Kegiatan hari ketiga adalah diskusi tentang dunia menulis, baik menulis buku fiksi, buku non fiksi atau karya tulis lainnya. Saat itu dibahas juga tentang Jurnal. Aku sama sekali asing dengan nama itu. Aku hanya tahu menulis itu membuat hasil penelitian atau PTK. Ternyata karya tulis itu sangat banyak jenisnya dan guru-guru hebat yang kutemui sudah terbiasa dengan hal tersebut. Ada seorang peserta yang saat kegiatan duduk di sebelahku, ternyata dia sudah membuat jurnal yang terbit dalam bahasa inggris dan terbitnya sudah tingkat internasional. Aku tersadar sendiri, betapa jauhnya aku dalam hal karya tulis.
Pada kesempatan diskusi, peserta dapat bertanya apa saja kepada Nara sumber Prof Endang Komara, tentang apa saja yang berhubungan dengan karya tulis. Ada beberapa peserta menanyakan tentang pembuatan LKS dan bagaimana cara mendapatkan izin hak ciptanya. Ada juga peserta yang membuat modul yang dipakai untuk lingkungan sekolahnya. Mereka benar-benar orang hebat yang giat dan sudah banyak berbuat. Pada kesempatan itu aku menanyakan tentang naskah bukuku, dan beliau sangat memotivasi serta mengingatkan bahwa aku masih perlu belajar lagi dan yang terpenting jangan cepat berpuas diri. Tak lupa aku meminta foto dengan beliau dan beliau tidak keberatan, sungguh orang hebat yang bersahabat.
Tak terasa malam pengumuman peserta terbaik dari masing-masing kelompok segera dimulai. Seluruh peserta dikumpulkan kembali dalam satu ruangan. Setiap kelompok akan dipilih 3 orang terbaik dan akan mendapatkan hadiah berupa sebuah laptop. Alus mendapatkan predikat terbaik 3 dikelompokku. Sebelum pengumuman aku sempat bercanda dengan Alus.
" Alus, cepat kita cari tempat bagian depan biar jelas para juaranya," ujarku saat memasuki ruangan yang sebagian tempat duduk bagian depan sudah diisi.
" Itu masih ada yang kosong," yok kita duduk disana saja kata Alus menunjuk bangku deretan ke dua dari depan dan akhirnya kami duduk di sana.
Tak berselang lama saat kami duduk, tiba-tiba panitia mengatakan lewat pembesar suara agar mengosongkan bangku dua deret dari depan.
Aku dan Alus segera mencari tempat duduk lainnya dan hanya ada barisan bagian kanan serta agak ke belakang.
"Alus duduk di pinggir ini saja," ujarku menyodorkan bangku yang paling pinggir persis sisi tempat jalan.
"Nanti kalau Alus di panggil kedepan, mudah aja lagi, " ujarku mengguraukannya.
"Betul juga itu kak," komentar Alus dan langsung duduk di bangku yang kumaksud.
Dan ternyata gurauan kami adalah pertanda yang tidak kami sadari. Alus memang tampil kedepan sebagai salah satu peserta naskah buku terbaik. Akhirnya aku dapat Moment foto dengan sang juara lagi.
Pada kesempatan malam itu para peserta saling melepaskan rasa bahagia dan juga sedih. Bahagia karena acara telah berakhir artinya kembali ke rumah masing-masing bertemu dengan keluarga tercinta. Sedih karena harus berpisah dengan teman-teman disaat suasana mulai akrab. Aku juga sempatkan berfoto dengan salah seorang temanku yang bernama pak Warsono yang kukenal mulai dari workshop Batam. Beliau orang yang supel dan smart. Dan banyak sudah karya buku yang dihasilkannya baik berupa fiksi ataupun non fiksi. Meskipun beliau orang eksakta, tetapi kemampuan menulisnya boleh di acungkan jempol. Diseminasi memberikan banyak ilmu yang bermanfaat juga menyisakan kenangan berharga yang takkan terlupakan.
Meskipun acara penutupan sudah di laksanakan pada malam hari, untuk pagi dan siang esoknya, seluruh peserta masih ditanggung makannya oleh pihak penyelenggara kegiatan. Aku dan teman-teman dari Riau akan pulang menggunakan pesawat jam enam sore. Kami hanya pulang berempat, teman yang dari Dumai masih tinggal di Jakarta karena dia masih ada urusan.
Aku dan Alus berencana akan mencari cendera mata sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang. Sehari sebelumnya Alus ada membeli cendera mata untuk siswanya dan aku tertarik untuk membelinya juga. Akhirnya aku meminta Alus untuk menemaniku membelinya di tempat yang sama. Selesai sarapan kamipun pergi ke pasar tempat toko yang dimaksud. Sesampai di pasar, kami berkeliling mencari toko tersebut, namun kami tidak menemukan toko itu. Aluspun bingung sendiri karena tidak tahu lagi dimana toko yang menjual cenderamata yang akan ku beli itu. Toko lain yang kami singgahi tidak ada menjual cenderamata yang ku inginkan. Setelah puas berkeliling dan tidak juga menemukan, akhirnya aku membeli cenderamata yang lain saja.
Kamipun segera kembali ke hotel karena harus segera berkemas-kemas untuk cek out dari hotel. Cek dan ricek kamar pun dilakukan untuk memastikan tak ada barang bawaan yang tertinggal. Kamar dengan fasilitas mewah ini harus segera ditinggalkan dan entah kapan lagi akan sampai dikamar itu lagi. Barang bawaan kami letakkan di ruang lobi karena kami akan bersantap siang dulu. Menikmati menu hotel dengan variasi yang beraneka ragam yang disajikan tuk hari terakhir. Meskipun begitu siang itu aku kurang berselera makan, rasanya perutku masih kenyang makan sarapan pagi tadi.
Taxi online yang kami pesan pun telah sampai dihotel dan kami berempat segera meluncur ke bandara. Sebenarnya pesawat kami berangkat pukul 6 sore tetapi kami berencana akan mencoba menukar jam terbang pesawat di bagian cek in pesawat. Saat panitia menanyakan kapan tiket pulang pesawat, kami sepakat memilih pulang jam enam sore karena kami ingin berburu oleh-oleh dulu setelah acara penutupan yang direncanakan pagi. Ternyata acara penutupan di majukan malam sebelumnya. Kami sempat mengajukan ke panitia untuk mengganti jam keberangkatan, tetapi kata panitia tidak bisa diganti lagi karena tiket sudah dipesan.
Sesampai di bandara kamipun segera cek in dan menanyakan apakah bisa ganti jam penerbangan diganti menjadi jam empat sore. Petugas tiket dibandara mengatakan jika kami ingin tukar jam terbang , kami dikenakan biaya administrasi. Biaya administrasi yang dikenakan lumayan juga yaitu enam ratus ribu. Saat itu jam masih menunjukkan pukul dua lebih sedikit. Karena biaya administrasi lumayan juga akhirnya kami putuskan untuk menunggu saja. Waktu menunggu tak begitu terasa karena ruang tunggu bandara nyaman dan fasilitas kamar mandi atau tempat sholat juga lengkap.
Suara panggilan untuk penumpang pesawat yang tiketnya kami pegangpun terdengar agar segera bersiap-siap untuk memasuki pesawat. Hmm... Akhirnya pulang juga kembali ke rumah masing-masing. Sesampai di bandara Pekanbaru, kami mengambil bagasi masing-masing tak lupa kami saling pamit serta berkomitment akan tetap menjalin silaturahmi khususnya melalui saluran telepon. Sungguh pengalaman yang sangat berkesan yang banyak mengisahkan cerita dan kisah berharga.
+++STR+++