Part 4

6.4K 793 5
                                    

Sesampainya di rumah, aku mendapati ternyata masih sepi. Mr. Bagas dan Arlan masih bekerja, sedang Mrs. Lilian tampaknya ada arisan wanita-wanita konglomerat.

Kurebahkan tubuhku yang lelah di ranjang kamar yang empuk. Ku ingat-ingat hidupku sebagai Alena Foster dulu.

Aku—Alena Foster, merupakan anak tunggal dari keluarga Foster dan satu-satunya pewaris keluarga. Sejak kecil, ayah dan ibuku juga jarang bersamaku karena kesibukan mereka.  Ayah adalah pemimpin keluarga Foster saat itu dan harus mengurus berbagai bisnis dalam keluarga. Sedang ibu adalah ilmuwan terkemuka negara, dia juga jarang pulang. Dan hanya aku yang tertinggal di rumah —bersama Kakek— untuk mempelajari segalanya.

Dari usia balita hingga dua puluh lima tahun hidupku, jarang sekali aku merasakan kasih sayang tulus. Karena kesibukan sebagai ilmuwan dan pewaris keluarga, tak ada waktu bagiku untuk mencari kekasih. Jadi, jika kalian tanya apakah aku pernah menjalin hubungan? Jawabannya TIDAK. Aku sungguh buta akan hal-hal berbau cinta.

Hal-hal yang kupelajari sangatlah banyak karena bisnis keluarga Foster sangatlah luas, bahkan ada afiliasi juga dengan dunia bawah. Golden Eagle, mafia di bawah pimpinan keluarga Foster. Organisasi itu diurus oleh pamanku yang lebih tertarik dengan dunia bawah dari pada bisnis terang keluarga.

Sayangnya, aku mengalami kecelakaan dan berakhir terdampar disini. Kira-kira bagaimana keadaan mereka ya?

Setelah merebahkan diri cukup lama, aku membuka laptop milik Alenta. Beberapa hari lalu, ketika ku lihat-lihat isinya, kebanyakan hanya ada drama korea, bukannya data-data tentang ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Aku tak terkejut atas ini karena sebelumnya aku sangatlah terkejut ketika melihat barang-barang Alenta yang hanya pakaian dan perhiasan beserta tas-tas cantik. Apa tak ada hal lain diotaknya selain fashion dan cinta?

Aku membuka situs tentang perdagangan saham. Begini-begini aku sangatlah pandai dalam bermain saham. Keuntungan yang kuraup dalam sehari dulu biasanya sampai puluhan juta. Di dunia ini, aku akan mencoba.

Pengetahuanku tentang dunia ini sebenarnya sudah cukup baik. Dunia ini lebih terbelakang dari duniaku dulu. Penggunaan internet untuk pekerjaan serta kebutuhan sehari-hari belum terlalu memadai. Smartphone juga masih jarang, kecuali holkay sepertinya mungkin kebanyakan masih keberatan untuk membeli.

Setelah kuambil semua uang dari rekening Alenta untuk bermain saham, aku tinggal menunggu hasilnya. Selain itu, aku juga mencari-cari cara bagaimana mendirikan perusahaan.

Tak sengaja aku menemukan berita perusahaan yang akan bangkrut.

Ini perusahaan aplikasi e-commerce atau shopping online yang belum terlalu diminati yang hendak bangkrut. Aku berpikir apakah akan memakai perusahaan itu?? Lagipula jika sudah ada tenaga kerja, tak repot-repot cari kan?

Aku meng-hack situs perusahaan mereka dan menghubungi pihak perusahaan. Gini-gini, aku juga seorang hacker yang handal loh!

Drrttt... drrtt.. drttt...

"Maaf dengan siapa ini? Darimana Anda tahu nomor saya?" tanya seseorang diseberang.

"Aku ingin membeli perusahaanmu!" Aku sedikit mengubah suaraku menjadi seperti seorang pria. Sebagai mantan keluarga mafia, aku juga pandai dalam penyamaran entah itu penampilan atau suara.

"Apa?" Suara diseberang tampak terkejut lalu aku mendengar lanjutannya,"Mohon maaf Pak, tapi perusahaan kami hendak bangkrut. Bahkan saya pernah menjualnya tapi tak ada yang menginginknnya karena prospeknya kurang bagus."

Aku yang dipanggil 'Pak' merasa seperti seorang lelaki tua. Ah, bodo amatlah!

"Hanya aku yang bisa menyelamatkan perusahaanmu," kataku dengan penuh keyakinan.

"Apa Anda benar-benar akan membeli perusahaan saya? Jika nanti ada kesalahan, Anda tidak bisa menyesalinya."

"Aku tak berbohong. Aku akan membuatnya lebih maju."

Setelah berkata penuh semangat empat lima, aku menambahkan kata-kata yang mungkin menurunkan harapan, "Ehm, tapi aku tidak memiliki uang sekarang. Mungkin, satu bulan lagi uangku sudah cukup."

Saat ini aku masih baru saja berdagang saham. Mana ada uang buat beli sebuah perusahaan? Beli mobil aja gak ada uangnya, kecuali minta keluarga, maybe. Tapi, mana mau diriku meminta pada mereka?  Bisa-bisa malah dicurigai nanti.

Aku mendengar pihak lain terdiam cukup lama. "Sebenarnya itu tidak masalah. Lagipula saya dan tim developer awalnya hanya iseng saja mendirikan perusahaan, tapi pada akhirnya gagal. Jika tidak ada membelinya, mungkin perusahaan tak kan hidup lagi."

Ah, sepertinya yang membuat perusahaan ini holkay. Membuat perusahaan hanya iseng saja? Hello, jelas dia tak kesusahan sama sekali meski perusahaannya akan bangkrut.

"Baiklah, kelanjutannya akan saya hubungi lagi. Terima kasih."

Aku tak tahu bagaimana ekspresi orang di seberang. Mungkin sebal karena langsung kumatikan. Hehe.

Kuotak-atik laptopku untuk mencari data tentang pendiri perusahaan yang akan kubeli. Bagaimana karakternya? Aku harus mencari tahu. Gimana kalau pihak lain hidupnya berantakan dan lepas tanggung jawab? Bisa-bisa malah merugikan nanti.

Yes, ketemu!

Namanya Kevan Aldebaran. Dia juga merupakan anak konglomerat keluarga Aldebaran. Keluarga yang sekelas dengan keluarga Wijaya ini. Meski keduanya tak dapat dianggap kawan atau lawan, tetap saja ada persaingan tersembunyi diantaranya.

Ah, aku tentu tahu hal-hal semacam itu!

Si Kevan ini nampaknya sangat menyukai programming. Dalam riwayat pendidikannya saja, dia pernah belajar TI selama beberapa bulan namun berhenti karena ditentang orang tuanya. Hanya saja, dia belajar secara sembunyi-sembunyi tentang programming dan baru diketahui orang tuanya ketika lulus. Orang tuanya tentu marah, tapi Kevan kurang peduli. Dia bahkan merajuk dan berniat mendirikan perusahaan bukan menjadi pewaris keluarga.

Keluarganya awalnya menentang. Tapi melihat perang dingin yang berlangsung cukup lama, orang tuanya akhirnya luluh. Kevan diperbolehkan mendirikan perusahaan dengan syarat asalkan bisa sukses dalam tiga tahun. Kini, baru dua tahun berlalu perusahaannya akan bangkrut. Pasti orang tuanya senang anaknya akan menyerah dengan hal-hal yang menurut mereka tak berguna.

Mengetahui pengalaman hidup Kevan, aku yakin betul dia sangat suka programming. Bagaimana kalau dia kujadikan partner bisnis saja? Dengan orang yang berkemauan keras terhadap sesuatu, mereka pasti akan sukses!

Kututup laptopku lalu ku rebahkan diriku lagi. Kupandangi langit-langit kamarku dengan pikiran mengelana. Di dunia ini aku pasti bisa mendirikan kerajaan bisnisku sendiri. Aku yakin sekali!

Besok, aku akan mencoba mencari apakah ada olimpiade arau kompetisi nasional ataupun internasional yang dapat kuikuti. Begini-begini, aku ingin memperbaiki reputasi si Alenta!

Sebutanku yang sebelumnya adalah "queen bullying" harus berubah menjadi "jenius", titik gak pakai koma!

Btw, ingat!

Sekarang, aku adalah 'genius villain' disini!

****

Tingalkan jejak kawan-kawan! 🐱

I'm Genius VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang