Hai! This my first story and this original owned by espulchraa, maaf banget kalo penulisannya belum rapih.
.
.
enjoy🦦!
.
.
Rumah Jakarta 20, keluarga sederhana dengan kepala keluarga bernama Hamengku. Jika ditanya mengapa rumah Jakarta 20, Pak Hamengku selalu menjawab karena angka 20 adalah sebuah angka yang berat untuk dipikul oleh seorang laki laki.Kenyataannya, dulu Pak Hamengku dan istri ingin memiliki anak seperti club sepak bola tetapi setelah melahirkan ke empat kalinya dan keluar si kembar yang tidak mirip Bu Hamengku menyerah. Pernah Pak Hamengku membujuknya tapi hasilnya malah tidur diluar kamar selama satu minggu, jadi semenjak itu Pak Hamengku tidak pernah membahas keluarga sepak bola lagi.
Pak Hamengku dan istri memiliki 5 anak yang terlahir dengan jenis kelamin laki laki, semuanya. Dengan tingkah yang berbagai macam, rumah Jakarta 20 tidak pernah sepi.
Anak pertama, Dhananjaya Hamengku atau biasa dipanggil Mas Anan oleh adik adiknya. Mas Anan sudah bekerja menjadi content mananger di sebuah e-commerce ternama di Indonesia. Memiliki penghasilan yang lumayan besar, Mas Anan pernah tinggal sendirian tetapi baru 3 bulan dia memutuskan untuk kembali dengan alasan tidak ada masakan Mamah setiap pagi, Mas Anan memang anak Mamah banget. Anak sulung Pak Hamengku ini juga gateng, pake banget. Udah ganteng, anak rumahan, bertanggung jawab lagi. Mas Anan lebih memilih membantu keuangan dirumah daripada hidup sendirian, walaupun gaji Papah masih mencukupi tapi Mas Anan tetap mau ngebantu.
Anak kedua, Atharya Hamengku biasa dipanggil Mas Athar atau Masthar biar singkat. Masthar itu serba bisa, ganteng walaupun punya mata kecil, tingkat populer Masthar itu diatas rata rata, satu kampus kenal Masthar sampai ke kalangan dosen banyangin dan Masthar itu orang paling bucin yang ada dirumah Jakarta 20 dan satu satunya anak pak Hamengku yang tidak jomblo, satu lagi. Masthar itu anak yang paling jarang pulang ke rumah, karena tugasnya yang menumpuk dan dosennya yang menyebalkan kadang Masthar pulang 2 hari sekali kerumah. Karena itu adik adiknya nggak ada yang mau masuk ke arsitektur, melihat Masthar yang jarang pulang karena tugasnya mereka tidak ingin ikut ikut menjadi bang toyib.
Anak ketiga, Abimanyu Hamengku. Mas Abi atau Mamas adalah panggilan yang diberikan keluarga untuk nya, Mas Abi masih kuliah ngambil jurusan Hubungan International. Mas Abi itu wajahnya lebih ke lucu jika kalian bandingkan dengan Mas Anan dan Nalen (anak keempat Pak Hamengku). Mata besarnya seperti bayi singa membuatnya populer di kampus tapi Mas Abi tipe cowo yang hanya tersenyum dan tertawa jika dipuji tidak terlalu dibawa senang, lain dengan Mahen (anak bontot keluarga Hamengku) yang kepedean jika ada yang mengatakannya tampan.
Anak keempat, Nalendra Hamengku. Wajah tampan dipadu dengan smile eyes nya yang menawan menjadikan Nalen primadon para kaum hawa. Siapa yang tidak kenal Nalendra dari Teknik Informatika, kampus sebelah pun sampai ikut mengenal anak tampannya Pak Hamengku yang satu ini. Karena wajah tampannya Nalen selalu mengganti cewe setiap bulannya, jika ditanya kepastian pasti dijawab "aku nggak boleh pacaran sama Mamah" padahal memang dia tidak ingin menjalin hubungan saja. Nggak akan bisa bebas katanya.
Anak kelima alias si bontot, Mahendra Hamengku. Sebenarnya Nalen dan Mahen sama sama bontot, hanya berbeda 10 menit membuatnya dipandang sebagi adik oleh Nalen. Karena anak bontot Mahen sering dimanja oleh Mas Masnya, apalagi Mas Abi. Jika sudah meminta sesuatu matanya akan berbinar seperti bayi rusa itu menjadi senjata rahasianya, tidak akan ada yang bisa menolak jika Mahen sudah mengeluarkan mata itu. Karena tingkah absurd, aktif, dan tampan, anak terakhir Pak Hamengku juga sangat populer di kampusnya. Tidak hanya di kaum hawa, di kaum adam juga Mahen tidak kalah populer. Anaknya yang humble membuatnya banyak penggemar apalagi di Ilmu komunikasi, kandang di kampusnya.
Sebagai perempuan satu satunya di Rumah Jakarta 20, Ibu Hamengku selalu di perlakukan seperti ratu kemana mana pasti di jagain tapi jika sudah urusan membereskan rumah bimsalabim semua anak anaknya hilang dari permukaan bumi. Kadang Bu Hamengku ingin memiliki anak perempuan tapi apa boleh buat dirinya udah nggak sanggup lagi untuk melahirkan.
Seperti sekarang, Bu Hamengku a.k.a Mamah sedang menyiapkan masakan untuk makan siang dan tidak ada satu pun anak bujangnya yang peka untuk ngebantu Mamahnya masak.
"Yaallah punya bujang yang bisa masak, nggak ada yang mau bantuin Mamahnya" Gumam Mamah agak keras agar anak anaknya bisa mendengar.
Mas Abi, Mahen, dan Nalen yang sedang di ruang tamu ribut bermain game langsung diam mendengar kata kata Mamahnya. Mas Anan dan Mas Athar yang berada di taman hanya tertawa.
"Mamas nggak mau bantuin Mamah?" Tanya Mamah agak teriak agar terdengar oleh Mas Abi.
"Jangan Mah! Nanti kalo rumah kebakar gimana?" Celetuk Mahen dibalas kekehan oleh Mas Anan dan Mas Athar.
"Yaudah kalo gitu Mahen aja yang bantuin Mamah" Balas Mamah membuat Mahen menepuk keningnya.
Nalen terkekeh, melihat adik kembarnya berjalan guntai ke arah dapur. Mas Abi ikut berjalan ke arah dapur dan duduk di meja makan melihat Mahen ngebantu Mamah memasak.
"Mas Anan sama Masthar ngapain?" Tanya Mas Abi penasaran.
"Ngebantuin Papah benerin ayunan belakang" Jawab Mamah.
"Lah siapa yang ngerusakin? kok bisa?" Tanya Mas Abi lagi.
Mas Abi memang begitu, anaknya penasaran banget. Apapun kalo belum jelas menurut dia itu bakal ditanyain terus sampe Mas Abi puas sama jawabannya, udah kaya reporter nyari berita.
"Mending bantuin daripada Mamas cuma ngoceh disini" Ucap Mas Athar mengambil minum.
"Sini Mamas ikut bantuin" Jawab Mas Abi ikut bergabung dengan Mas Athar, Mas Anan dan Papah.
Hanya tersisa Nalen yang masih rebahan di sofa ruang tamu, semua keluarganya sedang bekerja di area belakang rumah. Mahen sadar kembarannya masih rebahan santai diruang tamu," Papah! Nalen main game mulu, mamah minta bantuin bilangnya bodo amat!" Teriak Mahen membuat Nalen terjungkal.
"Nalen, nggak usah buru buru gitu ah. Papah udah liat kali kamu main game terus dari tadi" Tambah Papah setelah melihat anak keempatnya jatuh dari sofa.
Mas Anan, Mas Athar, Mas abi dan Mahen menertawakan Nalen sekencang kencangnya. Melihat wajah panik Nalen menghadapi candaan Papah adalah hiburan bagi mereka.
"Nggak Pah, noh Mahen bohong. Tadi mamah nyuruhnya Mahen bukan Nalen" Jawab Nalen sambil memopotkan bibirnya.
Pak Hamengku terkekeh lalu mengelus kepala anaknya itu,"Iyain aja deh" Ucap Papah disambut dengan suara tawa dari anak anaknya kecuali Nalen, sudah pasti.
Ya begitulah gambaran keluarga di Rumah Jakarta 20 disaat hari minggu. Ada aja hal sepele yang membuat keluarga itu tertawa, Kelakuan bujang bujangnya Bu Hamengku membuat suasana rumah menjadi lebih hidup.
.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Jakarta 20 | Lee In NCT
أدب الهواةIni Cerita tentang keluarga Pak Hamengku dan anak anak tampannya yang berbagai macam jenis tingkahnya.