah lagi dengan bau muntahan dari si pemabuk kendaraan.Ah membayangkan saja sudah bikin ane pusing pala barbie.
Aku memilih kursi nomor dua dari depan.Selain bisa melihat objek yang akan di lewatkan,duduk dekat jendela pun jadi alasan untuk sekedar menghirup angin segar untuk mensterilkan virus mabuk kendaraan.Percayalah aku punya jurus ampuh jika tiba-tiba aku ikut terinveksi virus ini.Ya,tidur dadakan adalah cara simple ala Firda Alfatia.Mata ku tutup,selera si virus pun kuncup.

Delapan belas tahun sudah.Pelan-pelan semua pun berubah.Aku yang dulunya gadis cilik yang suka nangis jika ibu pergi tidak mengajakku.Aku yang dulunya malu-malu jika di tanya guru.Aku yang dulunya sempat punya cita-cita jika kelak sudah dewasa ingin menjadi penulis dan pelukis.
"Firda Alfatia"panggil guru berkacamata yang mengecek satu persatu buku tugas siswa.
Gadis kecil berponi itu mendongak merasa namanya di sebut.Ia sedikit pemalu.Sang empu hanya mengangkat tangan kanan mungilnya.wajahnya terlihat sedikit ketakutan.Pasalnya guru yang kerap di sapa Bu Sri itu di gosipkan galak dan suka menjewer anak-anak nakal.Tetapi itu tidak berlaku untuk gadis itu,sepertinya dia anak baik dan penurut,lalu apa gunanya takut?
"Sini maju nak.."ucapnya lagi.
Gadis itu mulai bangkit dari duduknya menuju sumber suara.Kedua tangannya di sembunyikan di belakang.
Dia mulai tegang.Panik nggak tuh?Oowh..pastinya.
Dia menunggu apa yang akan di ucapkan oleh sang guru.Apakah dia akan di marahi karena nilainya jelek?Atau sebaliknya.
"Anak-anak...apa kalian tau?"guru itu mulai membuka suara.
Sontak seisi ruangan kelas 2 SD itu bingung.
"Teman kalian ini hebat.Untuk tugas mengarang puisi tema"Ibu adalah Pahlawanku" nilai tertinggi di raih oleh Firda Alfatia,dengan nilai 95."tambahnya dengan sumringah.
Sontak gemuruh tepuk tangan terdengar begitu meriah,dan apalagi pasti suaranya terdengar sampai luar karena pintunya tidak di tutup.
"Satu lagi...ternyata Firda punya cita-cita luar biasa,yaitu ingin jadi penulis sekaligus pelukis."imbuhnya.
"Ibu guru bangga sama kamu Firda."ucapnya bangga.
Gadis itu tersenyum malu-malu kucing.

Dream And RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang