Part 9

5.3K 660 71
                                    

Happy reading ^^

******

Sepanjang jalan aku merasa seluruh tubuhku remuk terasa sakit untuk digerakkan. Memang aku akui aku jago beladiri. Tapi aku juga bukan seorang pendekar yang bertenaga dalam yang jika terkena pukulan tak akan merasa sakit. Aku manusia biasa disini, okay.

"Kemana saja kamu? Sudah larut begini baru pulang! Mau jadi 'anak nakal' kamu?!" Baru memasuki rumah, aku mendengar suara Mrs. Lilian yang memarahiku.

Aku menghentikan langkahku kemudian menghadapkan diri pada Mrs. Lilian bahkan dengan berani menatap wajahnya yang terlihat tak sedap dipandang.

"Saya baru bertemu teman," ucapku formal. Lagipula, aku berpikir ibu ini bukan ibu kandung Alenta, juga tidak pernah peduli dengannya. Kebanyakan hanya memarahi saja. Pemilik asli hanya dianggap menurunkan imej keluarga baginya.

Mrs. Lilian sepertinya terlihat agak terkejut dengan gaya bahasaku yang formal. Tapi wanita paruh baya itu segera memasang wajah marahnya kembali. "Huh, alasan saja bisanya! Kamu itu anak perempuan, seharusnya tahu cera menjaga harga diri. Ingat, jangan sampai membuat malu keluarga nanti!"

Aku hanya mengangguk malas lalu menyelonong pergi. Teriakan Mrs. Lilian masih bergema di kediaman mewah Wijaya.

Aku heran, apakah karakter mereka selalu di desain tidak mempercayai antagonis?

Ah, mungkin karena kebiasaan antagonis yang membuat mereka men-judge begitu.

Biarlah, lagipula aku tak butuh kepedulian mereka.

Selesai mandi, aku membalut luka di lenganku dengan perban. Memang tidak terlalu sakit sih karena tubuh ini lebih kuat daripada sebelumnya. Maksudku, sejak aku rajin olahraga. Seandainya belum, mana ada melawan banyak preman, satu saja mungkin sudah kualahan.

Sehabis mengobati lengan, aku membuka kembali dokumen-dokumen yang kudapat dari Kevan tadi. Aku memakai kacamata yang jarang kugunakan. Sekadar agar lebih jelas karena aku terbiasa memakainya sebelum bertransmigrasi ke tubuh ini. Kupelajari lagi beberapa dokumen tersebut dengan teliti.

"Oke, setelah ini aku harus menyiapkan rencana-rencana yang akan kuterapkan diperusahaan nanti," gumamku berpikir.

Teringat sesuatu yang sempat terlupakan, aku menjentikkan jari. "Oh ya, nama perusahaan!"

Kutepuk jidat keras. "Kok bisa sampai terlupakan!"

"Aku harus memikirkan nama," lanjutku dengan tangan menumpu dagu.

"Kira-kira apa ya?"

Setelah berpikir lama akhirnya kuputuskan, "Aha, AleZ Holding Company!"

Alez as Alenta Zievanka. Sekaligus sebagai penghargaan sekaligus rasa terima kasih pada tubuh ini karena mengizinkanku memakainya.

AleZ Holding Company akan menjadi perusahaan yang tidak hanya beroperasi dalam pengembangan teknologi tetapi di semua bidang nantinya. Aku juga berpikir untuk menerapkan teknologi di setiap bidangnya. Ya, itu merupakan suatu keharusan bagiku.

*****

"Alenta, apa benar kamu tidak jadi belajar bereng sama Regan?" Aku mengalihkan pandang dari buku teks di meja lalu menatap si penanya, siapa lagi kalau bukan tokoh utama kita, si Milka.

"Ya," jawabku singkat.

Entah sudah keberapa kalinya Milka menanyakan hal itu kepadaku. Apa dia mengira aku membohonginya dengan sengaja tak mengajaknya?

I'm Genius VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang