Chapter 05 ㅡ Siren

214 66 12
                                    

Jiung terbangun dari tidurnya, sontak ia memukul keras dada Intak sampai-sampai pemuda itu juga turut terbangun.

"HYUNG!" Protesnya kesakitan. Intak memegangi dadanya dan menatap Jiung heran.

"Kau- kau dengar suara ledakan itu?" Pundak Jiung bergetar menandakan ketakutan.

Intak menggeleng pelan, tidur lelapnya membuat ia tidak mendengar suara kencang apa-apa. Kedua pemuda itu beranjak dari kasur, Jiung keluar untuk memastikan keadaan sementara Intak menunggu didalam.

Kriettt...

Suara pintu kamar terbuka, Jiung siap melangkah keluar. Tetapi-

Kriiiiinggg! Kriiiiinggg!

Suara bel penting dari gedung utama asrama itu berbunyi nyaring beberapa kali. Jiung menampar pipinya pelan, dia tidak sedang bermimpi kah?

BRAK!

"Jiung! Intak!" Seseorang mendobrak pintu kamar Jiung dan Intak, sialnya pemuda Choi itu tidak sempat mundur beberapa langkah.

Hidungnya terantuk pintu kencang, dan berdarah di bagian luar. "Bangsat!" Teriak Jiung sembari memegangi hidungnya.

"Eoh?" Ternyata seseorang dibalik pintu itu ialah Keeho, dengan muka yang terkejut karena si pemilik kamar terkena sial.

"Sorry-"

"HYUNG CEPAT!" Rupanya ia tak sendiri, ada Theo, Soul, dan Jongseob dibelakangnya. Keeho mengangguk dan memasang ekspresi wajah serius.

"Cepat berkemas kemas!" Ucap Keeho. Jiung dan Intak mencerna kata-kata Keeho, 'apa maksudnya?' dan 'kenapa?'.

"Gedung utama asrama kebakaran, eoh!" Teriak Theo menjelaskan. Jiung terperanjat kaget, ini persis seperti mimpinya.

Wiuuu- Wiuuu-

Suara sirine pemadam kebakaran yang mendekat menambah kepercayaan Jiung kalau kejadian ini benar-benar nyata. Ia melirik sekilas ke Intak, masih berdiam ditempat karena tidak tahu harus melakukan apa.

Intak mengangguk, pemuda itu dengan cepat meraih tas-tas besar dan memasukkan beberapa pakaian dan kotak obat.

"Aku sudah membawa suply makanan hyung, kau tidak perlu cemas." Jongseob menenangkan Intak yang tengah ribut membuka-buka lemari di dapur dengan agresif.

"Ah, syukurlah." Intak menghela nafas lega. Dibawanya kedua tas itu dan diberikan satu pada Jiung untuk membawanya.

Mereka berenam beranjak dari kamar asrama menuju tangga darurat untuk turun dan mengikuti arahan mobil-mobil evakuasi.

Theo dan Soul memimpin di depan, kecepatan lari mereka lebih tinggi. Disusul dengan Jongseob dan Keeho, kemudian Intak dan Jiung.

"Pelan-pelan, hyung!" Soul memberikan peringatan ketika menuruni tangga. Dan tiba-tiba sajaㅡ

DUAR!

Gedung asrama bagian sayap barat meledak. Tangga yang barusan mereka lewati bergetar. Jiung menoleh kearah bunyinya ledakan, disana ia makin terkejut, bagian gedung asrama hampir setengahnya bolong dan terbakar.

'Astaga, apa yang sedang terjadi?!'

Intak menarik bagian kerah jaket Jiung, dimana membuat Hyungnya itu sedikit terkesiap dan tergeret oleh tenaga besar adik tingkatnya itu.

"Kau hampir mati, Hyung!" Intak menatapnya marah karena Jiung sama sekali tidak fokus dan hampir terpeleset.

Beruntunglah mereka dapat mencapai lantai terbawah gedung asrama dan melarikan diri kearah luar gerbang asrama.

Intak masih setia menarik kerah jaket Jiung, memastikan agar Hyungnya itu tidak ketinggalan tim. Mereka berenam berhenti pada salah satu mobil evakuasi dimana sudah ada beberapa siswa lain yang berhasil selamat.

Mereka menaiki mobil itu satu-persatu, kemudian menarik nafas lega karena sudah berhasil menyelamatkan diri.

"Ini... nyata..." gumam Jiung.

scared, p1harmony. [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang