Photo source : wallpaperaccess.com
"Hei orang kotor! Ini!" kata seorang prajurit yang menendang pintu dengan keras
Prajurit itu melemparkan piringnya sampai tumpah setengah. Sementara orang itu hanya duduk menatap apa yang tersisa di piring selama berapa menit sampai akhirnya dia mau menyantap. Dia adalah orang yang tanpa ekspresi. Sesekali bisa diketahui kalau dia diperlakukan berlebihan tapi kalau hanya dilempari seperti itu dia sudah biasa. Dipukuli bahkan disiram dan sengaja dipelesetkan pun sudah biasa. Orang - orang akan semakin kejam kalau dia bersikap ekspresif. Dari saat pertama dia tinggal di penjara itu sampai dia makan sekarang dia belum mandi. Sudah hampir sebelas tahun dia berada dipenjara. Biasanya kalau tahanan laki - laki akan digunakan untuk bekerja paksa atau tugas lainnya atau dijadikan tentara divisi asing. Tubuhnya sangat kurus dan dia sangat lemah membuatnya tidak berguna dalam hal apapun yang penahannya inginkan. Kalau dipikir - pikir kenapa dia tidak dibiarkan mati saja? Tidak bisa, tahanan memang tidak diperlakukan dengan baik tapi tidak boleh dengan sengaja menelantarkannya. Itu adalah hukum dari Raja yang diusulkan oleh Penasihatnya. Dia beruntung ada hukum semacam itu. Mentalnya kuat, segala siksaan sejauh ini dapat dia tanggung. Dia hanya bisa bersyukur setidaknya pada siang dan malam dia diberi makan dan minum, ya walaupun tidak seberapa. Dia tidak bicara, dia sendirian di ruangan itu dan setiap orang yang mengunjungi hanya menyampaikan celaan dan kekasaran lainnya. Dia sebenarnya masih punya harapan. Dia ingin suatu hari nanti bisa keluar dari penjara walaupun hanya tinggal dijalanan tapi itu lebih baik daripada harus dipenjara seperti ini. Sering tidak bicara dan berpikir akan banyak hal membuatnya kesulitan secara emosional. Dia paling sering hanya bergerak sesuai insting. Perasaan yang paling sering dia hadirkan setelah merasa kosong adalah benci. Dia sangat membenci para keluarga royalis dan bangsawan dan siapapun di pemerintahan yang mendukung Raja. Dia tidur setelah makan.
Dia tinggal di ruangan yang besar dan tentunya tidak nyaman. Seperti ruangan tidak terurus selama ribuan tahun. Pagi tiba dan dia bangun. Disaat dia memalingkan pandangan kearah pintu tiba - tiba pintunya didobrak.
"Auuh, auuh, auuh..." begitu seterusnya sampai orang itu selesai dipukuli oleh prajurit
"Hei orang kotor! Kau dapat teman! Sebaiknya kalian berdua berlaku baik atau kalian akan dapat akibatnya!" kata prajurit itu dan menutup pintu
"Huh, huuh, huuh..." orang itu masih merintih kesakitan
Dia hanya terus menatap orang itu dengan wajah datar. Orang itu selesai merintih dan dia melihat disebelahnya ada orang lain. Dia langsung memasang ekspresi marah dan meneriakinya,
"Apa yang kau lihat? Kau pasti sebelumnya tertawa kan? Akan kuhajar kau!" kata orang itu dan meninju dia di pipi berkali - kali
"Hah, hah, hah. Memangnya itu tidak sakit? Kau tidak menunjukkan ekspresi apapun daritadi" kata orang itu mulai tenang
"Maaf, emosiku tidak terkontrol. Aku sudah menyakitimu, silahkan kau balas jika mau" kata orang itu
Pipinya kebiruan setelah ditinju oleh orang itu. Tapi dia hanya tetap dengan ekspresi datarnya dan belum mengatakan apapun.
Malam tiba dan waktunya makan dan seperti biasa disajikan secara kasar. Orang baru itu makan dengan lahap. Badannya besar dan sedikit berlemak. Dia cocok terlihat sebagai prajurit. Mungkin nanti dia akan dipanggil lagi.
"Hei kau. Boleh aku minta sedikit ikan itu? Maaf, tapi ini sungguh kurang" kata orang itu
Dia memberikannya seperti yang diminta dan lanjut makan.
"Ngomong - ngomong, siapa namamu? Aku Geren, Geren Tasken tepatnya" kata orang itu
"Hei! Jawab pertanyaannya! Aku tidak segan akan memukulmu sekali lagi jika kau masih cuek begitu. Akan kupukul perutmu itu dan percayalah saat baru selesai makan kau pasti bisa muntah dan kesakitan semalaman" kata Geren
KAMU SEDANG MEMBACA
Servant To The Master (Pindah Akun)
FantasiaAkun baru (@Ondesssss1) Perhatian! Akun Author yang ini bermasalah dan tidak jelas arahnya. Author memutuskan pindah akun. Update juga akan diteruskan disana. Sekian