Source Photo : Pinterest.com
Dia bangun dengan cahaya matahari menerangi dirinya dari jendela. Dia menunggu sangat lama tapi dengan sabar. Mungkin Ayahnya memang sudah menyetujui tapi entah apalagi yang membuat dirinya belum boleh pergi. Sekarang akhirnya dia diperbolehkan pergi. Dia dengan cepat melihat ke arah jendela tapi langsung menghalangi matanya dengan tangan karena cahaya mataharinya tepat di jendela. Dia tersenyum lalu segera mandi dan setelah selesai dia pergi keluar,
"Halo Ibu, Ibu terlihat sangat sehat hari ini. Apakah Ibu sudah mencicipi atau meminum sesuatu?" tanya Kalya sambil mengelus - elus perut Ibunya
"Ibu memang sehat, adikmu juga tidak nakal. Hmm, Ayahmu ada diluar, sapa juga dia" kata Ibunya
Kalya melihat Ayahnya sedang menggaruk - garuk tanah dengan garpunya. Apa yang mau dilakukan oleh Ayahnya dengan itu? Apakah dia juga akan mulai menanam sekarang? Kalya sebelum menghampiri Ayahnya dia telah membuat segelas jeruk yang telah diperas dan membawanya kepada Ayahnya,
"Halo Ayah, minumlah ini dulu" kata Kalya sambil menyerahkan gelasnya
"Ah segar. Terima kasih Kal" kata Ayahnya
"Ayah, ada apa dengan tanahnya? Apa Ayah akan mulai menanam sesuatu?" tanya Kalya sambil melihat - lihat tanahnya
"Ayah mau menanam banyak. Sayur dan buah dan bunga" kata Ayahnya
"Buah? Apakah Ayah akan menanam semangka? Atau nanas? Kalau sayurnya apakah akan ada wortel dan kol? Dan... kenapa bunga?" kata Kalya yang penuh semangat
"Kamu memberikan ide yang bagus. Nanti Ayah segera mencari bibitnya. Bunga? Itu untuk hiasan dan dekorasi. Juga akan dijual kalau bisa bertumbuh lebih" kata Ayahnya
"Apakah aku bisa makan hasilnya nanti? Ayah sungguh akan menanam yang kusuka. Bisa kan?" kata Kalya
"Tentu saja bisa. Tujuan utama Ayah mau menanam banyak tanaman supaya apa yang kita inginkan ada. Lebih murah daripada harus terus beli di pasar" kata Ayahnya
"Wah, aku akan sangat senang jika setiap hari bisa memakan semua itu" kata Kalya
"Kamu juga mau makan bunganya? Itu tidak untuk dimakan" kata Ayahnya bercanda
"Masa bunganya akan kumakan? Tak lah, ada - ada saja Ayah. Aku mau ke dalam dulu" kata Kalya yang sedikit tertawa mendengar itu
Kalya kemudian masuk ke rumah dan melihat Ibunya sedang duduk di kursi goyang melihat - lihat ke jendela,
"Ibu belum menjawab pertanyaanku tadi" kata Kalya
"Oh ya, sudah nak. Kamu sendiri baru bangun, buatkan sesuatu untuk dirimu" kata Ibunya
"Aku mau makan jeruk dan minum jeruk" kata Kalya yang baru terpikir apa
"Maksudnya bagaimana itu? Kamu mau makan buahnya dan juga minum perasannya?" tanya Ibunya bingung
"Ya begitu... entahlah, aku hanya terpikir itu saja" Kalya pun pergi ke dapur dan membuat jeruk perasnya lalu mengambil sebuah jeruk. Dia lalu duduk di sebelah Ibunya dan mulai menikmati yang telah dia buat
Kalya memakan jeruknya sambil melihat ke arah dindingnya yang penuh pajangan. Dia melihat - lihat semuanya dan sesekali melihat ke arah Ibunya. Dia terpikir untuk mulai membicarakan soal hari ini. Hari dia akan pergi,
"Bleeeh, rasanya aneh" kata Kalya
"Kenapa Kal? Kamu baik - baik saja... ahahah. Kenapa kamu mengunyah juga kulitnya. Keasikan apa kamu sampai tidak fokus?" Ibunya tertawa sedikit melihat kelakuannya
"Ibu jangan tertawa lah, aku tidak sengaja tahu. Rasanya sungguh tidak enak di lidah" kata Kalya yang masih merasa asam
"Ahah, maaf. Tapi sepertinya Ibu perhatikan sikap kamu daritadi antusias sekali dan penuh semangat. Ada apa?" kata Ibunya yang memperhatikan Kalya
KAMU SEDANG MEMBACA
Servant To The Master (Pindah Akun)
FantasíaAkun baru (@Ondesssss1) Perhatian! Akun Author yang ini bermasalah dan tidak jelas arahnya. Author memutuskan pindah akun. Update juga akan diteruskan disana. Sekian