3. Laki-laki untuk kakakku

1.5K 92 9
                                    

Hari ini adalah hari paling melelahkan untuk Jihan, Rani, dan Anisa. Ketiga perempuan itu baru saja menunaikan ibadah sholat magrib di butik milik mereka bertiga. Mereka bertiga tidak menyangka kalau butik mereka akan di serbu pelanggan dengan mereka hanya memberikan diskon 30% untuk pembeli mereka.

Jihan meregangkan otot-otot tangannya dengan badan masih mengenakan mukena. Sedangkan Rani, perempuan itu tertidur di atas sajadahnya dengan mukena yang belum dia lepaskan.

"Makan ayam bakar sama es teh malam-malam begini enak kayaknya." Ucap Rani yang langsung di beri anggukan kepala antuasias oleh Jihan. Jihan yang sedari tadi menahan lapar langsung setuju ketika temannya itu mengatakan kalau makan ayam bakar dan minum es teh malam-malam begini enak.

"Giliran makan aja semangat, Han." Cibir Rani yang di beri senyuman malu-malu oleh Jihan. "Kamu gimana, Sa? Setuju gak kalau kita makan ayam bakar malam ini?" Tanya Rani kepada Anisa yang sedari tadi terus terdiam.

Jihan melihat kearah Anisa yang sepertinya sedang melamun. Dengan lembut Jihan memegang pundak Anisa. "Sa, apa kamu ada masalah?" Tanya Jihan dengan suara lembut. Anisa tersenyum tipis, kemudian dia menggelengkan kepalanya pelan.

"Tidak, tapi aku harus segera pulang. Pagi tadi Kak Amira mengatakan kepadaku kalau dia ingin membawa calon tunangannya pulang. Rasanya tidak enak jika aku sebagai adiknya tidak ikut menemui laki-laki yang statusnya adalah calon kakak iparku." Anisa segera melipat mukenanya. Rasanya berat dirinya untuk meninggalkan ruangan persegi ini yang dirinya jadikan untuk mushola di butiknya.

Jihan dan Rani saling tatap. Keduanya melihat Anisa dengan serius.

"Kak Amira mau ngenalin calonnya malam ini?" Tanya Rani dengan antuasias. Dia yang memang juga mengenal kakak Anisa dengan baik turut bahagia ketika kakak Anisa yang memiliki humor tinggi itu akan membawa lelaki yang kakak Anisa cintai pulang ke rumah.

Anisa mengangguk singkat. "Sepertinya begitu, karena papa dan Mama ingin bertemu calon tunangan Kak Amira malam ini." Jawab Anisa sekenanya.

"Kita berdua boleh ikut pulang bersamamu? Aku sangat penasaran dengan laki-laki beruntung yang mampu meluluhkan hati kakakmu itu. Perasaan kakakmu itu tidak pernah serius setiap menjalin hubungan dengan lelaki." Jihan berkata sambil melepas mukenanya. Anisa meringis pelan, bukan dia tidak memperbolehkan kedua temannya datang ke rumahnya, hanya saja ini urusan keluarga. Rasanya tidak enak jika dirinya datang bersama kedua temannya dan menghampiri kakaknya beserta calon iparnya.

"Kalau soal itu mohon maaf, aku tidak bisa mengijinkan kalian ikut bersamaku. Bukan karena apa-apa, aku..."

"CK, aku dan Rani hanya bercanda, Sa. Kami berdua tahu kalau itu urusan keluarga." Jihan yang pikirannya cukup dewasa di bandingkan dengan cara pikir Anisa dan Rani cukup memaklumi kalau Anisa tidak mengajaknya atau Rani ke rumahnya. Karena acara itu pasti hanya untuk keluarga Anisa.

Anisa tersenyum, perempuan yang memiliki mata teduh itu mengambil tasnya dan berjalan keluar dari ruangan yang dia dan kedua temannya jadikan musholla.

"Han, Ran, jangan lupa kunci butik." Teriak Anisa sebelum menuruni anak tangga butiknya. Jihan dan Rani tidak menjawab, keduanya sibuk mengobrol.

"Kira-kira kamu penasaran gak Han siapa laki-laki yang berhasil membuat Kak Amira mempercayakan hatinya untuknya?" Tanya Rani sambil menatap Jihan yang tengah mengecek handphone miliknya. Dirinya lupa, dirinya juga harus pulang cepat karena kedua orang tuanya bisa marah kalau dirinya tidak ikut hadir di acara keluarga besarnya.

"Penasaran sih, tapi aku nunggu undangannya aja." Cengir Jihan sambil memasang senyum canggung. "Ran, makan sendiri ya? Aku ada urusan di rumah. Bay..." Seru Jihan sambil melambaikan tangan kearah Rani yang tengah menatapnya dengan kesal.

Istri PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang