Materi workshop dengan Bu Djujur Luciana pun berakhir, namun aku belum juga menemukan tema yang pas untuk tulisanku. Ada beberapa ide yang sudah kutulis, namun hanya 'tergantung' di tengah jalan dan belum menemukan ujungnya. Tulisan itu harus diselesaikan sebagai tagihan workshop. Hal ini membuatku jadi gelisah ditambah lagi melihat teman-teman sudah pada menemukan ide dan tema untuk tulisannya.
Sesi demi sesi pun bergantian dengan pemateri yang handal. Setelah usai dengan Bu Djujur sesi berikutnya dipandu oleh pak Eko Prasetyo. Orangnya masih muda dan wajahnya sedap dipandang. Kesan pertama ku melihatnya beliau adalah orang yang menyenangkan. Dan ternyata beliau adalah mantan editor koran Jawa pos.
Beliau sudah banyak menerbitkan buku. Saat itu beliau merintis sebuah program yang menggandeng guru-guru untuk menghasilkan karya berupa buku. Sampai sekarang program dalam naungan Media Guru tersebut sangat fenomenal dan semakin berkembang yang dikenal dengan nama Sagusabu( Satu Guru Satu Buku ). Pak Eko merupakan Founder dan Editing di Media Guru tersebut.
Wawasannya tentang dunia tulis menulis tidak diragukan lagi. Terlihat sosoknya tak pernah kehabisan bahan pembicaraan. Selain itu dia beliau mempunyai sense humor yang baik. Kami peserta workahop terkadang dibuat tertawa dengan lelucon yang dilontarkan. Banyak hal-hal baru yang aku ketahui dari kegiatan pada sesi ini. Pada sesi pak Eko, kami ditantang untuk menulis sebuah wacana yang terdiri dari 300 kata dan tidak boleh lebih atau kurang.
Sebelumnya aku hanya tau menulis itu ya menuliskan apa yang ada dipikiran penulis dalam bentuk tulisan. Ternyata dalam menulis itu ada jenis-jenis tulisannya. Ada yang disebut dengan Jurnal, fabel, deskripsi, otobiografi, karya tulis ilmiah, puisi dan surat. Dan aku seringnya waktu kecil dahulu membuat surat sakit atau izin saat sekolah. Selain jenis yang diatas masih ada lagi kelompok jenis tulisan diantaranya artikel, Essay, Kolom, Opini dan Tajuk Rencana.
Tantangan menulis maksimal 300 kata yang diberikan oleh pemateri pak Eko harus di upload di akun gurusiana.media guru. Aku yang saat itu belum menjadi anggota di akun tersebut akhirnya mendaftar. Setelah mendaftar, aku pun belajar bagaimana memposting tulisan di akun tersebut. Aku yang kurang ber pengalaman soal posting di dunia Maya banyak bertanya dengan Elsa dan bu Emi. Sebelum memposting di akun gurusiana, berulang kali kubaca lagi tulisan yang sudah kubuat. Aku memilih jenis tulisan kolom.
Setelah di posting di gurusiana, ada yang memberikan komentar terhadap hasil tulisanku, dan rata-rata komentar mereka positif. Senang rasanya hasil karya kita di komentari oleh orang lain. Selain tantangan menulis tulisan sebanyak 300 kata, pak Eko juga memberikan tantangan lainnya. Saat itu beliau menantang seorang peserta untuk membuat sebuah tulisan dengan tema yang diberikan oleh pak Eko. Dan ternyata tantangan itu bisa dijalankannya. Peserta tersebut adalah pak Agus Dwianto, yang sekarang beliau sukses mengelola blog sang pengajar yang menaungi guru-guru seputar dunia kepenulisan juga.
Pada sesi akhir dengan pak Eko, beliau mengingatkan kembali agar peserta melanjutkan menulis naskah bukunya hingga siap terbit menjadi sebuah buku setelah selesai workshop nanti. Peserta akan diberi waktu selama lebih kurang dua bulan untuk menyelesaikannya.
Sesi berikutnya adalah bersama pemateri Dr.Richie Cynthia Johan, M.Si yang merupakan dosen UPI Bandung dengan pembahasan "Klinik Penulisan". Disini para peserta dapat menanyakan permasalahan atau kendala yang dihadapi dalam dunia menulis. Beliau bersedia memberikan bantuan kapanpun dengan memberikan nomor WA nya kepada peserta. Apapun masalah kepenulisan yang dihadapi bisa langsung ditanyakan lewat WA.
Pamungkas dari semua sesi yang telah dilaksanakan adalah Rencana Tindak Lanjut (RTL). Semua peserta harus menulis RTL nya dalam matriks satu atau dua halaman. Dalam RTL sedikitnya harus memuat identitas peserta dan asal instansi, program kegiatan, indikator keberhasilan, target penyelesain, hambatan dan tantangan yang dihadapi serta target hasil. Laporan RTL tersebut harus dikirimkan ke akun Kesharlindung Dikdas Kemdikbud. Sudah ada panitia yang bertugas untuk mengurus seluruh kiriman dan para peserta.
Para peserta workshop sudah banyak yang melaporkan RTL yang telah dibuatnya. Aku sendiri masih diliputi keraguan dan kebimbangan dengan hasil yang telah kutulis. Ragu apakah aku akan sanggup nantinya melaksanakan RTL yang telah kubuat. Kebimbangan untuk bisa menghasilkan naskah buku yang diharapkan menjadi beban tersendiri bagiku. Sebagai rasa tanggung jawab aku harus bisa menyelesaikannya, tetapi kemampuanku yang pas-pasan membuatku jadi tidak percaya diri.
Akhirnya dengan keyakinan yang tidak penuh, kuantarkan juga RTL tersebut ke meja panitia. Saat itu seorang panitia bertanya beberapa hal kepadaku dan sepertinya jawabanku untuk mengisikan data-data ke dalam format yang telah mereka siapkan. Salah satu pertanyaannya adalah apa judul buku yang akan aku buat. Judul buku? Inilah yang beberapa kali ku ganti hingga aku rasa pas dan cocok.
Dari awal praktik menulis naskah buku, judul adalah salah satu permasalahan yang menjadikan seorang penulis berat untuk memulai menulis. Ternyata hal itu adalah kesalahan yang harus dibuang jauh-jauh. Untuk memulai menulis, jangan dibebankan dengan judul. Yang penting ide yang sudah ada dalam pikiran tuangkan saja dulu dalam tulisan. Nanti setelah dituliskan, judul untuk tulisan tersebut akan muncul seiring dengan tulisan yang kita goreskan. Yang paling penting untuk judul buku tidak perlu panjang, usahakan unik dan menarik serta bikin orang penasaran ingin membaca bukunya setelah melihat judul.
Begitulah yang aku alami saat menentukan judul naskah buku yang ku buat. Terpilihlah judul " Matematika itu Sesuatu Ya !" Naskah yang akan dijadikan sebuah buku di mana ceritanya adalah tentang kisah seorang guru dan siswanya membahas sebuah materi dalam pelajaran matematika, dan ternyata materi pelajaran tersebut dapat dipraktekkan langsung di dunia nyata. Bantuan dari buk Emi Sudarwati dan Elsa sangat berarti dalam penyusunan naskah buku tersebut. Dengan mereka aku banyak bertanya dan mereka tak bosan dengan pertanyaanku.
Usai penutupan acara Workshop, aku langsung pulang hari itu juga ke Pekanbaru. Sebenarnya aku ingin tinggal dulu satu hari lagi di Batam tempat kakakku. Tetapi karena ada sesuatu yang penting aku harus pulang ke Pekanbaru, bukan pulang ke tempat tugasku. Bersama kak Februartati yang kupanggil Tatik, aku memesan tiket pesawat yang sama. Kak Tatik sudah ku kenal sebelumnya, sesama peserta seleksi Gupres tingkat propinsi. Di Allium kami bertemu kembali dalam kegiatan berbeda. Kak Tatik adalah peserta workshop Inobel sama dengan kak Nila teman sekamarku. Pertemuan yang tak terduga yang telah dirancang oleh Allah SWT sang maha kuasa.
Setiap pertemuan akan ada perpisahannya. Begitulah pertemuan dengan rekan-rekan peserta workshop yang juga harus berpisah disaat suasana akrab sudah tercipta. Begitu banyak ilmu yang di dapat begitu juga halnya dengan persaudaraan. Bertambah jumlah saudara untuk saling bersilaturahmi. Meskipun terpisah raga, silaturahmi tetap terjalin dalam grup WA. Beberapa dari mereka ada yang memberikan kesan luar biasa karena prestasi mereka yang luar biasa. Dan satu lagi ilmu yang kudapat yaitu salam literasi yang sebelumnya aku belum mengenal apa itu salam Literasi.
+++STR+++