1.Mencari Jati Diri

108 21 12
                                    

Oktober,tahun pertama

"Aku pergi bukan tanpa alasan untuk melarikan diri dari kenyataan yang menampar harapan melainkan untuk mengembara melanjutkan mimpi-mimpiku yang sempat terjeda,hingga ku abadikan alur perjalananku dalam benang aksara dan ku tenun menjadi karya pena."
~Firda Alfatia🌻

Pantura Road 11.45 a.m

Panas terik sang Surya bisa di rasakan pada pagi menjelang siang ini.Dimana matahari berada tepat di atas ubun-ubun kepala.Panas,gerah,capek begitulah kira-kira decih kesal para pelintas siang ini di jalan Pantura.Rupanya jam menunjukkan pukul 11.45 itu berati waktu dhuhur akan segera tiba.

Sebuah motor merk best strip merah melaju dengan pelannya,membiarkan beberapa pengendara roda dua lainnya membalapnya.Dua pengendara yang berboncengan itu tengah menepi ke pinggir jalan untuk memarkirkan kendaraan menyudahi perjalanan.
Di balik helm fullface ya,rupanya menampilkan dua gadis remaja dengan wajah ayunya.Mereka terlihat rapi dengan memakai atasan kemeja putih dan bawahan jeans hitamnya,tak lupa dengan balutan jilbab hitam yang menambah kesan sholehanya.Tangannya menenteng selembar map coklat.Sudah pasti dalamnya berisi arsip penting dan surat.Dan itu bukan salah lagi identik dengan pelamar kerja.Motor itu mengambil laju kanan dari selatan dan mendarat tepat di sebuah tempat keramat untuk menjalankan ritualnya karena warga cacing di perutnya sedari tadi ribut bergulat.Ya,kini dua gadis cantik itu tengah mampir di kedai "Ayam Geprek Sa'i".Tanpa pikir panjang mereka bergegas ke meja makan dan memesan menu santapan.Dua pasang mata itu sibuk menelisik meja yang masih kosong,karena hampir semua meja sudah dibanjiri oleh pemburu santapan siang untuk mengisi perutnya yang berkeroncong.
Dan tatapan mereka berhenti ketika sepasang mata mendapati meja kosong nomor 15.
"Ehh Da,pas banget meja yang disana kosong.Duduk disitu aja yukk..."ajak Keisyah kepadaku sembari mengarahkan telunjuknya.
Oiya,by the way kita belum kenalan nih...Hihii😁 Aku Firda Alfatia,aku bukanlah siapa-siapa dan tak ada dalam diriku yang patut disebut istimewa.Aku hanya gadis desa.Ya,terlahir dari keluarga tak berada bukan berati aku tak pantas punya cita-cita.Aku memang tak terlahir dari orang hebat,tetapi akan ku pastikan bahwa calon orang-orang hebat akan terlahir dariku kelak.Keisyah Fihani,dia sahibku sejak kelas 10 MA.Dia selalu ada untukku.Sahibul jannahku.

Kembali ke topik.
"Yaudah buruan."jawabku semangat.
Kini mereka tengah sibuk memilih menu santapan.Selang beberapa menit kemudian menarik napasnya panjang-panjang lalu membuangnya lega.
"Hufffttt...gilaaa..."pekikku capek.
"Parahh...baru tau gue kalo cari kerja itu nggak segampang minta duit ke orang tua."timpal Keisyah.
"Bener Kei,ternyata perjuangan orang tua kita itu berharga banget demi masa depan anak-anaknya."sambung Firda menambahi.
"Tauk ah...padahal gue dah ada target buldep harus dah kerja."cerocosnya.
"OMG buldep kamu milad kan?Hehe.. traktiran woyyy..."Firda menepuk jidatnya sambil cengengesan.
"Bukan itu tap-..."Keisyah belum selesai bicara tiba-tiba waiters mendatangi kami.
"Selamat siang kak,mau pesan apa?"sapanya tersenyum simpul.
"Eumm...saya pesen ayam sama nasi yang paket 15k sama minumnya es jeruk ya kak."ujarku memesan.
"Baik kak,apa lagi?"tanyanya.
"Kak.. saya juga sama deh."sambung Keisyah.
"Oke kak..tunggu sebentar ya"jawabnya sebelum meninggalkan kami.
"Kei?"panggilku.
"Paan sih da?"jawabnya tanpa menatapku karena tengah asyik dengan ponselnya.
"Mungkin setelah ini aku nggak akan ngelamar kerja lagi-.."ucapku terpotong.
"Dan mungkin juga waktu kita berdua nggak akan lama."lanjutnya dengan mata berkaca-kaca.
"Maksud lo apa Firda Alfatia?"tegas Keisyah menaikkan sebelah alisnya.
"Aku...Eumm..."jawab Firda dengan gugup.
"Ibuku menyuruhku untuk kerja bareng mbakku di Jakarta."jelasku.
"Terus lo mau aja?Coba lo pikir dua kali deh."tegasnya.
"Emang lo nggak sayang tuh sama ijazah MA lo,ya secara kan pendidikan kita udah hampir di atas,masa iya mau aja di jatohin sama kerja kasar."jelasnya menambahi.
"Ya aku tau Kei,tapi nggak ada pilihan lain lagi.."jawabku.
"Dan mungkin ini jalan terbaik untukku."imbuhku lagi.

Dream And RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang