Sambil berlari, Ezian terus mencari keberadaan kotak P3K di rumah ini. "Nyari apa An?" tanya Revan.
"Ada P3K nggak?" tanya Ezian. Siapa memangnya yang terluka, sampai seorang Ezian yang dingin dan tak terlalu perduli keadaan bisa sepanik ini.
"Itu bukan sih?" tunjuk Gibran pada sebuah kotak disamping TV. Ervan langsung mengambil kotak tersebut dan memeriksanya terlebih dahulu.
"Iya, ini dia. Makasi." Ezian berlari menuju dapur dan kembali mengobati tangan Dhita yang terluka.
Selesai mengobati Dhita, Ezian menggiring Dhita menuju meja makan untuk beristirahat. "Kamu masih luka, jadi biar kakak aja yang gantiin kamu masak, oke?"
"Emangnya, kakak bisa masak?" tanya Dhita. Ezian hanya tersenyum tipis, Ezian mulai mengambil semua peralatan dapur dan mengolah semua bahan makanan dalam 1 jam.
Dhita yang menunggu Ezian memasak sampai tertidur di meja makan. "Dhita, nih aku udah selesai masak," ucap Ezian yang tak mendapatkan sahutan dari arah belakangnya.
'Kenapa ga ada jawaban? Ah, mungkin lagi ke kamar mandi,' batin Ezian.
"Dhita!? Kamu dimana?" teriak Ezian, sahabatnya yang mendengar teriakan Ezian segera menuju dapur untuk mengetahui apa yang terjadi.
Sampai di dapur, mereka mendapati Dhita yang tertidur pulas di atas meja makan dengan tangan yang menumpu kepalanya.
Mereka semua mulai duduk di meja makan dan terdiam untuk mengejutkan Ezian yang akan menyiapkan makanan di meja makan.
Ezian pun berbalik. "Hah!" kejut Ezian yang hampir membuat makanan yang ada di tangannya terjatuh.
Ezian memberikan tatapan datar pada mereka semua. "Ngapain kesini? Gue bahkan ga ada nyuruh kalian buat kesini."
"Siapa suruh teriak-teriak! Ya ... kita sebagai sahabat yang baik 'kan harus memeriksa keadaan dan memastikan apa yang terjadi," jawab Ferro.
"Lo juga teriak kayak orang gila. Si Dhita lagi tidur lo teriakin." Ezian mengedarkan pandangan kearah semua sahabatnya dan mendapati Dhita yang tertidur pulas.
Ezian menaruh makanan nya dan menepuk bahu Dhita pelan untuk membangunkan perempuan itu.
Puk! Puk!
"Dhit, Dhita, ayo bangun kita makan dulu."
Dhita yang merasa tidurnya terganggu, mulai menggeliat kecil dan perlahan membuka matanya. "Hm ... Makanan nya udah selesai? Kenapa rame gini?" gumam Dhita yang mulai melihat satu per satu teman-teman kakaknya.
"Dhit, tau ga? Tadi kamu diteriakin sama Ezian," cibir Saga, laki-laki itu terkekeh pelan melihat ekspresi Ezian yang menahan kesal dihadapan adik temannya itu.
Dhita berusaha mengumpulkan nyawa, dan mulai mengerti apa yang di katakan oleh Saga.
"Kok Kak Ezian teriakin aku? Aku ada salah apa?" Ezian mulai panik mendengar pertanyaan Dhita.
"I-iya bukan neriakin gimana Dhit, kakak neriakin kamu mau nanya kamu dimana. Kakak mau bilang kalau makanan udah selesai dimasak, eh, nggak ada yang jawab. Ya kakak teriak," jawab Ezian.
Dhita hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Ezian. "Ya udah, kalau gitu kita makan ya? Sini aku bantuin kakak nyiapin makanannya." Tawar Dhita, Ezian dengan semangat mulai mengambil makanan untuk dimakan bersama.
"Dhita, gimana sama Ervin? Dia masih sakit?" tanya Gavino. Dhita yang sedang menyiapkan makanan menoleh kearah Gavino. "Aku ngga tau kalau sekarang, tadi sih udah istirahat. Nanti, aku ajak Kak Ervin turun kalau bisa, kalau engga kalian bisa keatas aja jenguk Kak Ervin," jawab Dhita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love With The Geng Motor | END
AksiSeorang laki-laki harus menjalani kehidupannya tak semulus remaja lainnya. Diusia nya yang baru saja lulus SMA harus diusir dari rumah hanya karena sebuah kesalahan kecil yang membuat kedua orang tuanya marah besar. Sang adik yang sangat menyayangi...