𝐃𝐑𝐈𝐅𝐓 :: Chapter Five

1.1K 238 14
                                    

MARK 5: Amarah. // 2,8k words.

+++

Jangan lupa vote + komen!

.
.
.

"Joohyun, dengarkan aku! Kamu harus-"

Seulgi bangun dari tidur dengan wajah yang shock. Punggungnya basah karena keringat, begitupun ranjang tidurnya. Matanya melihat tulisan 'critical' berwarna merah dan tebal. Seluruh wajahnya basah, dan kedua tangannya sibuk menarik selimut.

"Apa yang-"

"Kondisi mentalmu gak stabil, Seulgi. Penyebabnya adalah tekanan dari mimpi buruk karena tes jembatan saraf."

Suara Rowoon terdengar di kepalanya. Seulgi menelan saliva sambil mengusap wajahnya. Perlahan dia menggeleng, tidak menyetujui apa yang Rowoon beritahu.

"Itu bukan mimpi buruk, tapi memori Joohyun." Seulgi menarik napas. "Apa efek ini normal setelah melakukan protokol pilot to pilot?"

"Ya. Jembatan saraf membiarkan kamu bisa melihat memori kehidupan Joohyun, efek sampingnya memori itu tertanam di otakmu seakan kamu mengalami insiden tersebut. Itu bisa terjadi ketika pilot mengunci memori."

Seulgi mengusap tengkuknya. Pantas Kibum bilang begitu. "Tapi, kenapa aku berhasil dalam sekali coba?"

"Bukan kah kamu udah tau itu, Seulgi? Emosimu stabil, dan kamu membiarkan memorimu lewat begitu aja."

"Ya, tapi kenapa Joohyun gak?" tanya Seulgi, dan Rowoon terdiam. "Jadi, kamu ingin bilang kalau selama ini ia gak aktif jadi pilot, itu karena terkendala padanya?"

"Gak ada yang tau, Seulgi."

Seulgi menghela napas pada jawaban Rowoon. Segera setelah Seulgi merasa pulih dari memori Joohyun, Seulgi langsung pergi mandi. Rasa tenang memenuhi hatinya, merasakan dari atas sampai bawah diguyur air hangat.

Namun, pikirannya sedang melayang mengingat kembali apa yang terjadi 3 hari yang lalu. Di ruang pilot, setelah tes jembatan saraf gagal. Seulgi menolong Joohyun untuk diantarkan ke ruang kamarnya, titik itu adalah yang paling rendah untuk melihat kegagalan Joohyun.

Tidak ada yang bisa berkutip saat itu, Seulgi sendiri mengabaikan pertanyaan teman-teman karena yang ingin ia lakukan adalah membawa Joohyun ke kamarnya. Oh, tapi kenyataan menampar wajahnya. Justru Joohyun menyuruh Seulgi pergi setelah sampai, padahal Seulgi berniat ingin menemani Joohyun.

Pikirannya tidak salah, memang seharusnya Joohyun ditemani saat itu. Dia pasti kebingungan sama apa yang terjadi. Seulgi tidak bisa membayangkan Joohyun sendirian di kamar, bukan kah itu menyakitinya?

"Kenapa dia berpikir begitu?" tanya Seulgi, "Kenapa dia minta maaf padaku?"

Ketika Seulgi selesai mandi, dia segera pergi ke ruang medis untuk melakukan pengecekan. Seulgi cuma menyapa dan dilanjutkan Sunmi untuk mengambil sempel darah. Seulgi mengusap lengan bekas disuntik sambil melihat Sunmi menggeser kursinya ke arah komputer.

"Jadi, bagaimana harimu, beruangku?" tanya Sunmi yang melirik ke arah Seulgi.

Seulgi tersenyum tipis, "Baik, sejauh ini."

"Aku terpukau, selalu. Gak biasanya orang bisa sehat sepertimu setelah tes jembatan saraf, khususnya yang gagal." Sunmi berhenti mengetik. "Apa kamu udah mencoba bicara dengannya?"

"Entahlah," Seulgi menundukkan kepala. Mengingat kembali ekspresi Joohyun tempo hari. "Aku udah coba, tapi Joohyun gak pernah mau membuka pintunya."

Drift ─ Seulrene ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang