"Maaf, pulang kerja tadi aku ketiduran," sesal Raksa saat pria itu sudah sampai di hadapan dua wanita yang duduk saling berhadapan.
Elina tersenyum. "Nggak apa-apa kok, Mas. Bentar yah, aku ke kamar mandi dulu." Setelah menanyakan letak kamar mandi di toko itu, Elina lalu beranjak pergi. Meninggalkan Raksa hanya berdua dengan sepupunya.
"Kamu mau minum?" Aruna lalu bertanya.
"Nggak usah, Nuna. Makasih," ucap Raksa setelah menggeleng.
Aruna tidak tahu lagi harus berkata apa, baru kali ini dia merasa benar-benar canggung pada pria itu, mengingat kembali permintaan sepupunya membuat dia semakin diam. Bingung dengan apa yang harus dia lakukan.
"Gelisah banget, ada apa?" Raksa bertanya setelah mendudukkan dirinya di kursi bekas Elina.
Aruna sesaat menoleh. Membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, namun kemudian terdiam lagi. Seandainya pun dia harus bercerita, sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk mengungkapkan semuanya.
"Udah, ayo pulang."
Elina berucap setelah berada di antara mereka, tidak menyadari kedatangan wanita itu, membuat Aruna sedikit terlonjak.
"Nuna, kita pulang dulu yah. Terimakasih jamuannya," ucap Elina setelah suaminya beranjak berdiri.
Aruna ikut berdiri, mengantar keduanya sampai ke depan. Dia melihat Raksa dengan perhatian membukakan pintu untuk istrinya itu, lalu melambai pada dirinya saat sudah duduk di balik kemudi.
Aruna menyentuh dadanya yang terasa sakit, entah karena perasaan cemburunya terhadap status mereka, atau karena mengingat pria itu yang dibohongi oleh sepupunya.
.
Di tempat berbeda, Raksa yang sudah melajukan kendaraannya, menoleh sekilas pada sang istri yang diam saja. "Kamu laper nggak? Mau makan sesuatu?" Raksa sudah bertekad untuk menjadi suami yang baik bagi perempuan itu, maka sudah seharusnya dia perhatian, dengan apa yang istrinya inginkan.
Pertanyaan itu membuat Elina menoleh, sedikit ragu saat ingin mengatakan keinginannya. Seperti wanita yang tengah hamil muda pada umumnya, dia juga sering menginginkan apa saja. Tapi perempuan itu tidak berani untuk mengutarakannya.
Raksa menghentikan kendaraannya saat lampu lalu lintas berubah merah. "Mau makan apa?" ulangnya.
"Aku mau makan sate, boleh nggak?" Perempuan itu berucap ragu.
Raksa tertawa kecil. "Ya boleh lah, Eli," ucapnya dengan mengusap puncak kepala istrinya.
Hal itu membuat Elina tertegun, dia lalu tersenyum. "Makasih," balasnya.
***
Setelah mengajaknya makan di sebuah restoran, sang suami juga menawarkan apakah dia ingin membeli sesuatu, hari ini Elina merasa pria itu teramat perhatian pada dirinya.
Kehamilannya sudah memasuki minggu ke sembilan, mungkin sebentar lagi perutnya akan mulai kelihatan, dia bingung bagaimana cara memberitahu Raksa, sedangkan pernikahan mereka saja baru berjalan beberapa minggu saja.
"Mikirin apa?" Raksa bertanya saat istrinya terlihat melamun.
Elina menoleh. Sibuk dengan pikirannya sendiri membuat perempuan itu tidak menyadari sejak kapan suaminya sudah naik ke atas ranjang. "Enggak mikirin apa-apa, Mas," ucapnya.
Raksa menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang, menatap sang istri yang duduk di sebelahnya. Dia tersenyum.
Pria itu mendekat, mengangkat sebelah tangannya untuk merapikan rambut sang istri, kemudian ia selipkan di balik telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kulepas Dengan Ikhlas (TAMAT Di KbmApp)
ChickLitAruna mencoba Ikhlas saat Raksa, sahabat yang diam-diam ia cintai, lebih memilih Elina, sepupunya untuk dijadikan pendamping . Namun satu hal yang menimpa sepupunya itu, membuat Aruna menggantikan Elina menjadi istri untuk Raksa. Akankan Aruna tetap...