2.3 Incidentally

58 7 0
                                    

Panas...

Butir-butir berwarna bening mengalir di dahiku.
Selalu saja, bangun di tempat yang asing.
Rasanya tangan dan kakiku tidak bisa aku gerakkan.

“Eh? Apa-apaan ini?”

Aku melihat seluruh tubuhku, dibalut ah bukan lebih tepatnya digulungkah? Iya aku digulung kehangatan, dan lembut. Nyaman.

“Misi?”

Tenggorokanku terasa kering, kepalaku juga masih sedikit merasa pening.

“PERMISI!!!”

Uhukkk

Aku berteriak di ruangan berwarna abu-abu muda ini, bersih.

“Udah bangun?” dia bertanya padaku lembut.

Eh muncul darimana?” ucapku berbisik sendiri.

Dia tersenyum sambil menunjuk sofa di sebrang sana.

Ah suaraku terdengar dia ya...

“S-siapa?”

“Mark”

Aku mengangguk, “S-siapa?”

“Mark”

“Eh... I-itu siapanya aku?”

“Bukan siapa-siapa”

Jawabannya benar, t-tapi bagaimana ya?

“B-bukan gitu... Ah panas”

Dia masih menatapku datar.

“Aku mau nanya banyak, tapi... bisa bukain aku dulu gak?”

Sebentar... Kok muka dia seperti tersipu malu? Mukanya merah.

Aku menaikkan alisku sebagai kode bertanya.

Dia menggaruk tengkuk lehernya yang tampak tidak gatal.

“I-itu... Baju... Kamu––”

“Baju aku kenapa?”

Dia tampak ragu,
“Yang penting bukain dulu ya, panas”

Dia mengangguk.

Tangannya menyentuh resleting sleeping bag ini, perlahan dan tampak ragu.

Aku menatapnya, dia... sepertinya aku pernah melihatnya.

Tiba-tiba saja, aku merasa angin kencang meniup tubuhku. Dingin ...

Aku memejamkan mata, benar-benar adem sekali.

Eh? Saat aku melihatnya,
“Kenapa tutup mata?”

“I-itu... kamu gak pake b-baju––” tangannya langsung melepas resleting dan mukanya merah sekali, seperti tomat.

“HAH?!”

Atmosfer di dalam ruangan ini benar-benar berubah terasa lebih dingin dari sebelumnya, tapu wajahku memanas.

Dia tidak bercanda, apa-apaan ini?! K-kenapa aku tidak memakai pakaian, hanya tersisa pakaian dalamku.

Apa yang terjadi?!

“I-itu... Bisa keluar dulu gak kamu? A-aku mau hmm i-itu——”

Dia mengangguk dan segera berjalan menuju pintu kamar, “Pake baju saya aja dulu di lemari, pilih saja”

Aku diam, bisa-bisanya dia tidak bilang dari awal!

Malu sekali aku, t-tidak aku benar-benar ingin menenggelamkan wajahku.

Setelah pintu tertutup, aku melepaskan diri dari sleeping bag ini.

“Kenapa sih hidup aku makin kesini makin acak?”

To My Youth || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang