Semuanya berubah setelah pesta hebat yang terjadi di kediaman Jooheon. Sarang tak lagi di ganggu, yang ada Ha-Joon berserta teman-temannya seperti menjauhi Sarang. Entah, mungkin karena malu atau semacamnya.
"Eh benarkah? Akan ada murid baru?". Sarang memasang kuping karena pembicaraan dua orang teman sekelasnya di samping mejanya.
"Dari yang ku dengar seperti itu, kabarnya dia anak campuran. Amerika dan Korea."
"Wow! Sungguh?!"
"Yeah, ku harap dia wanita haha.."
Sarang kira itu adalah pembicaraan bermanfaat, nyatanya sesuatu yang tidak penting.
"Sarang-ah, berdoalah agar murid tersebut di tempatkan di kelas kita. Lalu bisa menjadi teman semeja mu."
Sarang hanya tersenyum sebagai tanggapannya. Benar sekali, di kelas ini hanya dirinya yang tak memiliki teman sebangku. Namun apa pedulinya, hanya di Day care, dan sekolah Tk ia memiliki banyak teman. Semakin kesini, ia semakin enggan memiliki teman. Wataknya yang dewasa membuat Sarang tak peduli pada sekitarnya.
"Saem datang!"
Guru setengah muda tersebut masuk bersama dengan seseorang, wajahnya cantik namun gayanya seperti laki-laki.
"Selamat pagi anak-anak, hari ini kita kedatangan teman baru. Dia Elesh Nelson, dia berasal dari New York city, semoga kalian bisa berteman dengan baik. Nah, sekarang Elesh bisa memperkenalkan diri".
"Ha-hallo, m-my name is oh-ohh maaf, na-namaku Elesh Nelson, aku sebelumnya tinggal di New York dan lahir disana. A-aku suka membaca, me-menonton dan a-aku tak suka berolahraga. Sa-salam kenal, semoga ki-kita bisa berteman dengan baik".
"HALLO ELESH!". Semua bersuara, hingga gaduh. Sikap malu-malu Elesh membuat seisi kelas tersebut gemas .
Elesh tersenyum malu, ada gugup juga.
"Elesh sekarang kau bisa duduk, di samping Sarang. Ah, Sarang tolong angkat tangan mu".
"Pak, kursi disampingku sudah jelas menandakan bahwa aku adalah Sarang".
Sang guru hanya tersenyum canggung ketika Sarang menjawab demikian, lantas ia segera menyuruh Elesh untuk duduk karena pelajaran akan segera di mulai.
Sarang adalah anak yang suka membantu meskipun tak memiliki teman. Namun ketika moodnya buruk, Sarang tak segan-segan menyakiti atau bahkan menyinggung hati. Meskipun hal tersebut jarang terjadi.
.
Ketika siang hari, meja makan hanya terisi oleh Changkyun dan Areum. Maklum saja, Jooheon ada di kantor sedangkan Sarang belum pulang sekolah.
"Ibu, Areum mau makan bersama Ayah. Apa kita tidak bisa menyusul Ayah di kantor?". Ucap Areum tiba-tiba.
Changkyun yang sedang menyusun makanan dimeja segera menghentikan pekerjaannya dan menatap Areum yang kini cemberut.
"Kenapa tiba-tiba hm?".
"Areum rindu Ayah, jika bisa Kakak juga kita jemput agar makan bersama".
Changkyun terkekeh dengan mengangguk-angguk kepalanya. "Ibu harus menghubungi Ayah terlebih dahulu agar tak mengganggu pekerjaannya nanti". Changkyun mengacak surai Areum dan segera pergi pada counter dapur untuk mengambil ponselnya.
Areum segera membalikkan tubuhnya agar bisa menatap Ibunya yang berbicara pada Ayahnya lewat ponsel.
"Katanya kita bisa kesana".
"Yesss!".
.
Kebetulan sekali Jooheon belum makan dan istri serta anaknya akan datang untuk makan bersama.