Chapter 11 ㅡ End

235 49 5
                                    

Soul tidak ingat seberapa cepat waktu berlalu, yang ia tahu tiba-tiba saja seseorang mengguncang bahunya keras. Memaksanya agar segera bangun.

Pemuda Jepang ini membuka mata cepat. Ah, pandangannya berputar karena ia harus mendadak bangun tanpa aba-aba.

"SHOTA!" Mata Soul terbelalak. Ia mendapati Jiung tengah terengah-engah membangunkannya.

Pemuda Choi itu menarik Soul untuk bangkit, dan memberikannya sebuah senapan riffle. Soul menyeritkan dahi, ini berbeda dengan senapannya yang semalam.

Soul menatap sekeliling, dimana hall ini sudah berubah menjadi medan perang. Tepatnya zombie-zombie itu kembali berdatangan masuk ke hall ini.

Hanya satu penyebab utamanya. Bagian sebelah hall sudah hancur dan terbuka, sehingga dunia luar bisa masuk ke dalam hall. Entah apa yang meledakkannya, atau apa yang membuatnya hancur terbuka seperti itu.

Pemuda Jepang ini otomatis berdiri dan menembakkan peluru pada zombie-zombie itu.

Jongseob dan teman-temannya yang lain juga tengah berusaha. Di tengah kepanikan pagi seperti ini, bahkan membuka jendela atau pintu untuk melarikan diri saja sangat menyusahkan.

PRANGGG!

Bagian atas hall yang terbuat dari kaca tiba-tiba saja pecah. Menjatuhkan satu makhluk aneh yang ukurannya lebih besar.

"AAAAA!!!" Salah satu siswa menjerit.

Wajah yang setengah hancur, figur yang tinggi dan berlemak, dan tangan yang mengeluarkan tentakel, itu menjijikan. Bahkan dari mulutnya ia mengeluarkan lendir dan bau busuk.

"TUTUP HIDUNG KALIAN SEMUA!" Titah Keeho dan dilaksanakan yang lainnya.

"Dimana para polisi itu hyung?!" Soul menepuk pundak Jiung, namun karena Jiung masih syok akan kehadiran makhluk menjijikan itu, ia hanya menjawabnya dengan mengangguk.

Soul mendecak, ia berlari mendekati pemdua dengan rambut merah muda terang itu. "Theo hyung! Dimana polisi nya?!"

Teriakan Soul sedikit menyadarkan lamunan Theo. "Ah, Shota... polisi-polisi itu sudah mati..." Soul yang awalnya menatap serius Theo menjadi diam.

"Kau serius hyung?" Bingung dan panik? Tentu saja. Theo mengangguk sebagai jawaban.

"Harus ada sesuatu yang dapat meledakkannya..." Theo menggumam, dan didengar sekilas oleh Soul.

'Meledak? Explosive? Theo hyung benar!'

Ditengah-tengah keributan dan baku tembak yang tengah terjadi, Soul berpikir dengan cepat. Ia harus mencari explosive round atau bom yang dapat meledakkan makhluk itu dan zombie lainnya.

Hall ini cukup besar dan luas, setidaknya ia bisa memberikan jarak ledakan yang cukup jauh antara gerombolan zombie itu dan kawan-kawannya.

Matanya menemukan beberapa loker tertutup, Soul berpikiran kalau ada barang-barang penting di loker-loker tersebut.

"INTAK HYUNG! JIUNG HYUNG! PERIKSA LOKER DI SEKITAR KALIAN" Dari kejauhan, Intak mengangguk dan mengecek loker-loker didekatnya. Sementara Jiung melindunginya dari belakang karena zombie-zombie yang berdatangan ini semakin merepotkan.

Sedikit menunggu dengan snipper di tangan, akhirnya Intak melemparkan sebuah explosive round pada Soul.

"KEEHO HYUNG! AKU BUTUH GRENADE LAUNCHERMU!" Keeho segera mengangguk, ia berlari membawakan grenade launcher yang cukup berat di tangannya.

Dengan segera Soul memasangkan satu buah explosive round kedalam grenade launcher tersebut.

"S-shota... hal ini hanya bisa dilakukan sekali, a-aku harap kau berhasil." Jongseob sedikit terbata, namun Soul mengangguk meyakinkan.

Makhluk menjijikan yang brengsek itu membuat Soul kesal. Teman-temannya sudah banyak yang terluka. Dan persediaan mesiu yang mereka miliki sudah dalam batas akhir.

Soul menarik nafas, menahannya sebentar, mengosongkan pikiran agar ia tidak salah tembak.

Mata tajamnya mengarah pada makhluk aneh yang semakin membesar itu. Sedikit ada rasa takut didalam benak Soul, tapi ia harus yakin.

San

Ni

Ichi-

DUAAAAAARRRRRR!

-

"Shota, bangun!" Pipi Soul tertepuk. Pelan-pelan Pemuda Jepang ini membuka matanya, menatap langsung langit oranye yang ada di angkasa.

"Kau sudah tertidur satu jam, bodoh." Soul melirik kesebelahnya.

Jiung, Intak, Keeho, Theo, dan Jongseob pastinya. Menggunakan seragam kampus dan tas masing-masing.

"Ah?" Soul menyeritkan dahi kemudian terduduk pada hamparan ilalang yang menjadi tempat tidurnya tadi.

"Ayo kembali ke lab." Keeho berdiri, membersihkan bagian celananya. Disusul dengan yang lain juga turut berdiri.

Soul bangkit dari duduknya, menenteng tas nya dan menatap mereka semua keheranan.

"Bukankah tadi..." Gumam Soul.

"Tadi apa?" Intak menoleh padanya, menanyakan. Soul menggeleng, mungkin benar ia hanya bermimpi.

Mereka berenam melangkahkan kaki pada jalan setapak. Dimana di kanan jalan merupakan padang ilalang dan sungai yang cukup jernih. Sementara di kiri jalan sudah pembatas antara jalanan beraspal dan tanah.

Cuacanya bagus, suasana jalanan juga tidak ramai. Keadaan sore ini menenangkan hati, tapi tidak bagi perasaan Soul.

"Haku Shota..." Soul berhenti berjalan ketika Jiung menyebutkan namanya.

"Ya hyung?" Jawab Soul.

"Terima kasih, kau menyelamatkan kami."

Ah?

Kemudian semuanya memutih. Terang, transparan. Soul menyadarinya. Sosoknya turut menghilang bersama sinar matahari sore itu.

-

END

explain ; explosive round memiliki jarak ledak paling pendek sejauh 500m, kurang dari itu maka akan mengakibatkan kerusakan yang cukup parah.

scared, p1harmony. [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang