15. Dreams

1 0 0
                                    

Jam berapa ini?

Langit masih sangat gelap. Di jalanan di bawah apartemennya, tidak ada satupun mobil yang melesat.

Nick sudah terbangun, dengan rasa pusing dan kebingungan seperti awan yang dipenuhi beban yang menggantung di kepalanya.

Dia melihat ke arah jam digital yang menempel di atas dindingnya.

2:21

Masih beristirahat di atas sofa, dia melihat ke arah jendela besar itu. Sungguh aneh, tapi menenangkan rasanya. Melihat banyaknya cahaya dari lampu-lampu dan layar-layar raksasa di bangunan-bangunan tinggi itu, tapi tidak ada satupun dari suaranya yang bisa terdengar. Seperti melihat jutaan televisi berwarna yang bisu. Begitu ramai, tapi begitu tenang.

Dia bangun dari sofa, lalu mengambil ponselnya di meja dekat dapur.

Di saat itu, di sudut matanya, dia seperti melihat sepasang titik yang bersinar di kegelapan.

"Nick? Kamu sudah bangun?" Suara Layla muncul memanggilnya dengan pelan

"Iya, Layla."

Layla melangkah keluar dari hitam pekatnya kegelapan, wajahnya sekarang disentuh oleh cahaya lembut dari lampu-lampu di luar jendela apartemennya.

"Oh, baguslah," ucap perempuan kecil itu. Wajahnya tampak sedikit pucat.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Nick sambil mendekatinya. Tapi Layla justru melangkah mundur kembali kedalam kegelapan, seperti seorang kelinci yang mundur kembali ke dalam goanya.

"Layla? Ada apa?"

Mata anak itu tampak bercahaya di balik kegelapan itu, seperti titik putih susu di tengah matanya menyala di tengah lautan warna hitam.

"Nick, aku tadi bermimpi ... tapi aku tidak tahu apa mereka mimpi atau nyata."

"Mimpi? Mimpi apa?" tanya Nick

Anak itu terdiam sebentar. Dia hanya menatapnya dari balik bayang-bayang dengan sepasang mata yang bersinar.

"Aku ... bermimpi aku sedang membunuhmu, menyayatmu, memotongmu menjadi potongan-potongan kecil," ucap Layla

Sontak, Nick langsung terbangun sepenuhnya. Mendengar itu membuatnya merinding. Berbeda dari kata-kata Layla yang biasanya, kalimat itu sangat lengkap. Dia tampak benar-benar yakin akan apa yang sedang dibicarakannya.

Bola mata Nick mulai melirik ke arah samping kirinya, ke arah definitor yang tergeletak begitu saja di atas meja makan.

Tunggu. Kenapa? Kenapa matanya perlu melirik ke arah senjata itu? Dia tidak akan membunuh gadis itu. Jelas, tidak. Gadis itu tidak tahu apa-apa. Dia bukan sepenuhnya ghost, bukan sepenuhnya seorang peniru.

Tapi logika itu perlahan tertelan oleh rasa takutnya. Hampir secara naluriah, rasa takut itu kini menggerakkan otot-ototnya. Pikirannya membayangkan skenario jika dia harus mengambil definitor itu, dan menembakkannya ke arah gadis itu beberapa saat dari sekarang, menumpahkan darahnya di lantai ruangannya sendiri.

"Layla," Nick menggelengkan kepalanya berusaha menghilangkan imajinasinya yang berlebihan, "itu hanya mimpi saja. Aku masih hidup, dan kamu tidak berbuat apa-apa padaku."

Nick berjalan selangkah ke arah gadis itu, melawan rasa takutnya sendiri.

"Mimpi itu ... terasa sangat nyata. Aku bisa merasakan basahnya darahmu di tanganku."

"Mimpi memang bisa terasa nyata, Layla. Tapi bukan berarti mereka nyata."

Nick mengambil selangkah lagi ke arah anak itu

Cahaya neon dari lampu-lampu di depan apartemennya berubah, menjadi warna merah yang dalam. Sebuah iklan baru dari televisi raksasa di depan apartemennya. Cahaya merah itu perlahan menembus ke dalam apartemennya, dan sekarang, Nick bisa melihat warna merah menyelimuti Layla.

Anak itu terlihat seperti bersimbah dengan darah. Di tengah kegelapan, dengan mata yang tampak bersinar, kulitnya tertutup oleh merah maut, dan entah bagaimana caranya, Nick dapat mencium bau darah di ruangan itu juga. Aroma itu membuatnya langsung memeriksa sekujur tubuhnya dalam tempo sedetik, memastikan bahwa tubuhnya sendiri tidak mengalami luka apa pun.

"Nick," suara Layla terdengar sangat pelan. "aku takut melukaimu" ucapnya.

"Aku takut ... aku takut kalau aku akan datang menghampirimu saat kamu sedang tidur, lalu menyayat lehermu saat kita berdua masih dalam keadaan tertidur,"

Mata mereka saling menatap dengan tajam.

"Aku takut aku akan melakukannya sekarang."

Cahaya merah itu makin terang.

Kegelapan itu hilang, dan kini Layla dapat terlihat dengan jelas. Di tangannya, dia menggenggam pisau dapur milik Nick.

"Layla," ucap Nick dengan pelan, "jatuhkan pisaunya."

"Kenapa, Nick? Kenapa kamu diam saja saat Jerry membunuh ibuku? Apa kami sehina itu untukmu? Apa kami benar-benar sekejam itu?"

"Layla, aku mohon, jatuhkan pisaunya sekarang juga"

Anak itu tidak mendengarkannya

Dia justru melangkah mendekati Nick dengan perlahan, membawa pisau itu seperti seorang pemburu yang siap menyayat korbannya.

"Layla, jangan mendekat." Nick meraih ke arah definitor-nya dengan cepat, dan gerakan itu saja cukup membuat Layla menghentikan langkahnya

"Apa kamu akan menembakku, Nick?" tanya anak itu sambil melihat senjata yang digenggam Nick.

Pandangannya penuh rasa kebencian dan jijik. Tapi, pandangan itu dengan cepat beralih, seraya dia menggerakkan bola matanya ke arah wajah Nick.

"Apa kamu akan membunuhku, seperti kamu membunuh keluargamu, Nick?"

Kalimat itu menjatuhkan senjata Nick dari genggamannya.

Dengan gagap, dia berusaha menjawab pertanyaan anak itu, "A ... apa maksudmu?"

Layla tersenyum, warna merah di matanya makin terang dan berapi-api.

"Kenapa? Apa aku kurang jelas, Nick?" anak itu melangkah makin dekat dengannya. Suaranya makin kejam, tapak kakinya makin tajam.

"Apa kamu akan membiarkanku mati ... sama sepertimu membuat Mia mati?"

Begitu dia berada tepat di depannya, dia menatap mata Nick dengan tatapan iblis itu, lalu mengatakan kalimat terakhirnya; "Kenapa kau tidak bergabung saja dengan mereka, Nick? Mereka kedinginan di sana! Mereka kedinginan akibat perbuatanmu!"

"Tidak ... apa maksudmu? Darimana kamu tahu semua ini?"

Nick tersungkur di balik sofa itu, melindungi diri dari pandangan anak yang melangkah ke arahnya. Lalu, seketika, badan Layla ambruk terjatuh ke lantai tidak sadarkan diri.

Nick masih terdiam di sana, menatap badan Layla di lantai dengan sepasang mata yang terbuka lebar.

Dari mana ... dia tahu tentang kejadian itu?

Darimana?

Darimana?!

The Ghost of TomorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang