Sadar

615 99 11
                                    

Aruna kedatangan tamu siang ini, dia mengaku sebagai teman Bian. Demi menghormati sahabatnya, Aruna tentu saja menyambut pria itu dengan baik.

Namun tidak lama, Aruna berkata dia tengah sibuk dengan pekerjaannya. Pria itu pun pergi dengan meninggalkan nomor ponsel untuk mereka saling menyapa.

Gadis itu masuk ke dalam toko, kembali mengenakan apron di tubuhnya dan membantu Davina membentuk adonan kue.

"Mas Bian ke mana yah, Kak? Kok Vina jarang lihat?" Davina bertanya.

"Kemarin ke sini kok, sekarang nggak tahu deh mau ke sini apa nggak." Aruna menjawabnya.

"Eh, tadi ada Mas Raksa ke sini, nemuin kakak nggak? Tumben cepet banget pulangnya."

Aruna menghentikan pergerakan tangannya, kemudian menoleh pada gadis itu. "Raksa ke sini?" tanyanya.

Davina mengangguk, dia tadi nyari kakak, terus aku bilang aja lagi di depan. Nggak lama dia malah ke mobilnya abis itu pergi," ucapnya bercerita. "Kirain udah ketemu Kak Nuna," imbuhnya.

Aruna diam saja. Apakah Raksa melihat teman Bian yang mengajaknya berbicara. Salahkah jika dia berpikir bahwa pria itu cemburu dan tidak suka. Tapi mungkin saja, Raksa mendadak ada urusan dan segera pergi sebelum menemuinya.

Di tempat yang berbeda, Raksa yang pergi dari toko Aruna kemudian berbelok ke rumah orangtuanya. Tidak banyak orang karena adiknya sedang sekolah. Hanya ada sang bunda yang lalu menyambut kedatangannya.

"Kok, nggak bareng sama mantu bunda?" Wanita itu dengan lembut bertanya.

Raksa mendudukkan dirinya di sofa, kemudian menggeleng. Entah kenapa dia begitu malas untuk berbicara.

Melihat Raksa tampak tidak bersemangat, wanita bernama Nadia itu merasa mungkin sedang terjadi sesuatu pada putranya. Dia pun tidak banyak bertanya.

"Bunda bikinin minum yah."

"Boleh." Kata pertama yang keluar dari mulut Raksa, sebelum menyandarkan tubuhnya pada sofa, kemudian memejamkan mata.

Bayangannya kembali pada Aruna yang tengah asik mengobrol dengan seorang pria, inikah arti cemburu yang sesungguhnya? Kenapa tidak ia rasakan untuk istrinya saja. Kenapa harus Aruna? Dan jawabannya adalah karena dia mencintainya.

Raksa memukul keningnya pelan dengan kepalan tangan. Sebelum ini, kedekatannya dengan Aruna dia pikir hanya sebagai sahabat saja, hingga saat akhirnya ia melabuhkan hatinya pada wanita lain, perasaannya masih tertinggal untuk Aruna.

Dan parahnya lagi, dia cemburu pada pria yang mendekati gadis itu.

Raksa semakin merutuki kebodohannya, tentang perasaan yang terlambat ia sadari, tentang seseorang yang terlanjur ia nikahi. Bagaimanapun juga, dia tidak boleh melepas tanggung jawabnya pada Elina, karena wanita itu kini adalah istrinya. Dan mungkin mulai saat ini, dia harus bisa melupakan Aruna.

Suara gelas yang diletakan ke atas meja membuat Raksa lalu membuka mata. Pria itu menoleh, mendapati sang bunda yang tersenyum lembut kepadanya.

"Kamu lagi ada masalah?"

Raksa tidak menjawab, dia bingung harus berkata apa. Yang jelas, bundanya pasti akan kecewa pada dirinya.

"Cerita sama bunda," ucap Nadia  mengusap pundak putranya dengan sayang.

Raksa lalu merebahkan kepalanya pada pangkuan wanita itu. Dia bingung harus memulai kalimatnya dari mana. "Bundaa?"

Nadia diam saja, masih menunggu putranya bercerita, dia terus mengusap rambut kepalanya.

Kulepas Dengan Ikhlas (TAMAT Di KbmApp)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang