iii. there might be something real between us two.

196 32 2
                                    


Penerbangan yang berlangsung selama enam belas jam tidak membuat rasa gugup Hyewon berkurang. Rasanya ia sangat resah, bahkan suara dengkuran pelan Lia yang tidur di sebagian besar durasi penerbangan tidak menenangkannya. Makanan pesawat yang biasanya ia habiskan lahap, sekarang hanya mengambil beberapa suapan kecil. Lia saja menatapnya heran, kenapa seorang Kang Hyewon yang hobi makan ini menjadi tak nafsu.

Hyewon merasa mual, bukan karena tekanan udara yang tiba-tiba menurun atau gerakan pesawat yang mendadak bermanuver, tapi karena membayangkan skenario yang akan terjadi ketika ia bertemu dengan Eunbi.

Pada hari sebelumnya, Hyewon mengabari kepada keluarga dan teman-temannya kalau ia akan pulang setelah sekian lama. Untuk menyambut kepulangan Hyewon, keluarga dan beberapa teman-teman Hyewon, termasuk sahabatnya sekaligus kakaknya Lia, Choi Yena, mengadakan sebuah acara makan malam kecil-kecilan di rumah tantenya.

Salah satu tamu yang diundang adalah, tak lain dari Kwon Eunbi, yang diajak oleh Baekho.

Dan setuju untuk datang.

Hyewon masih tak habis pikir bagaimana abangnya itu bisa dengan mudah mengajak mantan pacarnya yang bikin dia uring-uringan selama banyak malam itu ke rumah untuk ikut memeriahkan acara kepulangannya. Dan ia semakin pusing lagi ketika ia tahu kalau Eunbi sendiri yang setuju untuk datang.

Hyewon seperti ingin berteriak, tapi tidak mungkin ia lakukan di tengah-tengah kerumunan penumpang pesawat seperti ini. Nanti saja kalau ia sudah sampai di rumah, ia teriak yang kencang dengan ditutupi bantal tidurnya.

Dering intermisi berbunyi, suara pilot dari kokpit mengisi suasana hening dalam pesawat itu. Memberi kabar kepada para penumpang kalau mereka sudah sampai tujuan, dan sebentar lagi akan mengambil posisi mendarat.

Meski suasana pesawat tak bergeming, telinga Hyewon bisa mendengar jelas betapa detak jantungnya berdegup semakin kencang.

-

Hyewon menggeser tuas persneling ke samping huruf P, lalu mematikan mesin mobil. Diparkir rapi olehnya mobil Agya putih kesayangan di carport sebuah gedung kosan yang menjadi sebuah tempat akrab ia kunjungi selama setahun terakhir. Tas ranselnya yang ada di atas jok kursi penumpang ia ambil dan digendong sebelah, kemudian ia keluar dari mobil. Tak lupa ia kunci sebelum ia menuju pintu depan gedung kosan tersebut.

Diketuk tiga kali oleh Hyewon pintu jati yang terpampang di hadapannya, sudah menjadi kebiasaannya setiap hari melakukan ini pada jam sore menuju malam. Penghuni kosan pun sudah kenal baik dengannya.

Terbukalah pintu, dan memperlihatkan seorang perempuan berkacamata bulat menyambutnya dengan senyuman yang hangat. Eunbi.

"Yuk masuk," ujar Eunbi sambil membukakan pintu lebih lebar untuk Hyewon.

Hyewon masuk ke dalam gedung tersebut, berpermisi pada orang-orang yang sedang duduk di ruang tamu menonton televisi. Mereka juga sudah hafal dengan Hyewon, hampir setiap hari ia datang berkunjung menjadi tamu Eunbi.

"Naik duluan aja," Eunbi berkata sambil menarik lengan Hyewon menuju tangga, "aku ambilin minum dulu ya."

Hyewon mengangguk, sedikit kecewa karena kehilangan sumber kehangatan dari tangan lembut Eunbi yang melepas pegangan pada lengannya. Lalu ia berjalan menuju tangga, menaiki hingga lantai kedua ke kamar Eunbi.

Semenjak kejadian Hyewon mengantar Eunbi pulang setahun yang lalu, Eunbi menjadi sering main ke rumah tantenya dengan alasan ingin bercengkrama santai saja. Dan selalu meminta kepada Baekho supaya ia pulang diantar Hyewon. Itu menjadi kebiasaan mereka berdua, sampai Eunbi mengajak Hyewon masuk ke dalam kamar kosannya waktu itu untuk mengobrol lebih lanjut lagi.

jaga.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang