Apakah dia harus menyerah sampai disini saja? Sungguh dirinya bingung kali ini.
"Kak, Dhita udah selesai," ucap Dhita menaruh piring di wastafel.
"Ya udah, kamu taruh aja piringnya, ga usah di cuci. Langsung istirahat aja," jawab Ervin.
"Oke kak." Dhita berlari menuju kamarnya dan beristirahat.
Ervin membersihkan meja bekas tempat mereka makan tadi, mulai dari mencuci semua peralatan makan, mengelap meja, dll.
Setelah semua selesai, Ervin mengistirahatkan dirinya di sofa. "Gue harus berusaha! Bagaimana pun caranya gue harus dapet pekerjaan," ujar Ervin menyemangati dirinya.
Hari terus berjalan seiring dengan waktu, tak terasa sudah seminggu Ervin dan Dhita adiknya menempati rumah tersebut.
Seminggu juga Ervin terus berusaha mencari pekerjaan. "Kak, Dhita ada keluar sama temen-temen. Boleh ga kak? Uang kakak masih ada?" tanya Dhita kearah Ervin yang memainkan hp nya.
"Boleh kok, ada sih cuma ga sampai sepuluh juta. Emang kamu mau bawa berapa?"
"Hm ... lima ratus ribu aja deh. Kebanyakan ga menurut kakak?"
"Engga kok, cukup itu mah buat kamu jalan-jalan. Kalo kesisa, kamu tabung atau ga pakai uang jajan kamu di rumah sama sekolah. Oke?" Ervin memberikan Dhita uang seratus ribu sebanyak lima lembar.
Dhita bukanlah tipe perempuan matre atau banyak meminta uang untuk pergi jalan-jalan atau berbelanja.
Dia hanya akan meminta uang seperlunya, jika dia meminta lebih berarti dia akan pergi keluar daerah tempat tinggalnya.
"Makasi kak, aku pergi." Dhita mencium pipi Ervin dan beranjak pergi keluar rumah.
Setelah Dhita pergi, Ervin tersadar jika dia belum makan sedari tadi. Dilihatnya tudung saji yang tak berisi makanan sedikit pun.
Ervin bergegas mengambil dompet dan ponselnya untuk pergi ke warung makan dekat rumahnya.
Sesampainya disana, Ervin memesan makanan dan makan disana. Tak lama, terdengar suara deru motor yang baru saja sampai di warung tersebut.
Ervin tak memperdulikan hal tersebut. Dia meneruskan memakan makanannya hingga habis.
Tiba-tiba ...
Plak!
Seseorang memukul bahunya, Ervin sontak menoleh dan pemandangan pertama yang dia lihat adalah segerombolan remaja yang sepantaran dengan dirinya.
Uhuk!
"Eh, eh, minum dulu," ucap remaja dengan wajah tampan dan putih sambil memberikan Ervin air putih.
Glek! Glek!
"Ka-kalian siapa?" Ervin mengerjapkan matanya. "Lo ga kenal kita?" tanya remaja itu lagi.
"Engga lah! Kapan kita pernah ketemu?" Ervin mengerutkan alis.
"Gue juga ga inget nama lo sih," ucap polos remaja tersebut.
"Yeee! Ngapain nyapa kalo gitu bego!" remaja dengan kulit sawo matang dan berambut gondrong memukul lengan remaja di depannya.
"Ehehe sorry, nama lo siapa? Lupa gue."
"Gue Ervin Miller," jawab Ervin.
"Ohh! Ervin. Ini gue Vin, gue Revan yang lo selamatin kemarin dari pasukan geng motor yang ngejar gue." Revan berusaha mengingatkan Ervin terhadap kejadian itu.
"Re-van, wait gue inget dulu ... oh! Elo. Eheheh gue kaga inget, soalnya kita ketemu cuma sekali aja jadi wajah lo ga familiar di mata gue." Ervin menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Gak papa kali hahah. Bay the way, lo sendiri aja? Pacar lo mana?" tanya Revan.
"Tega bener lo nanyainnya! Kalo dia jomblo gimana?" ujar Ferro.
"Ya, kan, ga ada salahnya nanya anjir!" balas Revan.
"Hahaha, gak papa kali. Gue kaga ada pacar, yang ada gue punya adek. Bahkan dia lebih cantik dari yang lain, dia segalanya buat gue." Ervin menatap lurus kedepan sambil sedikit tersenyum.
"Emang adek lo sekolah dimana? Siapa tau bisa gue gebet ahahha," canda Gibran.
"Bisa aja lo. Adek gue sekolah di SMA Bakti," jawab Ervin sambil memakan makanannya,"eh, kalian duduk dulu, masak berdiri begini," ucap Ervin memberikan tempat pada teman-teman Revan dan pasukan inti Black Alavator.
"Eh, iya sorry-sorry. Yok guys duduk dulu." semua memandang sinis Revan.
Yang dipandang hanya melebarkan senyumnya dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Ervin!" panggil Gavino pada Ervin yang memakan makanannya.
"Kenapa?"
"Gue ada tawaran buat lo." Gavino mulai serius.
"Maksudnya?" Ervin mengernyitkan alis.
"Lo mau gabung di geng motor kita?" tanya Gavino yang membuat Ervin tersedak minumannya sendiri.
Uhuk!
Ervin memukul dadanya sembari terus batuk. "Perasaan, lo terus keselek aja! Santai Vin, kita ga minta keputusan lo hari ini kok," ucap Gibran mengusap punggung Ervin.
"Tapi, kenapa kalian mau ajak gue ke geng motor kalian?" tanya Ervin.
"Ya, kita liat lo itu cocok buat masuk jadi anggota kita. Lo pinter bela diri sama solidaritas lo gede," jawab Gavino santai.
"Tapi ... gue motor aja ga ada! Bahkan dari satu minggu yang lalu gue nyari pekerjaan ga ketemu sama sekali," lirih Ervin.
"Iya, gue tau. Semenjak lo nyelamatin salah satu anggota inti, gue selalu ngawasin lo kemana pun lo pergi. Gue juga liat lo sempet putus asa gara-gara ga dapet pekerjaan," jelas Gavino sambil menepuk bahu Ervin pelan.
"Pantes, setiap gue kemana-mana kayak ada yang ngawasin. Ternyata kalian," tunjuk Ervin.
"Kita ngawasin orang ga semata-mata kepo atau gimana. Cuma orang-orang yang penting dan memang kita perlukan untuk geng motor kita," ucap dingin Ezian.
"Keuntungan gue ikut geng motor kalian apa? Bukannya gue menolak, supaya jelas aja gitu, kenapa gue bisa masuk ke circle kalian," ujar Ervin.
"Gue gak bisa ngasi keuntungan apa pun buat lo, tapi gue bakal bantu lo dapatkan pekerjaan supaya lo bisa membiayain hidup adek lo. Oh ya, gue juga punya beberapa motor yang emang engga kepakek. Baru beli," ungkap Gavino.
"Gila! Kenapa ga bilang punya motor baru? Liat noh, motor gue udah mau rusak gegara tengkar terus sama si Black Star. Bagi satu lah," pinta Saga menengadahkan tangan.
"Gue beli motor hanya untuk anggota baru, jadi semasih motor lo ga hancur dan masih bisa dipakai usahakan pakai. Hargai pemberian orang." Gavino menatap Saga dingin.
Begitulah Gavino, dia akan bersikap hangat hanya pada orang yang benar-benar dia percaya. Selain itu, dia akan bersikap dingin dan sedikit ketus.
Tapi, tidak untuk Ezian yang merupakan manusia es yang sangat sulit untuk ditaklukan.
"Iya-iya. Baru juga seneng bakal punya motor baru," gumam Saga sambil mengaduk makanannya.
"Ahahah, makanya jangan minta begituan kena kan lo." Ferro mengejek Saga sambil tertawa puas melihat wajah Saga yang cemberut.
"Lo ...." kesal Saga menggantung ucapannya dan menunjuk Ferro.
"Kenapa? Mau mukul? Nih, nih, pukul ahahaha." Ferro semakin membuat Saga panas.
"Kalian kalo mau gelud mending tengah jalan noh," tunjuk Revan kearah jalanan dengan ujung matanya.
"Ga level gue gelud sama manusia kek lo, sekali pukul juga ambrug." Saga menatap Ferro remeh.
"APA!?"
TBC-!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love With The Geng Motor | END
AksiSeorang laki-laki harus menjalani kehidupannya tak semulus remaja lainnya. Diusia nya yang baru saja lulus SMA harus diusir dari rumah hanya karena sebuah kesalahan kecil yang membuat kedua orang tuanya marah besar. Sang adik yang sangat menyayangi...