"Bi, mau kopi?"
"Boleh."
Pagi itu cerah, sangat berbeda dari pagi-pagi sebelumnya yang selalu basah karena air hujan. Maklum, sudah biasa untuk hari di musim penghujan jika paginya dimulai dengan dinginnya hujan deras. Tapi pagi ini berbeda, memberikan tarikan nafas baru pada manusia-manusia yang hendak bersiap-siap memulai aktivitasnya.
Eunbi terbangun dari tidur tadi pagi dengan disapa oleh sinaran matahari hangat yang mengintip dari balik gorden yang sedikit terbuka. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama ia bangun lebih duluan daripada jam bekernya. Ia bisa memulai harinya lebih cepat daripada sebelumnya, meski tak banyak yang akan ia lakukan hari ini.
Mungkin ia bangun pagi bukan karena malam sebelumnya tidur lebih cepat, atau karena ia tidak meminum kopi hari di sebelumnya, melainkan karena hal yang lain.
Karena tawaran yang Hyewon berikan padanya beberapa hari yang lalu.
Setelah mereka menghabiskan waktu berdua waktu itu, sampai sekarang mereka belum sempat untuk berkumpul lagi. Hyewon si disiplin, ternyata dia juga membawa sebagian pekerjaannya pulang karena tidak ingin agendanya menumpuk nanti ketika dia pergi lagi. Kemarin sempat Eunbi mengunjungi ke rumah tante Kang, tetapi tidak lama-lama karena Hyewon sedang tidur beristirahat lelah bekerja.
Namun dalam jangka waktu yang terpaut semenjak mereka jalan memandangi langit malam bersama, yang bisa Eunbi pikirkan adalah kata-kata Hyewon. Bagaimana Hyewon mendesak tapi tidak memaksa, tetap memberikannya sebuah pilihan untuk menolak jika ia tidak setuju. Sesuatu yang khas dilakukan oleh seorang Kang Hyewon, yang membuat Eunbi uring-uringan tidak bisa tidur.
Kereta lamunan Eunbi terhenti karena suara mug kopi yang diletakkan di depannya.
"Ini kopinya Bi."
"Makasih Woo," senyum Eunbi kepada tamunya.
Seongwoo yang selalu menjadi tamu paginya, ia pun terkejut melihat Eunbi yang sudah bangun dan rapi ketika ia datang. Biasanya ia harus membangunkannya dulu.
Selama kepergian Hyewon, Eunbi selalu ditemani dengan Nayeon, sahabatnya yang sekarang tidak ikut sarapan bersama karena ada kerja, dan Seongwoo. Mereka bertiga adalah sahabat satu angkatan S2 jurusan psikologi klinis dewasa yang Eunbi ambil. Bahkan ketika enam bulan yang lalu dimana Eunbi baru saja putus (?) dengan pacar pertamanya itu, Nayeon dan Seongwoo lah yang menemaninya sampai bisa baik lagi.
Terutama Seongwoo.
Lelaki itu ketika ia baru tahu kalau Eunbi dan Hyewon sedang rehat hubungannya, ia mengambil inisiatif untuk merawat Eunbi. Datang setiap pagi untuk sarapan bersama, diantarkan ke kampus kapanpun ia butuh, diajak keluar untuk jalan-jalan supaya Eunbi tak penat memikirkan tesis dan Hyewon. Semua Seongwoo lakukan untuk melihat senyuman Eunbi kembali lagi pada wajahnya.
Seperti ia ingin membuktikan sesuatu kepada Eunbi.
Bahkan sekarang pun ia temani Eunbi sarapan, meski sedang tidak ada perkara apapun. Ia hanya ingin menghabiskan waktunya bersama Eunbi.
Sebelum nanti Eunbi kembali lagi menjadi milik Hyewon. Itu juga kalau Eunbi mau.
"Jadi waktu itu gimana? Jadi ngomong?" Seongwoo bertanya langsung. Ia merasa tak perlu basa basi lagi jika membicarakan tentang hubungan Eunbi. Seakan ia penasaran, tapi tidak mau lama-lama mendengarkannya juga.
Eunbi memutar-mutarkan telunjuknya pada tepi mug, "jadi."
Ini topik yang tidak bisa dihindari, tapi ia malas sekali untuk membicarakannya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
jaga.
Fiksi Penggemar"Kalau aku minta kamu memilih, kamu bakal pilih siapa? Cinta pertama kamu yang tidak pernah ada untukmu, atau aku yang datang tiba-tiba di antara kalian tapi mau dengan ikhlas jadi pendamping hidup kamu?" gxg & bxg, semi nonbaku, indo.