Part 3

7.3K 921 42
                                    

Aku sungguh kesal. Vinka dari tadi berusaha menyeretku ke kantin. Aku sudah menolak tapi dia tidak peduli. Padahal dia mengajakku ke kantin hanya karena ingin dibayarkan saja makanannya. Ugh, kesel bat kan?!

Belum sempat membayar. Aku beralasan sakit perut dan akan pergi ke toilet. "Duh, beneran Vin! Perut gue mules banget sekarang. Kayaknya gara-gara makan sambel pas sarapan tadi deh!"

Kutepuk pundaknya pelan. "Bayarin dulu deh kali ini! Lain kali gue traktir. Gue dah gak kuat nih. Bye!"

Aku meninggalkan Vinka yang raut wajahnya tak sedap dipandang. Dalam hati aku tertawa terbahak melihat rautnya.

Bwahh, rasain tuh! biarin aja dia yang bayar! Biar kapok dia.

Langkahku melenceng dari jalan ke toilet. Aku memilih pergi ke perpustakaan. Suasana perpustakaan sedikit ramai tidak seperti di sekolah-sekolah biasa. Namanya aja sekolah elit. Banyak murid jeniusnya juga. Tentunya mereka sering pergi ke perpustakaan. Membaca menambah ilmu kan?

Memasuki perpustakaan yang besar, sepertinya tidak ada yang mengenaliku. Yeah, diantara ribuan siswa aku ini mah seakan hanya remahan saja. Tetapi, jika penampilanku masih sama dengan sebelumnya—si Alenta pemilik tubuh asli itu, mungkin mereka akan heran bin kaget.

Ya kali, Alenta si ratu bully masuk perpus? Nggak banget kan?!

Meski tak banyak yang mengenaliku, banyak juga yang memperhatikanku. Feeling-ku sih karena penampilanku kali ini yang terlihat cantik dan menawan. Bukan maksud sombong sih ya, sebagai Alena Foster kuakui kalau Alenta Zievanka Wijaya ini sebenarnya sangatlah cantik. Entah gen bapaknya apa ya, mungkin?

Kalau ibu kandungnya —si serakah dan jahat itu— aku tidak tahu. Si pemilik asli juga belum pernah bertemu dengannya. Entah dia cantik atau tidak, aku tidak tahu!

Melangkahkan kaki ke salah satu rak, kuambil beberapa buku sains dan matematika. Buku tebal seperti ini sudah menjadi langgananku sejak dini sebagai Alena Foster. Sebagai penerus, aku disuruh mempelajari ini itu lah, apa aja pokoknya sampai otak penuh. Kalau aku bukan jenius, entah apa akhirannya.

"Lo ngikutin gue?" tanya suara berat dari sampingku.

Aku menoleh. Entah sejak kapan berdiri disampingku lelaki dengan tinggi yang mungkin sekitar 175 cm.

Kudongakkan kepala menatap wajahnya yang rupawan. Mata hitam legamnya menatap lurus ke arahku. Namun wajahnya tetap datar tanpa ekspresi, bahkan cenderung dingin.

Aku menaikkan alis. Mengingat siapa dia. Dalam pikiran Alenta ternyata banyak juga ingatan tentang lelaki ini.

OMG!

Jadi ini pemeran utama pria.

REGAN ANTARIKSA ATMAJA.

Buku yang kupegang hampir saja terjatuh. Apa dia mengenali ku yang tanpa make up? Sepertinya iya, kalu tidak kan tidak akan berbicara seperti itu.

"Hah, siapa bilang?! Emang ke perpus harus ngikutin lo gitu?" sewotku cukup keras.

Aku melihat Regan tampak mengernyit memikirkan sesuatu. Kuperbaiki letak buku-buku yang kupegang dan bersiap mencari tempat duduk. Tetapi langkahku terhenti karena cekalannya.

I'm Genius VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang