04. Sedikit kujelaskan.

17 2 0
                                    

"Aku tak pernah lupa kau pernah kehilangan arah. Banyak ranah yang dijajah. Kau buat aku kalah hingga muntah segala amarah. Namun akhirnya kau tau, tak ada tempat yang lebih ramah. Dan kini kau sebut aku sandaran terbaik mu."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Wa... aku kangen banget sama kamu..."

Dapat kurasakan Sahabat ku yang satu ini terkekeh kecil, lalu mengusap surai legam panjang ku lembut "Udah ke 189 kali nya kamu ngomong itu sa.."

Aku mendengus kecil sebelum bersuara "Kurang kerajaan banget kamu ngitungin aku ngomong kaya gitu!" Ketus ku kepada nya, namun sang empu hanya tertawa kecil tanpa suara.

Hening sejenak.

Kini diriku nan sahabatku yang konyol itu sedang duduk disofa sambung ruang tengah dirumah baru ku nan Surya一 Suami ku.

Entah sudah berapa lama aku memeluk lengan panjang milik sahabat ku, sedangkan sang empu tidak terusik sama sekali ia terlihat nyaman nyaman saja sambil menyesap teh buatan ku sesekali juga mengecek laptop milik nya sambil mengelus surai ku sekali-dua kali.

"Kamu gak cape kerja mulu?"

"Mau gimana lagi? Kalo kakak masih hidup mungkin dia yang ngurusin perusahaan bukan aku sa," Ujarnya tanpa menoleh kepada diriku namun lebih memilih fokus terhadap file-file yang ada di layar laptop milik nya.

Aku hanya mengangguk paham, memang benar yang sahabat ku katakan. Dulu ketika kakaknya masih bernafas ia lah yang menerus kan perusahaan, walaupun sibuk kakaknya itu masih sempat bermain dengan Salwa.

Ah sepertinya aku sudah pernah memberitahu kalian di taman ria.

Keadaan kembali Hening, baik aku maupun dia sangat enggan untuk bersuara. Sebenarnya banyak sekali hal yang ingin ku lontarkan kepada nya, namun melihat dirinya yang sibuk membuat ku menarik kembali niatan ku itu.

Posisi ku masih sama, memeluk lengan panjang milik sahabat ku dengan erat. Bagaikan anak kecil yang tidak ingin permen nya direbut.

Kurasakan mata ku memberat, sayup sayup kudengar suara rintikan hujan diluar sana, nan...

Kulihat salwa tersenyum saat mendapati hujan tengah turun.

Ahh... diriku hampir lupa, anak itu sangat suka dengan Hujan. Berbeda dengan ku, aku sangat tidak suka dengan hujan! Bagi ku hujan sangat merepotkan.

Jika tak salah ingat, sejak kecil salwa menyukai hujan, bahkan ia tahu kapan hujan akan turun, nan benar saja... setiap ia melihat langit lalu tersenyum dengan enteng nya ia akan berucap hujan bakal turun disertai senyuman nya tidak sampai 5 detik hujan benar benar akan turun.

Aku sempat ragu dengan dirinya, uhh... aku sempat berfikir tentang sahabat ku, apa mungkin sahabat ku ini adalah cenayang hujan?

Katakan jika pemikiran ku ini sangatlah bodoh, tapi aku benar benar berfikir seperti itu setiap dirinya berkata akan hujan.

Samar samar kudengar suara lembut nya sambil menatap ku yang terlihat mengantuk, tangan nya terangkat mengelus pelan surai panjang ku agar aku cepat terlelap.

Tidak sampai satu menit, diriku sudah benar benar terlelap dalam bingung akan perkataan yang dilontarkan sahabat ku.






"Rasi bintang dimata mu lah, yang menuntun ku pulang di kegelapan ini..."






Itu yang kudengar sebelum benar benar terlelap, Rasi bintang... dimata ku?

Aku benar benar tidak mengerti akan ucapan yang sahabat ku itu lontarkan disertai senyum yang teduh dari nya. Seharus nya aku tidak melupakan satu hal tentang sahabat ku satu ini.

Salwa&Salsa |BFF✅[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang