Chapter 04 ㅡ Two Rooms

246 66 10
                                    

Jongseob duduk dengan hening di kursi belajarnya, tugasnya masih menumpuk dan tangannya belum selesai mencatat jawaban.

"Jongseob-ie..." panggil Soul pelan, lalu terkekeh. "Kenapa sunbaenim itu memberikanmu nickname yang lucu?" Soul beranjak dari ranjang tidur lalu menuju kearah dapur untuk sekedar meminum air.

"Huft- entahlah, mungkin karena umurku terpaut jauh dari mereka?" Fakta unik Jongseob ialah ia anak akselerasi mulai dari sekolah dasar sampai asrama ini, jadi maklum saja dia lebih muda dari yang lain. Begitu pula dengan Soul.

Soul menghela nafas dan kembali duduk di ranjang usai meminum airnya. Ia melirik tas gendong besar yang berada di pojok ruangan, mengingatkan ia dengan waktu kedatangan pertama kali di Korea.

"Hei, Shota." Jongseob balas memanggilnya. Pemuda Jepang itu menengok, 'apa?'.

"Apa yang tengah kamu pikirkan akhir-akhir ini? Kamu terlihat sedikit kurang fokus." Soul menyanggah pernyataan Jongseob dengan menggeleng.

"Aku masih harus mengingat-ingat banyak kosakata Korea." Balas Soul yang tampak masuk akal.

Sesaat kemudian lengang, kedua pemuda sekamar itu tidak nelempar pertanyaan apa-apa. Jongseob masih sibuk dengan tugasnya sementara Soul sibuk mempelajari buku kamus kecil.

kriiiing-

Soul menyeritkan dahi, lalu menutup kamus kecil dalam genggamannya. Ia berdiri dan membuka pintu kamar untuk mengecek keadaan luar. Suasana malam membuatnya semakin waspada.

Jongseob menoleh kearah Soul dan melirik bingung, "ada apa?" tanyanya namun belum dijawab teman sebayanya.

Soul kembali masuk dalam kamar, lalu mengambil tas besarnya, ia mulai memasukkan beberapa hal penting.

"Hei hei, Haku Shota- stop! what happen?" Jongseob menginterupsinya dengan intonasi meninggi.

Soul berhenti bergerak dan menatapnya, "there's something wrong."

Keeho dan Theo jalan bersamaan dari gedung sayap timur menuju asrama yang berada di bagian gedung sayap barat. Di bagian selatan ialah gedung utama asrama yang berisikan aula, ruang guru, ruang berkas, dan hal-hal penting lainnya.

Dalam jalannya, Theo masih setia membaca tiap paragraf dari buku yang tadi dipinjamnya. Sampai beberapa kali Keeho harus membenarkan jalannya agar tidak tertabrak.

"Seseru itu kah buku yang kau baca?" Keeho sempat mengintip sedikit, namun Theo langsung menutup bukunya dan mengangguk.

"Kalau aku sudah selesai bacalah sendiri, kalau mengintip seperti itu tidak akan puas." Yah benar juga apa yang dikatakan Theo, Keeho memilih untuk menurutinya.

cklek-

Pintu kamar asrama mereka terbuka. Dibandingkan kamar milik Jongseob dan Soul, kamar mereka tampaknya lebih berantakan.

Kertas tugas dimana-mana, map-map besar ditaruh di meja dapur, bahkan alat tulis yang sampai ada di kolong ranjang.

"Hei, Choi. Hari ini giliranmu membersihkan kamar." Theo mengangguk, ia tahu itu.

Sesaat setelah Keeho mandi, Theo mulai membersihkan kamar asramanya. Ia mengembalikan semuanya ke tempat semula.

"Haaah~" Theo menghembuskan nafas penat. Ia duduk di pinggir ranjang dan membuka laci berisikan berkas-berkas penting miliknya dan Keeho.

Theo berpikir sejenak, kalau dunia apocalypse itu benar-benar terjadi mungkin berkasnya akan cukup penting dan berguna. Menurut kata hatinya, Theo segera mengosongkan tasnya dan memasukkan berkas-berkas itu.

Ia bahkan mengambil satu tas lagi, dimana berisikan suply makanan dan P3K. Yah entahlah, ia mungkin termakan rasa panik setelah membaca buku itu.

"Yya, Choi Theo apa yang kau lakukan?"

kriiiing-

scared, p1harmony. [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang