Chapter 6 : Perjuangan Xiao

560 57 50
                                    

Bebarapa hari setelah kedatangan tamu yang tak diduga itu.
Xiao merasa dadanya semakin sesak dari sebelumnya.

Semakin sering dia terbatuk dengan darah yang ikut keluar dari mulutnya.

Apa ini akhir darinya? pikirnya begitu.
Namun Abah Zhongli selalu memberinya semangat dan dukungan, agar dirinya tidak menyerah.

Terkadang rasa bersalah menguasainya.
Dia tau kenyataan tentang dirinya.
Bagaimana orang tua kandungnya tak menginginkan kehadirannya.
Orang-orang sekitar begitu takut mendekatinya kala itu.
Ditambah lagi penyakitnya yang tampak menakutkan di mata orang lain.

Kenapa hidup memperlakukannya begitu?
Apa semua ini ada maksudnya?
Tapi apa?
Pikiran yang selalu memutari kepala Xiao.

Suatu hari, Abah Zhongli tidak berada di rumah. Beliau sedang mendatangi suatu rapat rutin di masjid.

Kala itu Xiao berniat untuk lepas dari tempatnya berbaring. Dia mencoba itu melangkah keluar dari rumahnya dan pergi ke masjid Teyvat hanya untuk memeriksa keadaan.

Saat kakinya berjalan di sekitar jalanan kampung teyvat, Di melihat sekitar.

Orang-orang berbincang dengan rukun.
Beberapa anak kecil yang bahagia bermain dengan temannya.
Para pedagang kecil yang menjual barang-barangnya pada ibu-ibu kampung.
Kampung itu tampak begitu hidup dalam kedamaian.
Membawa rasa nyaman pada setiap penduduk disana.

"Iya iya, aku yang tadarus. Tapi jangan lupa traktir takjil nanti." Suara seseorang tampak menggema dari mikrofon masjid.
Suara yang begitu dikenal dan begitu dinantikan oleh Xiao, suara milik Venti.

Hampir di setiap minggu pagi, Venti ditugaskan untuk membaca beberapa ayat al-quran.
Suaranya tampak begitu lembut dan merdu. Walaupun sifat Venti tidak seindah suaranya, citra Venti di mata warga masih dipandang baik.

"A'udzu billahi minasy syaithaanir rajiim. Bismillahirrohmanirohim."

"A lam nasylroh laka shodrok"
[Bukankah kami melapangkan dadamu?]

"Wa wadho'naa 'angka wizrok"
[Dan kami pun telah menurunkan beban darimu,]

"Allazii angqodho zhohrok"
[yang memberatkan punggungmu,]

"Wa rofa'naa laka zikrok"
[dan kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu]

"Fa inna ma'al-'usri yusroo"
[Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan]

"Inna ma'al-'usri yusroo"
[Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan]

"Fa izza faroghta fangshob"
[Maka apabila engkau telah selesai(dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras(untuk urusan lain)]

"Wa ilaa robbika farghob"
[Dan hanya kepada Tuhanmu lah, engkau berharap.]

Surat al-insyirah ayat pertama sampai ayat delapan. Surat yang berisi tentang kelapangan dalam menghadapi suatu kejadian.

Xiao kembali mengingat dirinya.
Benar juga, pikirnya.
Dia tidak boleh menyerah, pasti ada sesuatu yang baik dibalik semua itu.

Dengan senyum tipis di wajah, dia kembali berjalan menyusuri jalan kampung teyvat.
Hingga dirinya tak sanggup lagi menahan rasa sakit di dadanya.
Sekali lagi, dia terjatuh dan tak sadarkan diri.

==================

Zhongli's POV

Alhamdulillah, rapat masjid selesai juga. Aku agak merasa bersalah karena harus meninggalkan Xiao sendiri di rumah.
Tapi rapat ini juga tidak bisa ditinggalkan begitu saja.

Ramadhan Mubarak with Genshin ImpactTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang