𝐃𝐑𝐈𝐅𝐓 :: Chapter Twelve

1.2K 246 38
                                    

MARK 12: Disembunyikan. // 4,6k words

+++

Jangan lupa vote + komen!

.
.
.

Seulgi mencari-cari telapak Sunmi. Begitu didapat, Seulgi tidak segan untuk menggenggam seerat mungkin. Ia mencoba untuk turun dari kasur tanpa indera penglihatannya. Sunmi tidak keberatan, mengesampingkan rasa sakit akibat genggaman Seulgi, ia tahu ini adalah tanggung jawabnya.

Memastikan Seulgi bisa pulih sampai keluar dari rumah sakit, itu adalah tugas pentingnya.

"Kamu gapapa?"

Seulgi mengangguk, "Hm."

"Kamu yakin gak mau aku ambilkan kursi roda? Itu lebih mudah daripada berjalan."

"Sunmi, aku gapapa." Nada bicara Seulgi sangat jutek. Akhir-akhir ini, segala sesuatu menyulitkan Seulgi. Oh tentu Seulgi tidak bermaksud kasar kepada Sunmi, "Aku cuma... ingin beradaptasi dengan keadaanku."

Mendengar itu Sunmi langsung menatap Seulgi. Sayang sekali beruang itu tidak bisa melihat ekspresi Sunmi saat ini. Sang Dokter merasa gagal untuk menyembuhkan pasiennya, khususnya jika penyakit itu tidak biasa. Sunmi merasa bersalah karena Seulgi tidak bisa melihat lagi.

Kedua bola mata buatannya masih tertanam namun tidak bisa digunakan lagi karena tiada tenaga untuk mengaktifkannya. Sunmi tidak ingin melepaskannya, bukankah sangat horror melihat seseorang tanpa kedua matanya? Sunmi yang paling tahu mengaku kalau itu sulit untuk dibuatkan yang baru. Kalau pun bisa diperbaiki, Sunmi tidak bisa melakukan itu sendirian.

"Kamu ingin ke taman?" tanya Sunmi.

"Gak." Seulgi menggeleng pelan, ia menoleh ke sebelahnya. Tidak lurus ke arah Sunmi, setidaknya itu yang Sunmi lihat, "Aku cuma ingin beli minuman."

Sunmi tersenyum, "Kamu belum boleh, Seulgi."

"Oh." Kecewa Seulgi, "Bagaimana dengan makan nanti? Kamu menyuruh mereka beli sujebi, kan?"

"Seulgi." Sunmi mencoba membuat Seulgi mengerti tentang keadannya. "Kamu masih sakit."

Seulgi sudah muak mendengarnya. "Aku gak sakit. Aku cuma kehilangan mataku."

"Gak cuma itu, Seulgi. Sendi di lututmu dan—"

"Cukup untuk itu, Sunmi!" Seulgi melepaskan tangan dokter dengan kasar, "Aku kehilangan mataku untuk kedua kalinya, itu aja! Hanya itu penyakitnya!"

Seulgi mengambil resiko untuk berjalan tanpa bantuan Sunmi. Belum ada berapa langkah, Seulgi harus terjatuh karena membentur ujung meja di dekatnya. Tampak tak berdaya, Seulgi meringis kesakitan. Sunmi ingin membantunya tapi yang ada Seulgi menepis lengannya lagi.

Seulgi tahu apa yang terjadi, namun ia masih tidak mempercayainya. Tidak masalah tentang pekerjaanya. Tidak peduli seberapa jauh Seulgi pergi karena ia masih bisa melihat Joohyun suatu hari nanti. Tapi suatu hari itu tidak akan pernah terjadi jika Seulgi sudah kehilangan matanya lagi.

Sunmi melangkah jauh. Setidaknya cukup jauh dari Seulgi untuk menyembunyikan isakannya. Kedua matanya mulai kemerahan akibat menahan air mata. Ia tidak tahan melihat Seulgi tersiksa dan keras kepala seperti ini. Sunmi juga kesulitan, ditambah rasa bersalahnya membuat segala hal menjadi rumit.

Ketika napas Seulgi sudah stabil, ia mencoba untuk bicara. "Kamu masih di sini, Sunmi?"

Sunmi cuma menolehkan kepalanya. Jarinya masih sibuk menyeka air mata, padahal tidak perlu karena Seulgi tidak akan pernah melihat itu. Yang menyakitkan untuknya adalah melihat Seulgi yang sekarang. Terlihat lumpuh, kehilangan, dan tersesat. Biasanya ia akan melihat Seulgi yang ceria dan energi positifnya di markas, tapi sekarang sudah berbeda.

Drift ─ Seulrene ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang