T U J U H

29 9 0
                                    

Sesuai arahan dari pimpinan Rumah Sakit Daerah kemarin, mereka hari ini akan berangkat pukul 6 tepat. Jam menunjukkan pukul 5.30 dan saat ini Vun menunggu jemputan dari Dokter Rafa yang sudah berjanji akan menjemputnya.

Tak lama mobil hitam berhenti didekat Vun berdiri dan seseorang dari balkik kemudi memberi intruksi kepada Vun untuk masuk. Didalam ternyata sudah ada Razi yang duduk disamping Dokter Rafa.

Setelah mendudukkan diri di jok belakang, Vun menyalami satu-satu orang didepannya. Ya kan biar sopan.

"Kak Raji kemarin kok gak ikut ke rumah sakit? Takut disuntik ya?" Vun mencolek bahu kanan pemuda itu.

"Kan yang lain gak tau kalo kakak sama kamu ikut Dokter Rafa, ntar kalo kakak ikut ke rumah sakit dikira Dokter Rafa pilih kasih lagi. Apalagi anak-anak paling seneng ada acara ginian" jelas Razi

"Oh bukan takut suntik?"

Mengabaikan pertanyaan seniornya itu, Razi menanyakan hal lain yang lebih penting, "Kamu udah sarapan?"

Vun menggeleng, "Tadi Mpun bangunnya jam lima kalo masak lagi, mana sempat, keburu telat, he-em mana sempat" ngomongnya pakai nada iklan

"Dokter Rafa udah sarapan?" Kali ini pertanyaan Razi tertuju pada Dokter Rafa. Dokter itu menggeleng, "Ntar kita makan dijalan aja" Razi mengangguk

Sementara Vun, "Ih ga baik tau, Kak, makan sambil jalan"

"Diemin aja, Dok, kasian, umur gak ada yang tau"

Sampai aula rumah sakit, sudah banyak peserta SEMA yang datang. Vun juga melihat pimpinan rumah sakit baru masuk ke dalam aula.

Oh iya, SEMA adalah nama program pemberdayaan masyarakat ini. Kalau Vun tidak salah dengar kepanjangan dari SEMA adalah Sejahtera Bersama.

Setelah memberi sepatah dua patah kata, pimpinan rumah sakit yang Vun baru tahu namanya adalah Pak Bambang. Pak Bambang mempersilahkan semua peserta untuk menuju ke belakang rumah sakit karena busnya sudah menunggu disana.

Pak Bambang ini orangnya ramah, ramah sekali. Selera humornya juga nyambung aja sama Vun. Kemarin Pak Bambang sempat bercandain Vun begini,

"Loh, Dokter Rafa sudah punya anak?" pertanyaan ini yang pertama Dokter Rafa dan Vun dapatkan ketika memasuki aula rumah sakit

Dokter Rafa mengerutkan dahi, "Maaf, Dok, anak gimana?"

"Itu yang disampingnya siapa dong? Dokter Rafa kan anak tunggal, pacar juga gak punya"

Karena Dokter Rafa lama loadingnya, Vun mengambil alih. Gadis itu maju ke arah Pak Bambang dan mencium tangannya, "Hehe iya, Pak, Saya Mpun, anaknya Papa Rafa"

Ucapan Vun selesai dan Dokter Rafa juga selesai dari loadingnya. Buru-buru pemuda yang masih mengenakan seragam pramuka itu menarik Vun kebelakang

"E-eh bukan, Dok, ini anak saya, tapi anak didik di Pramuka. Maaf ya, Dok, tingkahnya emang begini"

Pak Bambang tertawa ala bapak-bapak, "Santai dong, Dokter Rafa, saya tau kok adeknya tadi becanda"

Vun menyambung ucapan Pak Bambang, "Tau nih Papa Rafa, serius amat, ya, Pak"

Lagi-lagi Pak Bambang tertawa, "Siapa namanya tadi, Nak?"

"Vunya, Pak, boleh panggil Pun atau Mpun. Si manis juga boleh"

"Si manis jembatan merah?"

"Boleh, Pak, merah jambu tapi ya?"

"Wahahaha, bisa aja kamu, Nak"

Yah begitulah kira-kira lawakan antara Vun dan Pak Bambang.

Balik ke hari ini, dimana Razi dan Vun duduk berdua didalam bus dengan pakaian yang beda dari yang lain. Mereka doang yang pakai seragam pramuka lengkap diantara dokter-dokter penumpang bus ini.

MPUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang