H-7 pelaksanaan ospek mahasiswa baru. Semua panitia mulai disibukkan mengonsep kegiatan dan rapat. Vun rasa semua panitia PKK ini harus bersyukur, karena seorang yang malas bekerja dalam kepanitiaan seperti Vun ini mau bekerja.
Jadi, Vun diberi tugas oleh ketua panitia untuk mengonsep mozaik yang merupakan salah satu hal yang penting yang ada ketika ospek mahasiswa baru. Vun menggambar sketsa dikertas bekas yang ia dapat dari ruang senat.
Gadis itu kini tengah berselonjor didepan ruang sekretariat BEM karena semua panitia memang diarahkan untuk berkumpul di ruang BEM.
"Lo ngapaian dah, Mpun?" Alif mendudukkan dirinya disamping Vun
"Gambar masa depannya Alip" Alif melihat melihat dengan seksama coret-coretan di kertas Vun
"Hah? Kok abstrak?"
"Sesuai kan?" Alif mendelik kesal dan langsung meremukkan kertas coret-coretan Vun tadi
Vun melotot melihat apa yang dilakukan Alif.
Walau pun abstrak, sketsa untuk mozaik ini sudah hampir selesai. Vun bahkan sudah berulang kali merubah konsep mozaik karena tidak sesuai dengan yang ketua BEM inginkan. Hidupnya tiga hari ini tidak tenang karena selalu diingatkan untuk menyelesaikan sketsa dan konsep mozaik segera.
Tanpa mengatakan apapun, Vun meninggalkan Alif dengan batagor ditangannya. Alif yang tidak tahu menahu hanya mengabaikan kepergian gadis itu dan melanjutkan makan batagornya.
Vun masuk ke toilet dan memastikan tidak ada orang didalamnya. Vun berjongkok dan menenggelamkan kepalanya di lipatan tangan yang ia tumpu kan di atas lutut. Gadis itu menangis.
Setelah dirasa puas, Vun membersihkan wajahnya dan merapikan rambutnya yang agak berantakan. Vun melihat satu notif masuk di ponselnya
Panitia PKK (113)
Ketua BEM
Mozaik gimana? @VunyaMaaf, Bang
Masih belum selesaiKetua BEM
Kalo lo gamampu kasih ke yg lain aja
Banyak kok yg lebih pinterSaya usahakan secepatnya, Bang
Biasanya ketua BEM mengingatkan tentang mozaik secara pribadi, tidak di grup seperti itu, yang berarti kalau sudah diingatkan dari grup begini, Sang Presiden Mahasiswa memang sudah habis kesabaran terhadap Vun.
Ada satu lagi yang mengganggu fikiran gadis itu. Irsyad. Vun tidak tau kesalahan apa yang ia perbuat sampai Irsyad mendiaminya setelah pulang dari balai kota kemarin.
Vun tidak masalah kalau Irsyad mendiaminya ketika mereka tidak bertemu tapi Vun bingung ketika ia menegur Irsyad saat rapat kemarin namun pemuda itu hanya mengangguk tanpa membalas sapaan atau paling tidak tersenyum.
Vun keluar dari toilet dan kembali ke tempat ia duduk tadi dan masih ada Alif disana bersama temannya, Faris.
"Mpun, itu tadi yang lo gambar buat mozaik?" Alif langsung bertanya ketika Vun mendudukkan diri disampingnya
Sambil merogoh tasnya mencari alat tulis, Vun mejawab, "Iyee"
"Ya Allah, maap Pun, gue beneran gak tau, lo buat lagi dong jadinya? Gue bantu ya?" ujar Alif merasa bersalah, ia sungguh tidak tahu kalau kertas abstrak tadi begitu penting
Vun tertawa tanpa bisa menyembunyikan suara bindengnya, "Santuy dong ah, ngegambar doang ini"
"Lo nangis?" Faris bersuara setelah menyadari ada yang salah dari suara gadis itu
KAMU SEDANG MEMBACA
MPUN
General Fiction"Nama kamu siapa?" "Vunya, bisa dipanggil Pun atau Mpun, tapi si manis juga boleh" _____________________________________________ "Kak Pun, bantuin bongkar tenda boleh?" "Oh, boleh kok. Ya Allah semoga tendanya cepat selesai aamiin. Udah kan?" Ya be...