Tenda besar itu kini sudah terpasang berkat bantuan pengunjung lainnya, Changkyun kini membereskan barang-barang didalam tenda. Sedangkan Areum, Sarang, dan Jooheon. Mereka, sibuk menyiapkan api unggun, meja, juga kursi lipat di dekat tanda. Bahkan ada lampu yang sudah terpasang.
"Ayah, kayunya ada dimana? Biar aku ambil". Ujar Sarang saat merasa tak mendapati kayu bakar untuk api unggun.
Jooheon tersenyum bangga, lalu kemudian berkacak pinggang. "Lebih seru lagi jika kita masuk hutan dan mencarinya sendiri".
Sarang meringis, merasa tak yakin. "Apa Ayah yakin?".
Jooheon menyipitkan matanya yang sudah sipit itu "Tentu saja, Sarang ragu dengan Ayah?".
Sarang menggeleng sebagai jawaban, jika begini Ayahnya benar-benar percaya diri. Pun ia harus percaya dengan Ayahnya.
"Baiklah, setelah kita makan siang kita langsung berangkat mencarinya". Kata Jooheon.
"Baik Ayah". Jawab Sarang.
"Ayah~ apa Areum boleh ikut?". Timpal Areum yang sedari tadi menyaksikan pembicaraan itu.
"Tidak sayang, berbahaya".
"Ayah benar adik kecil, lebih baik Areum menjaga Ibu".
"Terlebih Ibu sedang membawa adik bayi, jadi Areum harus disini menemani Ibu". Tambah Jooheon.
"Baiklah, Areum disini untuk menjaga Ibu dan adik bayi". Seperti biasanya, Areum akan semangat ketika itu menyangkut calon adiknya.
"Apa sudah selesai?". Tanya Changkyun dari belakang, ia membawa makanan yang berada di tas bungkusan.
"Ah iya, meja juga kursinya sudah siap". Jawab Jooheon.
Changkyun kemudian meletakkan itu, dan langsung membongkarnya. Mengeluarkan satu persatu wadah makanan yang sudah ia siapkan.
"Nanti malam baru kita memanggang dagingnya, untuk sekarang kita makan ini". Ungkap Changkyun.Semuanya mengangguk, siapa yang tak suka dengan masakan rumah terlebih masakan itu yang membuatnya adalah orang tersayang dan terkasih, tak ada yang bisa menolaknya.
"Baik Ibu". Jawab mereka serempak, Changkyun hanya tersenyum lembar dan memberikan mangkuk untuk alas keluarganya makan.
Suasana yang jarang mereka rasakan itu rasanya amat nikmat, ditambah mereka menyatu dengan alam, menjadikannya lebih bermakna.
Tak ada bising, tak ada riuh, hanya ada suasana kekeluargaan yang amat kental terasa dengan suara pohon yang bergesekan karena angin sepoi, air mengalir di sungai, burung berkicau bebas dialam sana.
Sarang yang melihat keluarganya makan dengan canda tawa, diam-diam ia tersenyum. Benar-benar sebuah Golden memories.
"Papa, Sarang mau tambah". Sarang menyodorkan mangkuk nya pada Papanya.
"Tentu sayang".
"Areum juga".
"Aku juga".
"Iya, iya, kalian akan mendapatkannya".
"Ibu yang terbaik!". Ayah-Anak itu mengucapkan secara bersamaan. Membuat Changkyun menggeleng, yah ada juga rasa malu dan bangga.
Dan, suasana seperti ini membuat nafsu makan meningkat.
.
"Hati-hati, jangan lupa bawa senter. Ini sudah terlalu sore". Ucap Changkyun sedikit khawatir, mereka asik bercerita hingga lupa waktu, membuat Jooheon dan Sarang melupakan tugas mereka.
"Iya, kau jangan khawatir, hutannya sudah di beri jalur agar pengunjung tak tersesat. Jadi akan lebih mudah bagi kami. Kalau begitu aku berangkat". Jooheon mengecup kening Changkyun.