2.0 Sadness In Pain

53 8 3
                                    

“Maaf Na, maaf...“

Aku... Melihatnya, melihat dia terbaring lemah dengan mata tertutup, selang-selang kecil yang menyambung dengan tubuhnya. Nafasnya yang terbantu dengan alat disampingnya itu. Bahkan aku bisa membayangkan bagaimana ia sedang melawan kesakitan itu, melawan untuk kembali hidup.

Hidupnya yang berwarna kini hitam pekat karena bertemu denganku. Aku... Bukan anak keberuntungan, ternyata aku anak pembawa sial.

Salah aku Na, salah aku yang membiarkan kamu mendekatiku. Seandainya aku menolak untuk pertama kalinya kamu memberiku plester, untuk pertama kalinya kamu mengajakku tertawa, dan untuk pertama kalinya kamu membawa bekal untukku. Harusnya aku tidak menerima kebaikkanmu.

Sekarang, hanya dengan hitungan detik kamu terkena sialnya kehidupanku.

“Na, aku mohon... Jangan, jangan pergi ninggalin aku dari dunia ini. Na... Tolong bangun, tolong hidup, tolong...“ aku meraung masih tepat didepan ruangannya.

Aku bahkan tidak mampu untuk melihatnya dari jarak dekat, menghirup wanginya yang sudah tercampur dengan bau obat. Aku tidak suka. Aku... Mau kamu kembali dengan senyumannya dan wangi khas marshmello di tubuhnya.

“Dimana? Dimana Jaemin, Kak! Cari Jaemin kak!”

Suara teriakannya menyadarkanku.

“Bun, tenang dulu bunda”

Aku bisa melihat, orang-orang itu dari jauh, orang-orang yang menyayangimu Na.

“J-jaemin! Jaemin anak bunda, Ayah kenapa Jaemin kenapa dia didalam ?”

“Bun, bunda tenang dulu bun”

Aku mematung... ketika melihat dua orang paruh baya di depanku.

Na... Apa ini orang tua yang selalu menyayangimu? Apa ini bunda? Bunda yang selalu bawain kamu bekal ke sekolah?

Aku masih mematung tepat disebelah mereka, melihat Bunda Jaemin yang menangis. Benar-benar membuatku perih. Hatiku, lukaku... Airmataku bahkan sudah tak mampu aku bendung.

“Tante?”

Aku berlutut, tepat di hadapan orangtuanya.

“Maaf, maafin Yoora. Om, Tante. Semua ini salah Yoora Tan, harusnya Jaemin gak berteman sama Yoora, harusnya Yoora gak jadi teman anak Tante. Tante, silahkan balas kesakitan anak tante ke Yoora, Yoora rela tante. Bahkan kalau Yoora harus gantiin tempat J-jaemin sekarang di dalam sana Yoora... Yoora rela” aku menunduk, memejamkan mata.

Menunggu tamparan seorang ibu yang tersakiti karena anaknya terluka. Aku benar-benar rela, jika harus mengorbankan nyawaku untuknya.

Aku mendengar tangis pecah dihadapanku. Hangat itu yang aku rasakan.

Pelukannya persis seseorang didalam sana. Tapi buka Jaemin yang memelukku, melainkan Bundanya Jaemin.

“Maaf, maafin bunda ya... Kamu Yoora? Yoora, Jaemin memang anak bunda, tapi semua ini pasti takdir. Bunda tidak menyalahkan kamu maupun Tuhan. Bahkan Bunda tau, seberapa Jaemin menyukai kamu. Bunda yakin kamu gak akan berbuat jahat ke Jaemin...kamu--”

Suaranya terhenti, tapi pelukan dan elusan tangannya dipundakku masih hangat, dan tulus.

“Kamu harus kuat, karena Bunda dan Ayah juga kuat, kita percaya Jaemin akan sembuh”

Aku bisa merasakan basah di gaunku sekarang, tangisan Bunda benar-benar menyakitkanku. Bagaimana bisa aku tegar, disaat yang didalam adalah orang yang paling aku sayangi.

Tapi melihat Bunda kuat, aku harus percaya. Benar kata Bunda. Percaya! Kamu akan ada disampingku dengan tawa. Tolong Na, tolong tersenyum selamanya bersamaku.

To My Youth || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang