"Kakak yakin! Ervin akan ngasik kamu ijin untuk latihan bela diri. Kakak akan minta dia setujuin permintaan kakak."
"Ijin apa?" sahut Ervin yang baru saja datang dari kasir warung.
"Kak, aku—"
"Dhita," tegur Ezian sembari menggelengkan kepala.
"Oh, oke!"
"Kalian, ada urusan apa?" tanya Ervin curiga.
"Cuma ngobrol? Maybe. Lo ga perlu tau, yang penting lo besok harus dateng ke markas di jalan Angsia disana lo akan ketemu sama anggota gue," kata Ezian dingin.
"Ah, ya. Ajak Dhita juga. Gue ada urusan sama adek lo," lanjut Ezian lalu pergi dari tempat itu.
"VAN! MAU KEMANA?" teriak Ferro.
"MARKAS!" jawab Ezian.
"Lo ga makan?" tanya Gavino melihat kepergian Ezian.
"Gue makan di markas." Ezian mulai meninggalkan warung.
"Kalau gitu, gue sama adek gue pamit ya. Udah mau malem juga," ujar Ervin menggandeng Dhita keluar dari warung.
"Yoi! Hati-hati." setelah Ervin dan Dhita pergi, mereka mulai makan, mengobrol atau pun bercanda.
Keesokan harinya, Ervin bersiap-siap untuk mendatangi markas Black Alavator. "Dek, kamu yakin mau ikut ke markas juga? Kamu ada urusan apa sebenarnya sama Ezian?" tanya Ervin kearah sang adik
"Cuma urusan biasa kok, kakak tenang aja." Dhita tersenyum kearah kakaknya.
"Baiklah, kalau itu mau kamu. Kakak nggak akan ngelarang."
Selesai mempersiapkan diri, Ervin dan Dhita pergi menuju jalan Angsia ke markas Black Alavator.
Sesampainya di gerbang, mereka berdua bertemu dengan seorang remaja dengan tubuh besar sedang berjaga di gerbang tersebut.
"Permisi, Gavino ada?" Ervin menyapa remaja tersebut.
"Untuk apa lo nyarik ketua gue?" balas remaja tersebut.
"Gue—"
"Kak, ada bang Ezian gak? Soalnya Dhita disuruh dateng kesini. Bang Gavino juga nyuruh Kak Ervin dateng kemarin. Kalo ngga percaya tanya aja Bang Ezian sama Bang Gavino." ucapan Ervin terpotong seketika saat Dhita menyambar ucapannya.
"Dhita." Ervin menggelengkan kepala melihat kelakuan sang adik.
"Maaf kak." Dhita tersenyum jahil kearah Ervin.
"Sebentar, gue panggil mereka dulu." remaja tersebut masuk ke dalam untuk memanggil Ezian dan Gavino.
Tak berselang lama, remaja itu datang bersama Gavino. "Kalian masuk aja. Disana, Ezian udah nunggu kalian," ucap Gavino lalu bergi bersama motor besarnya.
Dhita dan Ervin dipersilahkan masuk, setelah masuk mereka melihat besarnya markas Black Alavator. "Wah, besar banget markasnya! Padahal pas di gerbang tadi, aku cuma liat kalau markas ini sebuah rumah biasa," ujar Dhita yang masih terkagum dengan markas Black Alavator.
"Kakak juga nggak nyangka kalau markas mereka akan sebesar ini." Ervin memperhatikan sekeliling.
Setelah puas melihat markas, mereka dipanggil untuk masuk lebih dalam lagi. Bertemu dengan semua anggota Black Alavator.
Setelah bertemu, anggota inti mulai memperkenalkan Ervin kepada seluruh anggota Black Alavator.
"Baiklah, untuk semua anggota silahkan berkumpul! Karena, kita akan menyambut anggota baru kita di Black Alavator," perintah Ezian dan mendapat respon seluruh anggota geng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love With The Geng Motor | END
БоевикSeorang laki-laki harus menjalani kehidupannya tak semulus remaja lainnya. Diusia nya yang baru saja lulus SMA harus diusir dari rumah hanya karena sebuah kesalahan kecil yang membuat kedua orang tuanya marah besar. Sang adik yang sangat menyayangi...