D U A B E L A S

23 8 0
                                    

Karena pakaian kotornya banyak dan Vun tidak sanggup alias malas mencucinya sendiri, Vun memutuskan pergi ke laundry. Letak laundry itu ada tidak jauh dari kostnya jadi Vun tidak perlu tenaga banyak untuk hal yang satu itu.

Ponselnya bergetar menandakan ada notifisikasi yang masuk,

Dari grup kepanitiaan PKK ternyata

Vun membaca dokumen yang dikirim oleh sekretaris panitia

Dan benar saja, tugas Vun diganti. Tapi Vun tidak keberatan karena ia masih ditugaskan sebagai pembimbing tapi kali ini di dikelompok A-8.

Jika sebelumnya ia ditunjuk sebagi pembimbing dari kelompok H-2 yang mana ia akan menjadi pembimbing dari mahasiswi-mahasiswi baru, maka kini Vun harus menghadapi laki-laki yang mungkin jumlahnya lebih dari 20 orang.

Dan jika sebelumnya partner Vun sebagai pembimbing kelompok H-2 adalah mahasiswa perwakilan dari HMJ Teknik Industri maka kali ini partnernya adalah mahasiswa perwakilan dari HMJ Teknik Mesin, Irsyad Ibnu Azhari.

Vun melihat notifikasi lain di ponselnya

Kak Raji Saka
Mpun, kakak di RSD nih

Mpun gak ada nanya perasaan

Ada bahan
Mau tau ga?
Dokter Rinda sama Dokter Rafa
Pacaran kayaknya

Jangan menebar hoax Anda
Saya lebih tau ya
Mereka tidak pacaran
Hanya saja sudah akan lamaran

KAMU TAU TP KOK GA BILANG

Alay kamu Razi pakai kepslok
Kakak di RSD ngapain?

Kepo kamu Vunya nanya-nanya

Vun hanya membaca pesan terakhir yang dikirim Razi kepadanya. Gadis itu meletakkan ponselnya disamping tubuhnya.

Vun menelentangkan tubuhnya menatap langit-langit kamar kostnya ini

"Sepi"

Lama kelamaan menatap langit-langit kost, membuat mata Vun berat

Hampir saja ia menutup mata, suara dering di ponselnya berbunyi. Vun menatap nomor tidak dikenal yang menelfonnya.

Kalau sempat ini orang iseng, izin kan Vun untuk memaki orang ini

"Halo"

"..."

Tidak ada sahutan

"Halo" Vun mengeraskan suaranya. Ia masih berprasangka baik, siapa tau yang menelfonnya ini budeg. Namun masih belum ada sahutan juga

"Halo? Maaf, ini siapa ya?" lagi-lagi hanya keheningan yang menjawab. Oke, Vun mulai emosi

"Mon maap sebelumnya, Mas atau Mbak Setan yang nelfon ke nomor ini, saya udah ngantuk banget ini, kalo Mas atau Mbak Setan ada perlu, tolong segera dibilang" Vun semakin yakin yang menelfonnya ini adalah setan karena masih belum ada sahutan.

Vun memutuskan panggilan itu sebelah pihak dan kembali mencoba menutup matanya. Namun ponselnya berdering, lagi.

Vun menghela nafasnya kasar melihat masih nomor yang sama dengan yang tadi yang menelfonnya.

Kali ini Vun diam saja, biar sama-sama jadi setan.

Dua menit sudah Vun dan Mas atau Mbak Setan disana saling membisu. Tak lama terdengar suara tawa laki-laki dari seberang sana

"Mas Setan, mau ngomong apa? Pamer ketawa doang?"

"Ini Bang Icad, Mpun" suara Irsyad yang tenang dengan sopan masuk ke telinga Vun

MPUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang