7 - S I O M A Y

139 40 7
                                    

Habis pulang dari Anasikul tadi, dengan pikiran yang agak somplak mengantarkan gue pada tempat ramai yang sesak dengan orang-orang di sekitarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Habis pulang dari Anasikul tadi, dengan pikiran yang agak somplak mengantarkan gue pada tempat ramai yang sesak dengan orang-orang di sekitarnya.

Gue nggak tahu apa yang membuat gue berhenti di tempat ini. Yang jelas, motor gue melaju dan bergerak seorang diri dengan gue yang sebagai pengemudinya cuma sekedar numpang badan doang. Begitu sadar, motor sudah dalam keadaan berhenti di parkiran Kodam Brawijaya. Mana gue bawa motornya pas nggak lagi sendirian, melainkan ada seseorang yang duduk dijok belakang.

Orang yang sama. Yang ikut gue ke Anasikul.

Keira Meidiana.

"Lah anying ngapain coba gue ke sini?"

Mulut nggak berhenti nyerocos dari tadi, apalagi setelah tahu kalau tangan kanan gue memegang sesuatu yang seperti kertas berwarna hijau muda dengan tulisan tercetak jelas angka 5000-nya di sana.

lima ribu gue melayang gitu aja kan!

"Kai, kenapa?"

Gue buru-buru menoleh dan tersenyum kikuk ke belakang. "Ah, enggak kok. hehehhehe."

Melihat Keira yang sudah turun dan melepaskan helm dari kepalanya itu, gue jadi bergerak untuk ikut turun dan melepaskan helm.

"Gue mau makan siomay nih, laper. Lo ada tempat buat ngerekomendasiin nggak?"

"Siomay?" ulang gue, menunduk melihat sepatu yang mendadak terlihat asik buat ditonton.

"Iya, siomay. Mumpung lagi di sini sekalian aja nyari makanan."

"Oh."

"Ada nggak?"

Pas gue angkat kepala, random aja, wajah Aren tiba-tiba muncul di depan wajah gue yang seharusnya wajah Keira di sana.

"Gue punya temen yang kerja sampingan di sini. Mau ke sana?"

Keira langsung tersenyum dan mengangguk mengiyakan sebelum akhirnya menarik sebelah tangan gue dan membawa masuk lebih dalam untuk menjelajahi isi Lapangan Kodam.

Ini cuma tempat yang nggak jauh berbeda dengan pasar. Cuman yang membedakan ini dengan pasar adalah waktunya. Malam hari. Atau lebih jelasnya ini memang pasar malam yang berisi orang-orang jualan baju, mainan, kaset cd bajakan, makanan dan buku apa aja yang sama sekali nggak menarik atensi gue selain membawanya pergi ke tempat Aren dengan tergesa.

Bahkan saking terburu-burunya ke tempat Aren, posisi kita sampai terbalik sekarang. Dengan gue yang saat ini berjalan di depan sementara Keira mengikuti langkah gue di belakang.

Begitu sampai, tempat dagangan Aren lagi penuh dengan pembeli. Gue yang melihat itu jadi nggak enak sama Keira. Bagaimanapun, cewek ini pasti sudah lapar karena sejak tadi siang kita cuma menghabiskan waktu hanya di Anasikul dengan gue yang menjadikannya model lukis.

𝚑𝚎𝚕𝚕𝚘. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang