Part 7

5.9K 762 12
                                    

Berita bahwa aku akan mengikuti kelas olimpiade entah bagaimana menyebar. Sudah beberapa kali aku ditanyai oleh yang lain apakah berita itu benr atau tidak. Ya, kujawab benar. Kan memang benar!

Tapi aku tidak menyangka gadis yang selama ini agak kuhindari datang bertanya padaku juga. Siapa lagi kalau bukan protagonis utama kita, si Milka.

"Alenta, kamu katanya akan ikut kelas olimpiade, ya?" tanya Milka dengan raut penasaran dan canggungnya entah kenapa.

"Ya," jawabku singkat dengan meliriknya sekilas lalu kembali pada buku bacaanku.

"Kudengar kamu sama Regan disuruh belajar bareng ya sama bu Indah?" tanya Milka lagi membuatku mengernyit heran. Apakah gerangan si Milka ini bertanya seperti itu? Apa dia cemburu aku dekat-dekat dengan Regan.

"Iya, kenapa lo tanya? Apa lo mau ikut?" tanyaku santai sembari menaikkan alis menatapnya.

"Gak apa-apa?" tanyanya balik.

Aku sedikit membelalak mendengarnya. Sepertinya aku hanya mengucapkan ajakan itu sebagai sindiran, tapi nampaknya si Milka ini tidak sadar atau pura-pura tak tahu saja. Ah, entahlah! Tapi dia tetap kujawab, "Terserah lo!"

Lagian aku juga tidak mau berduaan dengan si Regan. Nanti ketiganya setan bukan?

Eh, setelah dipikir-pikir masa aku akan jadi bola lampu antara Regan dan Milka? Nggaklah, kayaknya. Mereka belum jadian kan?

"Ah, yang mau carmuk nih sama most wanted school! Jijay ih gue!" Aku tiba-tiba mendengar suara Vinka yang datang dari sebelahku. Bisa kulihat dia menatap Milka terang-terangan dengan tatapan tidak sukanya.

Mimik muka itu familiar sekali, sama dengan si Alenta dulu.

"A-aku hanya ingin ikut belajar," jawab Milka gugup.

Vinka mendengus. "Halah, bilang aja mau ketemu Regan!"

"Atau... jangan-jangan lo cemburu liat Alenta yang akan belajar bersama dengan Regan, ya kan?!" tambahnya dengan mata penuh ejekan.

"Tidak-tidak!" Milka menggeleng-gelengkan kepalanya cepat. Kedua tangannya dengan erat meremas roknya gugup. Terlihat seperti ditindas dengan menyedihkan.

"Udah deh Vin, jangan nindes anak orang aja! Lagian gue udah setuju." leraiku pada akhirnya.

Vinka mendengus, terlihat tak terima dan tak puas dengan ucapanku. Aku mengabaikannya dengan membaca buku ku. Milka yang sedari tadi berdiri di depanku masih diam entah menunggu apa.

"Ada apa lagi?" tanyaku tak sabar.

"Terima kasih Alenta, kamu izinin aku ikut."

****

Suasana kantin yang tampak ramai oleh para siswa pada waktu istirahat membuatku malas menginjakkan kaki di tempat ini. Sebagai mantan ilmuwan, jujur aku lebih suka tempat yang sunyi, terbebas dari keramaian.

"Hei, Alenta! Tungguin!" Vinka berteriak sembari berlari ke arahku dari pintu masuk kantin.

Aku hanya menoleh sekilas mengabaikannya lalu memesan makanan. Seusainya, langkahku langsung menuju tempat duduk yang kosong di salah satu sudut yang cukup sepi.

Dan Vinka yang berlari tentu saja akhirnya menyusul. Dia dengan nafas terengah-engah langsung duduk di sampingku. "Kok lo gak nungguin gue sih tadi? Mana lo jadi jarang ke kantin akhir-akhir ini. Kenapa?"

I'm Genius VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang