Part 2

8K 938 12
                                    

Happy Reading 😊😊😊

*****

Aku menatap pantulan diriku dalam cermin yang nampak cantik dengan balutan seragam sekolah khas SMA Megantara. Disana nampak gadis dengan rambut panjang terurainya yang indah serta muka oval dengan netra abu-abu besarnya yang menambah keimutan. Sungguh, sangat tidak dapat dipercaya dengan wajah ini dia adalah karakter antagonis.

Aku merasa Alenta ini cukup beruntung memiliki wajah cantik. Gen orang tuanya sangat bagus meski mungkin sifat buruk mereka menurun. Ingat tentang ibu yang menukarnya, sudah jelas sifat buruk dan serakah demi anaknya.

Kalau tentang ayah si antagonis, dalam novel tidak disebutkan secara rinci. Yang kuketahui, ibu kandung Alenta hamil di luar nikah tanpa tahu siapa ayah anaknya. Maklumlah, saking buruknya dia bahkan tak tahu siapa yang tidur dengannya. It's so shameless!

Yeah, intinya dia sebenarnya adalah anak haram. Namun, yang menerima hinaan dan cacian selama ini adalah si protagonis. Karena itu, protagonis sangat membenci ibu palsunya itu. Begitu juga anaknya, yang sifatnya menurun dari ibunya.

Huft!

Aku sudah memutuskan untuk hidup bahagia dengan caraku sendiri. Aku takkan membiarkan diriku menderita hinaan nantinya. Aku harus mampu bertahan hidup dan berdiri sendiri di dunia paralel ini.

Dalam kamusku, tidak ada kata menjauh dari kehidupan protagonis dengan kabur entah kemana. Jadi, aku memutuskan menekuni sifatku seperti sebelumnya.

Tentunya disini aku akan menjadi Alenta si jenius dan mendirikan kerajaan bisnisku sendiri.

Ya, aku harus menerima kenyataan bahwa sekarang aku adalah Alenta. Bukan Alena.

Tentunya aku telah menyiapkan rencana hidup kedepannya. Meski aku tak kabur atau menjauh dari tokoh protagonis, sebisa mungkin aku akan menghindar dari kehidupan mereka. Biarkan kisah cinta mereka berjalan mulus.

Juga, aku mungkin akan keluar dari keluarga konglomerat ini nanti. Tentunya saat aku sudah bisa berdiri sendiri. Sebenarnya sekarang bukan masalah, hanya saja aku belum terbiasa dengan dunia ini. Aku perlu beradaptasi dulu.

Semua ini kulakukan karena aku hanya tak ingin banyak konflik. Hidup sudah sulit masa mau nambah? Ya, nggak?

Menuruni tangga, aku melihat keluarga si Alenta ini sedang sarapan. Aku duduk dengan acuh di kursi tanpa menyapa. Sepertinya sudah menjadi kebiasaan.

Mereka yang melihat kedatanganku nampak sedikit terkejut. Yeah, bagaimana mau tidak terkejut? Aku tidak berdandan menor seperti biasa. Kali ini bahkan tanpa bedak, aku hanya memakai pelembab wajah saja.

"Tumben dandanan lo beda," ujar Arlan, kakak Alenta.

"Serah gue," jawabku singkat.

Tetapi dia malah kesal, dan aku mendengarnya bergumam mengejek. "Kirain make up lu ilang, barangkali."

Dan aku belum memikirkan kata yang tepat untuk membalas perkataan si tengil ini tetapi mendengar suara berat paruh baya, papa Alenta ini.

"Sudah. Jangan ribut lagi! Papa mau berangkat dulu," ujar papa Alenta sembari diam menatap singkat Alenta lalu melenggang pergi.

Aku yang melihat itu mencoba mengingat-ingat. Si Alenta ini adalah anak manja. Meski tak terlalu dipedulikan orang tuanya. Dia biasanya akan meminta salim dan cium pipi kepada mereka terutama saat papanya akan berangkat kerja. Namun selalu ditolak. Alasannya, "Udahlah Tata, kamu udah gede. Jangan terlalu manja!"

I'm Genius VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang