Pelatihan

429 39 2
                                    

Perempuan tersebut berlari kecil menuju ruang guru. Sesampainya disana, ia menghampiri seorang laki-laki paruh dengan tinggi 180 cm, dengan kemeja hitam corak, sepatu pantofel, dasi merah yang bertengger rapi di leher, dan yang pasti tatanan rambut ala anak muda jaman sekarang.

"Halo, permisi, Pak!" sapa Dhita sopan.

Laki-laki tersebut menoleh ke arah Dhita. "Iya, halo. Ada yang bisa saya bantu?" tanya laki-laki tersebut.

"Begini, saya disini meminta ijin untuk melakukan ekstra silat dan saya sendiri adalah pelatihnya. Apakah bapak mengijinkan? Saya kemari di panggil oleh Pak Eri selaku guru olahraga disini untuk mengajar ekstra dan sebelum itu saya harus meminta ijin pada bapak," jelas Dhita. Laki-laki itu mengangguk paham.

"Baik, terima kasih telah menjelaskan maksud kamu kemari. Ya, lakukan saja tugasmu, kemarin memang saya dan Pak Eri mendiskusikan ekstra yang baru saja akan di kembangkan di SMA Bakti, dan peminat ekstra ini sangat banyak di kalangan siswa kami. Jadi, saya berharap kamu bisa menanganinya dengan baik," jawab laki-laki tersebut.

"Baik pak! Sebelum itu, perkenalkan saya Dhita Gracia dan nanti akan ada partner saya bernama Ezian Sanjaya yang akan membantu saya melatih para siswa disini." Dhita mengulurkan tangannya kehadapan laki-laki tersebut.

Laki-laki itu, membalas uluran tangan Dhita lalu berkata, "Salam kenal Dhita, saya Celio Daniel Brata. Kepala bidang kesiswaan disini."

"Salam kenal juga, Pak. Kalau begitu, saya juga meminta ijin meminjam speaker untuk pemanggilan para siswa peminat ekstra."

"Oh, iya silahkan. Selamat bekerja." Dhita tersenyum ramah, lalu berjalan menuju tempat speaker.

Menyalakan mic, lalu mulai mengaktifkan mode mic di speaker.

"Halo ... Selamat pagi menjelang siang adik-adik SMA Bakti! Bagi siswa atau siswi yang merasa memilih ekstra silat bisa langsung menuju lapangan dengan baju olahraga dan bertemu dengan pelatih disana. Terima kasih." Suara lembut dan juga tegas yang secara bersamaan membuat para siswa dan siswi di SMA itu diam tak berkutit.

Kenapa?

Siapa guru yang memiliki suara se lembut ini, sedangkan para guru di SMA Bakti tak ada yang memiliki suara selembut ini.

Kecuali, suara cempreng dan keras yang selalu mereka dengar setiap hari hanya untuk pemberitahuan semata.

Para siswa dan siswi mulai turun dan keluar dari kelas masing-masing. Masih membicarakan, suara siapa yang tadi memberikan pengumuman untuk mereka.

"Anjir, tumben banget gue denger orang ngomong selembut dan setegas itu. Curiga, kalau yang ngajar siswi sekolah lain." ujar seorang laki-laki dengan kulit sawo matang, mata coklat terang dan tinggi yang menyetarakan teman-temannya yang lain.

"Maybe? Nanti kalau bukan siswa gimana?" tanya seorang laki-laki dengan kulit putih pucat dan mata hijau yang membuat siapa saja akan menyukainya.

"Lebih baik kita segera kesana untuk mengetahui lebih jelasnya," kata laki-laki yang sering disapa Yudha.

"Kalo si boss udah ngomong gitu, dijamin ceweknya kaga main-main," imbuh laki-laki yang ada disampingnya.

"Yee ... Carfan mah cewek mulu matanya, di kasi mapel mtk aja ngeluh sakit perut," cerca Danian.

"Emang ada yang di sekolah ini suka mtk?" heran Carfan.

Love With The Geng Motor | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang