Jakarta, 15 Maret 2019
Siang hari di kampus, memanfaatkan jam kosong sembari menunggu jadwal mata kuliah kedua dimulai, Jasmine terlihat duduk di kedai mi ayam paling hits di kampusnya, sambil berkutat dengan laptop di hadapannya. Kursor mulai menari-nari di layar mengikuti gerakan jemarinya pada keyboard. Meski masih belum memiliki ide pasti untuk kelanjutan naskah novelnya, tetapi Jasmine berusaha mengetik apapun yang terlintas di kepala. Bahkan suasana sekeliling kedai pun tak luput ia ketikkan. Tumbennya, kali ini gadis itu duduk sendirian tanpa ditemani Ali, yang sedang beralasan ke perpustakaan mencari bahan untuk tugas Kajian Wacana Bahasa Jepang.
Saat mi ayam dan segelas es teh manis baru saja disajikan di hadapannya, seorang gadis manis berkulit kuning langsat datang menghampirinya. Ia pun langsung duduk di bangku kosong samping Jasmine.
Jasmine yang baru saja akan membaca kembali hasil ketikannya sambil menikmati mi ayam, langsung menoleh ke gadis yang duduk di sampingnya, yang ternyata tak lain adalah Laras.
"Halo, Kak Alya," sapa Laras dengan menampilkan senyum lebar di wajahnya.
"Hai," balas Jasmine. "Nyariin Harley, ya? Dia nggak ada di sini, lagi di perpus."
"Eh, nggak kok, aku nggak lagi nyari dia," bantah Laras sambil menggelengkan kepala dan mengibaskan tangan.
"Terus? Oh, mau makan mie ayam, ya?" tanya Jasmine lagi. "Di gedung fakultas lo bukannya ada Yoshinoya, 'kan? Jauh amat makan siang sampai ke sini."
Kali ini Laras malah cengar-cengir mendengar komentar senior kampusnya ini—meskipun beda jurusan.
"Nggak juga sih, aku tuh emang mau ketemu sama Kak Alya," ucap Laras.
"Ketemu gue? Kenapa? Mau minta tanda tangan di buku?"
Laras menghela napas frustrasi. Seniornya ini paling sok tahu, dari tadi selalu menebak alasan kedatangan Laras, tetapi salah semua.
"Jadi gini Kak Alya, aku tuh mau wawancara kakak," ucap Laras.
"Wawancara apaan?"
"Wawancara tentang Kak Harley," jawab Laras sambil tersenyum semanis mungkin.
"Maksudnya gimana? Gue nggak ngerti," ujar Jasmine.
"Gini, lho, Kak Alya tahu, 'kan, aku tuh nge-fans banget sama Kak Harley. Aku udah suka sama dia sejak masih jaman OSPEK—"
"Apa sih yang lo suka dari dia? Perasaan dia biasa aja, deh," sela Jasmine. Ia tak tahan lagi melihat cara Laras menyampaikan kekagumannya pada sosok sahabatnya yang terus terang membuatnya geli.
"Ih, buat Laras sih, Kak Harley tuh perfect. Udah cakep, baik—"
Lagi-lagi ucapan Laras terpotong ketika Jasmine mendadak keselek mi ayam, saat mendengar adik tingkatnya itu memuji wajah Ali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Retisalya [TELAH TERBIT]
RomanceSempurna. Satu kata yang bisa menggambarkan keseluruhan penampilan Rey Yamazaki, pria Indo-Jepang. Wajar bukan meski telah tiga tahun berlalu, tetapi Jasmine Thisalya, mahasiswi semester 6 Sastra Jepang, masih selalu mengingat mantannya. Terlebih pu...