Tegas

591 96 7
                                    

Beberapa hari menjalani status sebagai seorang suami, banyak hal yang mungkin masih harus Raksa pelajari, terlebih tentang sebuah kesabaran, menghadapi wanita yang kini telah menjadi istrinya.

"Mau ke mana?" Pagi itu Raksa baru membuka mata, dia mendapati Elina sudah rapi dengan kemeja ketat, juga rok span selutut yang dikenakannya.

Elina yang tengah mengoleskan lipstik merah di bibirnya itu menoleh. "Aku ada jadwal ke luar kota, penting dan harus ikut," ucapnya, lalu kembali menoleh pada kaca di hadapannya.

Raksa mengusap wajahnya dengan telapak tangan, "ini hari minggu dan kita udah ada janji," ucapnya mengingatkan.

"Nanti aku bilang sama kakek, aku jengukinnya besok, sekarang nggak bisa." Elina yang tampak selesai dengan dandanannya itu kemudian beranjak berdiri.

Raksa turun dari ranjang, menghadang perempuan itu. "Aku nggak ngizinin kamu keluar," tegasnya.

Elina mengerutkan dahi. "Mas, aku udah ditungguin sama bos aku."

Suaminya itu menggeleng. "Kamu harus bagi waktu sama keluarga juga, ini hari libur Eli," ucapnya.

"Iya tapi ini penting, Mas. Pasti aku juga bakal dapet bonus."

"Aku nggak peduli sama bonus kamu."

"Mas!" Elina berteriak marah saat Raksa mengambil ponselnya. Layar yang masih menyala membuat pria itu dengan mudah mencari kontak atasan istrinya. "Mas, tolong jangan kaya gini."

Raksa terus menghindar saat Elina hendak merebut ponsel dari tangannya.  perempuan itu terus berusaha menjangkau benda itu dari suaminya.

Saat panggilannya tersambung, Raksa berkata pada seseorang di seberang sana bahwa istrinya tidak bisa ikut ke luar kota, sebagai suami dia juga tidak mengizinkannya.

Elina menghela napas, merasa kesal dengan tindakan sang suami yang tidak ia duga sebelumnya. "Mau kamu apa sih, Mas. Ngeselin banget tau nggak!" Omelnya.

Raksa mengangkat alis, membiarkan saja saat perempuan itu merebut benda di tangannya.

"Aku tetep akan pergi."

"Kenapa sih kamu susah banget nurut sama aku?"

"Karena aku nggak bisa ninggalin pekerjaan ini."

"Nggak usah kerja."

"Mas!"

Raksa melangkah ke arah pintu, kemudian menguncinya. Dia lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Mas! Kok kamu gitu sih, buka pintunya,   Mas!" Elina menggedor pintu kamar mandi dengan keras, kesal karena pria itu membawa kunci dan membuat dia tidak bisa kemana-mana.

Selepas membersihkan diri dan keluar dari kamar mandi, Raksa tersenyum melihat istrinya yang duduk di tepi ranjang, raut wajahnya tampak tidak senang.

"Mana kuncinya? Aku udah terlambat." Elina mendongakkan pandangannya, menyodorkan telapak tangan pada pria di hadapannya yang bertelanjang dada.

Raksa mencondongkan tubuh basahnya ke hadapan perempuan itu, membuat Elina mengernyit dan memundurkan kepala. "Aku bisa bikin kamu lebih terlambat dari ini," ancamnya.

Perempuan itu berdecak sebal. "Jangan macem-macem, aku udah rapi."

"Aku suka kamu yang rapi."

Elina membuang muka, tidak mau menangapi ancaman Raksa. Pria itu pun beranjak pergi menuju lemarinya.

"Kamu mau ganti baju atau pake itu aja?" Raksa bertanya setelah mengenakan pakaiannya.

"Memangnya mau ke mana?"

Kulepas Dengan Ikhlas (TAMAT Di KbmApp)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang