Rasa

630 114 10
                                    

Aruna mencoba kembali bersikap biasa saja. Dia tidak boleh larut dalam kesedihan, pernikahan Raksa dengan Elina sudah seharusnya ia ikhlaskan.

Siang ini Aruna sudah memanggang beberapa roti, dengan dibantu seseorang yang masih saudara sepupunya juga. Anak smp yang berisiknya luar biasa.

"Davina?"

"Iya, Kak?"

Aruna menyodorkan satu nampan kue pada gadis itu. "Kasih Mbak Mala, taro di etalase yah."

"Siap!"

Mbak Mala adalah Karyawan Aruna yang bertugas menjaga dagangannya, sedangkan dia sendiri hanya memproduksi saja. Seringkali Raksa datang untuk membantunya, tapi kali ini tentu berbeda. Pria itu sudah menikah, mungkin saja tidak akan lagi menemuinya.

"Mas Biaaan!"

Aruna menoleh saat gadis bernama Davina itu meneriakan nama sahabatnya. Bian datang menggunakan sepeda motor, lalu masuk ke dalam toko lewat pintu samping.

"Lo ngapain di sini sih?" Pemuda itu mengomel, setelah meletakan helm di tempat biasa ia menaruhnya.

"Bantuin Kak Nuna dong, gimana Mas Bian, Vina udah kaya calon istri idaman belum?" Gadis belasan tahun itu memeluk nampan di dada, senyumnya tampak ceria.

Bian berdecih sinis. Bocah itu memang gencar sekali mengganggunya, sudah ia usir dengan berbagai cara pun tetap saja mengekorinya. "Gue bilangin bapak lo nih, kecil-kecil udah bahas istri idaman mulu. Emak lo nyuruh jadi bidan!"

Davina mencebikkan bibir, "pokoknya cita-cita Vina jadi istri idaman buat Mas Bian."

"Gila lo ya!"

Melihat perdebatan mereka selalu saja membuat Aruna tertawa, meski kasar dia tahu bahwa Bian hanya bercanda. Dia tidak benar-benar risi dengan Davina, buktinya saat anak itu tidak ada, Bian justru mencarinya.

"Kalian tuh kalo ketemu beranteem terus, tapi kalo nggak ketemu nyariin." Aruna yang meletakan satu loyang kue ke atas meja lalu berkomentar.

Davina mendekat pada kakak sepupunya. "Beneran Kak Nuna? Mas Bian cariin Vina?"

"Hoax!" Bian berkomentar saat Nuna mengangguk atas pertanyaan bocah itu.

Davina tertawa. Dengan masih memeluk nampan di tubuhnya, gadis itu kembali menghampiri Bian yang duduk di tepi meja. "Mas Bian jujur dong kalo suka sama Vina, pasti diterima kok."

"Idih." Bian berdecih sinis, namun tertawa juga saat gadis itu terus tersenyum kepadanya. "Jauh-jauh lo sono."

Seperti biasa, usiran pria itu selalu tidak diindahkan oleh Davina, gadis itu tampak kebal dengan sikap kasar pria pujaannya.

Saat Aruna masih menyimak perdebatan mereka yang selalu tidak ada ujungnya, kehadiran Arka juga seseorang yang biasa bersamanya itu membuat mereka menoleh.

Aruna masih merasakan dadanya memanas saat melihat pria itu melepaskan helm dari kepala, jantungnya berdetak lebih hebat dari sebelumnya. Bahkan saat dulu Raksa belum menikahi wanita lain, dia tidak pernah segugup ini rasanya.

"Lah, pengantin baru ngapain ke sini." Bian menegakkan duduknya, menyambut dua sahabatnya yang melewati pintu kaca.

Pria itu sempat menoleh pada Aruna yang tampak salah tingkah, Bian mungkin tau perasaan Aruna terhadap Raksa sejak malam itu. Namun dia ataupun Arka tampak tidak ingin membahasnya, ada kebenaran yang mungkin lebih baik disimpan saja, jika pembahasannya akan menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi mereka.

"Emang kenapa? Gue udah nggak boleh main ke sini," sindir Raksa setelah bersalaman ala mereka jika saling berjumpa.

Bian tertawa, pria itu meledek sepertinya setelah menikah, Raksa semakin emosian saja.

Kulepas Dengan Ikhlas (TAMAT Di KbmApp)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang