09.Kepergian mu.

16 3 0
                                    

"Kita adalah seutas tali, yang diputuskan oleh jari jemari, kita berbisik melalui sanubari, dan bercerita dari balik mimpi, kau adalah ketidak sengajaan, yang tidak pernah ku sesalkan, kau adalah bintang digelapnya semesta, menerangi jiwaku dengan seberkas cahaya"
-Salwa 1998-
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aku baru selesai menjemput Jake nan langsung berjalan bersama nya menuju toko bunga, ya kita berjalan karena jarak toko nan sekolah Jake tidak begitu jauh. Aku mengernyit bingung dikala melihat sosok perempuan yang sedang berdiri membelakangi kita berdua berdiri didepan toko bunga milik ku.

Perempuan itu memakai jaket kulit hitam yang sangat familiar dimata ku, rambut hitam yang di kuncir kuda, motor hitam milik nya terparkir tepat didepan toko ku yang belum ku buka, ketika perempuan itu menoleh kearah kita berdua ia tersenyum hangat kepada kita. Aku nan Jake terkejut.

"Hai... lama nggak ketemu kangen nih," ujarnya lembut, aku berlari menuju perempuan itu tidak mempedulikan Jake yang masih terkejut.

BRUK--!

Ku peluk tubuh perempuan itu erat erat, tanpa ku sadari aku sudah menangis sesugukan. Itu Salwa, Sahabat ku yang pergi selama 3 tahun nan tidak pernah mengirim kabar kepada ku.

"Nyantai aja kali sa, kasian tuh Jake sampe kaget," ujarnya dengan kekehan kecil khasnya "Woe bocah, sini lu, kaga kangen apa sama gue?" Tanya sahabat ku kepada Jake. Dapat ku dengar derap langkah kaki Jake yang berlari menuju sahabat ku itu.

"EH EH EH EH!!!" Pekik nya saat tubuh nya hampir saja ambruk karena Jake memeluk nya begitu kencang.

"Gila kamu wa... aku kangen banget sama kamu..." lirih ku kepada sahabat ku yang masih berusaha menahan keseimbangan agar tidak terjatuh.

"Tau! Tante kok tega banget sama mama!"Ketus Jake kepada Sahabat ku itu, aku tatap anak ku dengan datar.

"Hilih, bilang aja kamu mau bilang kok tega banget sama Jake!" Ledek ku nan Jake memukul paha ku cukup keras membuat ku memekik tertahan.

BRUK--!

ADUHH!!

Kita bertiga terjatuh karena posisi kita masih memeluk tubuh salwa yang langsing itu nan kaki nya yang panjang nan ramping itu. Ku akui bahwa bentuk tubuh sahabat ku itu sangat bagus bahkan aku pernah iri kepadanya namun Salwa malah berkata kepada ku bahwa tubuh yang ia ingin itu seperti diriku ku.

Sangat berisi, pendek, nan putih juga memiliki pipi yang sangat chubby.

Jika dibilang gendut aku tidak begitu, namun tubuh sahabat ku itu sangat langsing bahkan perut bawah nya pun tidak terlihat.

"Aduh... encok dah ah gue nya ini mah!" Ketusnya "Bangun ngapa lu dua! Berat tau!" Pekik nya cukup keras.

"Nggak mau!" Ujar ku nan Jake serempak membuat sang empu mengeluh terus menerus kepada diriku nan Jake yang hanya tertawa.

--------

Aku memberikan teh tanpa gula kepada sahabat ku yang kini sedang duduk disalah satu meja pelanggan ditoko ku, Sahabat ku itu terus menerus melihat luar yang sedang diguyur hujan.

Salwa&Salsa |BFF✅[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang