Pondok pesantren Ar-Rahmah 17.40 p.m
Senja selalu menjadi waktu yang paling di tunggu oleh sang pecandu rindu.Dimana sang raja siang hendak berpulang ke peristirahatannya setelah memancarkan pelitanya kepada buananya.Dimana para pejuang rupiah hendak kembali ke rumah.Dimana burung-burung hendak menuju sarangnya.
Sang senja pun mulai menyapa menyorotkan semburat orange di cakrawala.
Angin pun berhembus sejurus menerbangkan beberapa dedaunan kering yang berguguran lalu menjatuhkannya kembali.
Ilalang-llalang pun menari-nari mengikuti sayup angin sore yang mengajaknya dansa kesana-kemari.Di sebuah halaman belakang pesantren,terdapat sebuah danau kecil yang airnya sangat jernih seperti tak pernah ada satu pun sampah yang mencemarinya.Ya,karena santriwan-santriwati disini di biasakan untuk menjaga dan merawat lingkungan sekitarnya.Di pinggir danau ini terdapat juga taman bunga yang diberi nama"Raudhatul jannah"yang artinya Taman Surga dan terpampang pada sebuah gapura kayu jati yang hampir melapuk di makan usia.Di atas pohon terdapat beberapa lukisan kaligrafi yang di gantung.Para santri biasanya menghabiskan waktu muroja'ahnya disini atau hanya sekedar melepas penat setelah kegiatan madrasah diniyyah.Di sebuah bangku taman seorang gadis berpakaian gamis merah muda dengan Khimar panjangnya tengah duduk dengan tatapan kosongnya memangku sebuah mushaf yang sedari tadi belum di buka.
Bibirnya mengunci sedari tadi,pikirannya penuh tanda tanya,ruhnya entah kemana pergi berkelana,tak tersadar cairan bening pun menetes demi tetes membentuk anak sungai di pipi tembemnya.Terdengar suara parau yang sedari tadi memanggil sebuah nama,namun sang empu tetap setia dalam diamnya.
"Assalamu'alaikum Ning..."sapanya.
Hening tak ada jawaban.
"Ning Rara lagi apa disini? Ini sudah hampir petang Ning,sebentar lagi Maghrib loh anak gadis nggak boleh pulang malem-malem nanti diculik genderuwo....Hehee."tanyanya disertai candaan kecil.Lagi-lagi gadis itu tak membuka suara.
"Mari ning masuk ke ndalem."ajaknya sembari menggandeng tangan kanannya dengan lembut.
Gadis itu menggeleng.tiba-tiba langsung menepis tangan renta itu.
"Ishhh...lepasin saya! Siapa kamu hah? Saya tidak mau ikut denganmu.Saya ingin pulang! Tolong katakan dimana rumah saya! Saya ingin pulang sekarang! Dimana rumah saya? Cepat katakan! Di..ma..na ru...."
Brukkkkkkkkk!!!!!!!!!!
Gadis itu lantas menjawab dengan teriak dan ketakutan.lalu tak selang lama suaranya melemah dan pingsan ke tanah.
"Ning...!!! Astaghfirullah...Bangun Ning..!!!"Teriak sosok renta itu berusaha membangunkan gadis yang sudah tergeletak tak sadarkan diri.Di tempat lain..
Seorang lelaki jangkung berbadan tegap yang memakai atasan koko putih dan sarung sebagai bawahannya.tak lupa dengan peci hitamnya yang menambah kesan tampannya.tasbih yang selalu melekat dalam genggamannya.Senyumnya menawan mampu meluluhkan iman bagi kaum hawa yang menatap walau sekejap.
Azhar Faqih Fairuza,seorang Gus sekaligus ustadz di pesantren Ar-Rahmah,Surabaya.
Kini wajahnya menampakkan kegelisahan bak anak ayam yang kehilangan induknya.
"Dimana dia sekarang?Waktu Maghrib hampir tiba"gumamnya.
"Arrgggg..."pekiknya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Azhar..dimana adikmu le? Kenapa jam segini belum pulang?"tanya suara parau itu.
Dia adalah ibunda Azhar,Nyai Fatimah istri dari kyai Ali Ghufron Fairuza pengasuh pondok pesantren Ar-Rahmah.
"Nggih umi. Azhar sedari tadi juga Ndak lihat Rara.Sebentar Azhar cari ya mik,siapa tau dia lagi nyari udara segar di taman pondok belakang."ujarnya
"Yasudah nak kamu hati-hati nggih"pesannya
"Assalamualaikum umi.."pamitku sembari mencium punggung tangannya.
"Wa'alaikumsalam".
Azhar mulai menyusuri lingkungan pesantren yang sunyi, menandakan petang sebentar lagi.dimulai dari masjid,kantin,lapangan,perpustakaan,dan asrama santri putri.Beberapa santri ada yang menatapnya kagum akan ketampanannya,beberapa juga ada yang nanar menatapnya.Dia juga sempat menanyai beberapa santriwati,dan alhasil nihil yang mewakili.
Dan ia pun teringat bahwa ada satu tempat yang belum ia susuri.Belum sempat melangkahkan kaki,tiba-tiba ada suara parau yang teriak meminta pertolongan.Tanpa pikir panjang ia pun segera mengambil ancang-ancang.Langkah seribunya pun sigap menuju kemana sumber suara mengundangnya datang.Wait,langkah seribu? Kaya di film-film pendekar jaman dulu aja thor?
Jadi aku kasih tau nih Azhar itu selain jawara silat,ia juga mendalami ilmu spiritual dan filsafat Islam.Semua itu ia dapatkan dari Kyai Ali, ayahnya.
Kembali ke laptop.
Betapa terkejutnya yang ia dapatkan adalah adiknya yang sudah tergeletak tak berdaya bersama sosok renta yang tak lain adalah abdi ndalem di pesantrennya.Mbok Inah,begitulah panggilannya.Ia adalah sebatang kara dan akhirnya keluarga kyai Ali sudah menganggapnya sebagai orang tuanya.
"Rara... astaghfirullah"pekiknya
"Mbok Inah Rara kenapa?"
"Tadi simbok mau mengajak Ning kembali ke ndalem Gus,tetapi dia tiba-tiba saja mengamuk dan akhirnya pingsan"jawabnya.
Tanpa pikir panjang,Azhar langsung menggendong Rara ala bridge style.Dan ia pun meminta izin kepada mbok Inah untuk pulang ke ndalem terlebih dulu.
Azhar telah tiba di halaman depan ndalem dengan tergopoh-gopoh.
"Assalamualaikum..."salamnya.
"Wa'alaikumsalam..."jawab kyai Ali dan Nyai Fatimah bebarengan dari balik pintu.
"Masyaallah Rara..Ya Allah nak.Kenapa dia bisa seperti ini le?"tanya nyai Fatimah dengan cemasnya.
"Tenang umi,nanti Azhar ceritakan semuanya di ndalem.Yang terpenting Rara butuh istirahat."jawabnya berusaha menenangkan.
Kini tiga orang dewasa itu tengah berkumpul di ruang tamu ba'da menunaikan tiga raka'at fardhu.Azhar hendak membuka obrolan,tetapi Nyai Fatimah sudah menyerobotnya terlebih dulu.
"Sekarang sampeyan jelasin le, bagaimana bisa adikmu pingsan sore tadi!"ucapnya.
Sementara Kyai Ali memilih untuk menunggu penjelasan dari putranya.
"Nggih umi...jadi gini mi,bi Azhar sudah menyusuri tiap-tiap sudut pesantren ini,dan Azhar juga sudah menanyakan ke beberapa santri,tetapi alhasil nihil yang mewakili.
Dan Azhar teringat satu tempat yang belum Azhar susuri,yaitu Taman Santri.
Dan bersamaan dengan itu,Azhar mendengar seseorang meminta tolong.Dan ketika Azhar menuju ke sumber suara.Ternyata yang Azhar temui adalah Mbok Inah dan Rara yang sudah tak sadarkan diri."jelasnya beruntun.
"Mbok Inah bilang jika sebelum Rara pingsan dia sempat mengamuk meminta di antarkan pulang."sambungnya.
"Masyaallah...terus bagaimana keadaan mbok Inah le?"abinya kini giliran bertanya.
"Beliau baik-baik saja mi..tadi Azhar buru-buru membawa Rara ke ndalem,jadi nggak sempat mengantar mbok Inah ke asrama putri."jelasnya.
"Syukurlah"ucapnya dengan lega mengelus dadanya."
"Afwan mi,bi..apakah tidak sebaiknya kita mengantar pulang gadis itu,pasti keluarganya bingung mencarinya?"tanyanya.Rara POV
Najwa Az-Zahra,begitulah nama gadis itu tercipta.Dia adalah korban kecelakaan lalu lintas yang di temukan tanpa identitas.Ditambah lagi tak tersisa sedikit pun ingatan yang membekas.
Maha baik Allah telah mempertemukan dirinya dengan keluarga Ar-Rahmah.Tiga bulan sudah peristiwa itu berlalu,tetapi untuk sekedar mengingat nama aslinya pun dia tidak tahu.
Gadis itu kini terbaring lemah di atas ranjang.
Matanya sedari tadi memejam larut dalam mimpi-mimpi yang panjang.
Selang tak lama,jari-jarinya sedikit demi sedikit bergerak.Perlahan matanya yang sembab mulai membuka,menelisik tiap-tiap sudut ruang hampa.Bibirnya masih kaku untuk membuka suara,dan hanya mampu mengucapkan dalam batinnya."Aku dimana?".
"Aa...a..akuu..ha..ru..s..pu..Lang.."ucapnya terbata-bata.
Dia mencoba mengangkat tubuhnya,walau belum benar-benar pulih keadaannya.Dengan sedikit tenaga yang tersisa,ia berhasil meninggalkan ranjang peristirahatannya.Tangan kanannya memegangi kepala yang terbalut khimarnya.Dia mulai melangkah,mencari arah pulang tentunya.
~~~
"Tidakkk!!!!!"pekiknya.
"Umi sudah terlanjur menyayanginya seperti anak umi sendiri Zhar."
"Tetapi kita tidak tahu asal-usul gadis itu mi"Kyai Ali menambahi.
"Sudahlah bi..lupakan saja..umi sangat iba pada kondisi gadis itu,melihatnya mengingatkan umi akan sosok Puteri kita yang kini pergi ke syurga."
"Entah mengapa wajahnya begitu mirip almarhumah Hasna..kehadiran dia seakan seperti Hasna telah kembali.Dia Hasna kedua kita bi... Umi tidak mau kehilangannya."ucapnya tanpa sadari cairan bening itu menetes demi setetes.
"Prankkkk!!!!!!!!!"bunyi itu terdengar sangat lantang.
Ketiga orang dewasa itu memekik kaget.Tiba-tiba saja suara benda jatuh itu tengah mengusik obrolan malamnya.
Semua Pun bangkit dari kursinya,dan mencoba mengecek apa yang telah terjadi.
Betapa terkejutnya yang mereka lihat adalah Rara yang tengah pingsan untuk kedua kali.
Apakah gadis itu mendengarkan semua pembicaraannya sedari tadi?Rara POV
Dengan langkah gontai,gadis itu berusaha menggerakkan tubuhnya menginjak lantai demi lantai,dan tiba-tiba saja langkahnya terhenti ketika hampir mendekati ruang tamu.Sepertinya ada orang yang tengah berdebat serius?pikirnya.
Ia pun memilih itu mendengarkan obrolan mereka dari balik meja kaca yang bertumpukan rangkaian bunga cantik di atasnya.
"Sudahlah bi..lupakan saja..umi sangat iba pada kondisi gadis itu,melihatnya mengingatkan umi akan sosok Puteri kita yang kini pergi ke syurga."
"Entah mengapa wajahnya begitu mirip almarhumah Hasna..kehadiran dia seakan seperti Hasna telah kembali.Dia Hasna kedua kita bi... Umi tidak mau kehilangannya."ucapnya
Deggg...!!! Bagaikan disambar petir di siang bolong,gadis itu terkejut mendengar sebutan nama itu,Hasna.
Matanya terbelalak.Kedua tangannya membekap mulutnya.Kepalanya tiba-tiba saja mendadak kesakitan.
Hasna?Sepertinya nama itu tak asing lagi di telinga nya.Ataukah dirinya pernah bertemu dengannya sebelumnya?
"Di...Di..a kan-"ucapnya dengan gagap.
Ia berusaha mengingat kejadian waktu itu.Bayangan-bayangan semu itu mulai bermunculan menghantui pikirannya.Bagaikan kaset rusak yang berulang kali di putar,yang membuat tubuhnya mulai gemetar.Tangannya berusaha menahan keseimbangan,meraba sekitarnya sebagai pegangan.
Prankkkk!!!!!!!!!"bunyi itu terdengar sangat lantang.
Ia tak sengaja menyenggol vas bunga yang ada disampingnya,bersamaan itu juga dirinya sudah tak sadarkan diri.
Ketiga orang dewasa itu memekik kaget.Tiba-tiba saja suara benda jatuh itu tengah mengusik obrolan malamnya.
Semua Pun bangkit dari kursinya,dan mencoba mengecek apa yang telah terjadi.
"Raraaa....."pekik Nyai Fatimah.
Betapa terkejutnya yang mereka lihat adalah Rara yang tengah pingsan untuk kedua kali.
Apakah gadis itu mendengarkan semua pembicaraannya sedari tadi?
Bagaimana kelanjutan kisahnya?Dan tersimpan rahasia apa di balik ini semua?Pasti bikin penasaran kan?Yuk pantengin terus ya😉
Jangan lupa vote&comment biar aku semangat nulisnya..😀
Salam ukhuwah...🙏😊

KAMU SEDANG MEMBACA
Dream And Reality
Novela JuvenilFirda Alfatia,gadis remaja 18 tahun yang baru saja lulus sma.Terlahir dari keluarga tak berada,tak menghalanginya untuk merajut asa demi mengejar cita-cita.Gadis berdarah Jawa ini berkulit hitam manis,bibirnya tipis,bulu matanya lentik naturalis,ser...