8.

1.2K 126 0
                                    

Pagi ini Jeno terbangun dan melihat sekelilingnya. Ia melihat ke samping ternyata bundanya tertidur di kuris dengan tangannya yang masih menggenggam tangan Jeno. Irene yang merasakan suatu pergerakan dari Jenopun terbangun.

"Eh udah bangun Jen?" Jeno menganggukkan kepalanya.

"Badan bunda pasti sakit karna semaleman tidur di kursi" Irene menggelengkan kepalanya.

"Enggak, bunda gak papa" ucap Irene meyakinkan Jeno bahwa dirinya baik baik saja.

"Bun Jeno mau jalan jalan keluar, Jeno bosen tiduran terus" keluh Jeno.

"Iya nanti kita jalan jalan keluar ya, tapi setelah Jeno sarapan" Jeno menganggukkan kepalanya.

Di sisi lain Jaemin sedang menunggu Jeno di kelas sambil menidurkan kepalanya di meja.

"Kenapa lu Jaem?" Tanya Haechan.

"Jeno mana sih tumben belom dateng?" Haechan mengangkat bahunya tanda kalau dia juga tidak tahu.

Sampai bel sekolah berbunyipun Jeno masih belum datang. "Selamat pagi semuanya."

"Baik, karna tes kalian sudah selesai hari ini kalian hanya mengerjakan satu latihan saja, setelah itu bebas kalian ingin melakukan apa saja" semua murid bersorak senang. Pak Taeil mulai membagikan lembar jawab beserta soal kepada para murid.

"Kerjakan soal dengan dengan teliti, saya mau keluar sebentar" ucap pak Taeil lalu meninggalkan kelas.

"Iya sih satu soal, tapi susah banget anjir" keluh Haechan.

"Jaem lu ngapain ngelamun? Kerjain noh soal di depan lu" Jaemin tersadar dari lamunannya lalu melihat soalnya. Jaemin menghembuskan nafasnya pelan, ia teringat dulu Jeno pernah mengajarinya tentang soal ini. Jaemin mulai menuliskan jawabannya pada lembar jawab.

"Jaem lu bisa ngerjain soalnya?" Jaemin tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.

"Ajarin gw dong" Jaemin mengangguk lalu menyuruh Haechan untuk mendekat. Haechan duduk di kursi Jeno dan Jaemin memutar kursinya menghadap belakang. Jaemin menjelaskan cara menjawab soal itu kepada Haechan, persis saat Jeno mengajarinya.

Di rumah sakit Donghae sedang membantu Jeno untuk duduk di kursi roda. "Nah udah kamu keluarnya sama bunda ya, ayah mau ambil baju ganti dulu di rumah" Jeno tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Donghae mengusap rambut Jeno setelah itu pergi.

"Udah Jen?" Tanya Irene, Jeno menganggukkan kepalanya. Irene mulai mendorong kursi roda Jeno keluar dari ruangan.

"Jeno mau ke mana?" Jeno tampak berpikir sebentar.

"Ke taman aja gimana Bun"

"Oke" Irene mendorong kursi roda Jeno hingga sampai di taman. Mereka berhenti di sebuah kursi yang berada di bawah pohon. Ada beberapa anak kecil yang sedang bermain bola di sana. Tiba tiba ada seorang ibu ibu yang datang mendekat ke arah Jeno bersama seorang perawat. Ibu itu menatap Jeno tak suka.

"Apa yang kau harapkan pada anak ini, kau berharap dia akan sembuh? Tidak akan, tidak ada gunanya anak ini hidup, dia hanya akan menjadi beban" ucap ibu itu sambil menunjuk nunjuk Jeno. Jeno yang mendengar itu hanya menundukkan kepalanya. Irene yang tak terima langsung berdiri di hadapan ibu itu.

"Lalu apa urusanmu, apa anakku menyusahkanmu, apa dia memintamu untuk membayar biaya perawatannya? Tidak kan, kami bahkan tidak mengenalmu dan dengar ini baik baik anakku pasti sembuh" ucap Irene tegas. Ibu ibu tadi hanya berdecih lalu meninggalkan tempat itu. Perawat tadi hendak menyusul ibu ibu tadi tapi dia menghampiri Jeno terlebih dahulu.

"Hey, jangan dengarkan omongan ibu tadi, dia mengalami depresi karna anaknya meninggal jadi semua yang dia katakan itu tidak benar, dan kau pasti sembuh buktikan kalau kau kuat" perawat tadi tersenyum pada Jeno lalu meninggalkan Jeno. Jeno masih menundukkan kepalanya, ia menangis, perkataan ibu ibu tadi masih terngiang-ngiang di kepala Jeno. Irene mendekati Jeno lalu menggenggam tangan Jeno.

"Jangan menangis, kamu dengarkan tadi perawatnya bilang apa, ibu tadi depresi jadi jangan didengarkan ya" Jeno mendongakkan kepalanya lalu menatap bundanya.

"Tapi ibu itu benar Bun, Jeno gak berguna, Jeno hanya jadi beban, Jeno nyusahin" Jeno mulai sesegukan dan menundukkan kepalanya lagi.

"Enggak Jen, kamu gak nyusahin, Jeno anak baik, Jeno anak pinter, jangan pernah kamu merasa kalau kamu tidak berguna Jen, tanpa kamu tau banyak orang yang membutuhkan kamu seperti bunda dan ayah" Jeno tidak menjawab dia masih menangis. Irene memeluk Jeno, ia tau apa yang Jeno pikirkan.

"Kita ke dalem aja yuk, di luar dingin" ya memang hari ini udara sedikit dingin. Irene mendorong kursi roda Jeno untuk masuk kedalam.

Saat membuka pintu ruangan Jeno ternyata Donghae sudah berada di dalam. Donghae berjalan ke arah Jeno lalu tersenyum. Donghae mengerutkan dahinya saat melihat mata Jeno yang sembab. "Kok mata kamu sembab Jen, kamu habis nangis?" Tanya Donghae, Jeno menggelengkan kepalanya.

"Enggak kok yah, tadi Jeno cuma kelilipan" Donghae menganggukkan kepalanya. Irene yang mendengar jawaban Jeno hanya tersenyum tipis.

"Ya udah sekarang Jeno istirahat ya" Donghae membantu Jeno untuk naik ke tempat tidur.

"Yah, Jeno kemoterapi nya kapan?"

"Besok, kenapa Jen?"

"Enggak yah cuma tanya aja" Donghae menganggukkan kepalanya.

"Sekarang Jeno makan yang banyak ya, karna besok Jeno harus puasa sebelum kemoterapi" ucap Donghae.

"Puasa yah?"

"Iya, supaya hasil kemoterapinya lebih baik" Jeno menganggukkan kepalanya. Setelah selesai makan Jeno meminum obatnya. Tiba tiba ada seorang anak laki laki yang masuk ke ruangan Jeno. Anak itu sama seperti Jeno menggunakan baju rumah sakit.

"Hallo kakak" ucap anak itu.

"Hallo, nama kamu siapa?" Tanya Jeno.

"Nama aku Kim Joo Won"

"Namanya bagus"

"Kalo kakak siapa?"

"Lee Jeno"

"Wahh namanya keren" Jeno tersenyum mendengar perkataan Joowon.

"Kamu ngapain di sini?"

"Aku bosen tiduran terus kak, terus tadi aku juga liat kakak waktu di taman" Jeno mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Kamu sakit apa emang kok bisa sampe masuk rumah sakit?"

"Aku enggak sakit kak, kata mama aku harus jadi anak yang bersih jadi darah aku harus di cuci" Jeno mengerutkan keningnya lalu tersenyum tipis.

"Kalo kakak sakit apa?"

"Kakak cuma sakit kepala biasa aja kok" Joowon menganggukkan kepalanya.

"Ya udah kak aku mau ke ruangan aku lagi takut di cariin mama" Jeno tersenyum lalu mengangguk.

"Tuh Jen masa kamu, kalah sama anak kecil, kamu juga harus ceria dong kayak Joowon" ucap Irene.

"Hehe iya bun"

































Jangan lupa vote sama comment ya

Makasih buat yang masih setia sama cerita ini💚

Do Not Leave Me [JenoJaemin] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang